08 › Raja.

966 144 10
                                    

"sudah merasa lebih baik?"

Permaisuri Utama sama sekali tidak memalingkan wajah dan tatapannya dari danau kesukaannya yang ada di salah satu desa yang ada di wilayah Kerajaan Kwangya, danau yang dulu menjadi tempatnya melepaskan penat setiap selesai latihan memanah dengan Pangeran Bungsu dari kerajaan itu.

"Renjana?"

"mn, aku baik-baik saja." duduk di hamparan rumput, Permaisuri Utama itu menghela nafas berat setelah mengkonfirmasikan jika dirinya baik-baik saja.

"helaan nafasmu berat sekali, apa yang sedang kamu pikirkan?"

Permaisuri Utama menggeleng pelan, ia baru memalingkan wajahnya dari danau untuk menatap lawan bicaranya. "Tidak ada, nafasku memang sedang berat saja." sanggahnya membuat sang lawan bicara mendengus.

"jangan berbohong kepadaku."

"aku tidak berbohong, Pangeran, aku baik-baik saja setidaknya setelah kau membawaku pergi ke Horizon." ungkap Permaisuri Utama, "terima kasih karena sudah membawaku ke danau yang sudah lama tidak aku datangi."

"terima kasih kembali." balas sang Pangeran sebelum duduk di samping sang Permaisuri.

"urusanmu dengan prajurit pribadimu sudah selesai?" tanya Permaisuri di balas anggukan singkat, "tidak ada urusan lagi?"

sang Pangeran menggeleng sembari menghela nafas, "mengapa kamu suka sekali menanyakan tentang pekerjaan ataupun urusanku setiap aku sedang bersama denganmu? apa kamu sudah kehabisan topik untuk berbicara denganku?"

Permaisuri Utama menggeleng. "Tidak, bukan begitu.. aku hanya, karena bagaimanapun juga kau adalah Duke dari Horizon, Pangeran dan juga Pemanah andalan Kerajaan.. pasti tugasmu sangat banyak, yang mana pastinya juga kau tidak mempunyai waktu untuk bersantai." jelas Permaisuri Utama seadanya, sedikit berbohong karena pada dasarnya ia memang bingung ingin membahas tentang apa pada Pangeran Bungsu Djuang.

"nyatanya saat ini aku bisa membawa kamu pergi ke Horizon, aku selalu luang asal kamu ingin tau." balas sang Pangeran dengan kekehan renyah, "karena dua hari lalu Pangeran Marka mencabut beberapa kewenanganku terhadap pasukan Pemanah, beliau juga mencabut kewenanganku tentang memerintah prajurit umum Kerajaan dan aku hanya bisa memerintahkan prajurit yang memang ditugaskan untuk selalu bersamaku."

"huh?" Permaisuri menoleh kearah sang Pangeran yang tersenyum tipis, "kenapa Panglima Marka melakukan itu, Pangeran..? maksudku, bukankah kau juga memiliki kewenangan mutlak tentang memerintah prajurit umum Kerajaan? kau adalah Pangeran.."

Pangeran Bungsu Djuang mengangguk paham, dirinya memang Pangeran yang seharusnya memang berhak memerintah Prajurit. "Mungkin Pangeran Marka takut aku salah menggunakan kewenanganku, mungkin, karena aku sering sembrono." jawabnya asal, yang sebenarnya ia tau alasan dasar mengapa Kakak sulungnya melakukan pencabutan kewenangannya.

"itu tidak bisa dibiarkan, Pangeran.., kau harus membicarakan tentang itu pada Yang Mulㅡ"

"tidak perlu, aku masih bisa bertahan dengan kemampuanku, Renjana."

Permaisuri Utama menatap tidak yakin atas penolakan sang Pangeran mengenai sarannya, "kemampuan apa yang kau maksudkan ketika kewenangan penuhmu sudah dicabut, Pangeran? bahkan itu berarti saat ini kau tidak memiliki apapun di tanah yang menjadi tempat kau tinggal."

Pangeran Bungsu tertawa. "Tenang saja, aku masih memiliki sesuatu di tanah tempatku dilahirkan dan dirawat." balasnya dengan santai sebelum beranjak dari duduknya, "sudah hampir petang, kita harus segera pergi ke mansion Horizon sebelum para bandit mulai berkeliaran."

"um?"

"um?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
14. Renjana, first empress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang