Semilir angin sore menemani Renjana yang setelah setengah jam lalu diperiksa Dokter, ia memilih berjalan-jalan sebentar mengelilingi Istana yang selama hampir lima tahun jarang ia kunjungi dan berakhir ia duduk di gazebo dekat kebun Istana. Dengan masih mengenakan jubah tidur berwarna putih, Renjana duduk manis sembari memandang ramah para Pelayan yang sedang mengurus kebun, benar-benar melakukan aktifitas yang ia lakukan dulu sebelum menikah, tanpa sadar ia tersenyum mengingat masa lajangnya dulu.
"apa yang membuatmu tersenyum seperti itu?"
Renjana lantas tersentak, senyumnya luntur sebelum sedikit mendongak untuk melihat si penanya. "Urusanmu sudah selesai, Pangeran Sabian?" baliknya bertanya.
"sudah, Pasukanku kembali ke Istana sore ini."
"Kwangya?" tanya Renjana spontan mendengar kalimat Pasukanku serta Istana, "ngomong-ngomong, apa Panglima Marka tidak marah saat Pasukan Kwangyaㅡ"
"Pasukan Kwangya apanya?"
"Pasukanmu, Pasukan Kwangya kan? apa Panglima Marka tidak marah melihat Pasukan Kwangya menyerang Kwangya karena dipihakmu?" perjelas Renjana membuat Pangeran Sabian yang berdiri di sampingnya tertawa, Renjana mengrenyit bingung, "kenapa tertawa?"
"Pasukanku bukan Pasukan Kwangya."
Renjana semakin bingung, "lalu? Horizon tidak mungㅡ"
"Astria, Renjana." sela Pangeran Sabian dengan santai, "aku membawa Pasukan dari Kerajaan Astria."
"bagaimana bisa..?"
Pangeran Sabian tersenyum penuh artian kemudian mengusap pelan dan lembut surai Renjana, "memang apa yang tidak bisa kulakukan untukmu?"
"aku tidak bercanda," sungut Renjana, "bagaimana bisa kamu membawa Pasukan dari Kerajaan yang bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan Kwangya?"
"Astria ada sangkut pautnya denganku, itu Kerajaanku."
"huh, apa?"
Pangeran Sabian menggidikan kedua bahunya melihat ekspresi bingung dan penasaran yang diperlihatkan Renjana saat ini, "lupakan, apa kamu ingin makan buah sekarang?"
"Pangeran, jawab pertanyaanku," nada Renjana memelas, ia menatap lugu Pangeran Sabian, "apa yang sebenarnya terjadi, mengapa Astria turut hadir dipihakmu?"
"memangnya kenapa jika aku mempunyai pihak dari Kerajaan lain, Renjanaku?"
deg, mendadak tubuh Renjana mematung kaku setelah mendengar perkataan Sabian.
"ngomong-ngomong Astria bukan Kerajaan asing bagi Kwangya," lanjut Pangeran Sabian yang terlihat tidak menyadari jika Renjana yang mematung kaku dengan wajah memerah, "Astria adalah Kerajaan dari Ibu SuriㅡKerajaan yang merawatku sejak aku kecil, aku tumbuh di sana sebelum dipindahkan ke Kwangya tetapi berakhir di asrama Euden."
"jadi.."
Pangeran Sabian mengangguk, "Astria Kerajaanku."
Renjana kembali diam, ia menatap Pangeran Sabian yang masih berdiri.
"kamu ingin tau sesuatu, Renjana?"
"mn?"
Pangeran Sabian tersenyum simpul kemudian merendahkan tubuhnya sebelum mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Renjana, "jika gelar Permaisuri Astria kosong, kamu bersedia menempatinya kan?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.