18 › Sama.

1.1K 155 10
                                    

Pada dasarnya kau tidak
pernah mengerti tujuan
mengapa kita menikah, Yang Mulia.

kau Raja, aku pun.
kuharap kau tidak lupa,
aku adalah calon Raja.

aku bisa memberikan apapun
untukmu, kau ingin wilayah? mari
perangi bersama, tidak perlu
melakukan negosiasi.

aturannya seperti itu, seharusnya.

tapi, kau tidak paham.

hanya menganggap pernikahan
kita sebatas politik untuk
kedamaian kedua Kerajaan kita.

Yang Mulia,
aku tidak pernah menyesal
karena kita menikah, aku hanya
menyesal bagaimana bisa
dalam waktu lima tahun
pernikahan kita, aku merasa
tidak pernah membuatmu bahagia.

terima kasih untuk lima tahun,
terima kasih untuk gelar yang
kau berikan padaku.

aku sangat berbangga diri pernah
menyandang gelar sebagai
Permaisuri Utamamu, sungguh.

aku pernah berpikir, dengan gelar
Permaisuri Utama yang ada
padaku, kau akan mencintaiku
meskipun ada Pangeran Naraya,
tapi, ternyata tidak, cintamu
tetap ada pada Pangeran Naraya
sepenuhnya.

Yang Mulia,
kuharap kau hadir di Victore.

tertanda, Renjana Adelard.

Istana Kwangya berduka, buktinya tidak ada senyuman di wajah Para Pelayan dan Prajurit sejak kejadian penyerangan hari lalu, sejak Permaisuri Mereka meninggalkan Istana, membuat Istana itu menjadi suram.

ditambah siang ini, Istana mendapatkan surat kiriman dari Kerajaan Visioner.

benar-benar mengguncang isi Istana, Para Pelayan ataupun Prajurit salk v bertanya-tanya apa isi surat kiriman yang dihantarkan khusus langsung oleh beberapa orang pesuruh Visioner, membuktikan bahwa surat kiriman itu bukanlah surat sembarangan.

"sudah kuduga, Visioner sebenarnya sudah sejak lama menginginkan Renjana kembali, Jordan." ujar Panglima Marka sembari menatap miris dua lembar surat di atas meja kerja Raja-nya, di tambah pakaian Kepermaisurian turut di atas meja bersamaan dengan dua surat itu.

Jordan tidak membalas, ia hanya membaca berulangkali surat dengan tulisan tangan yang sangat amat ia kenali.

"surat Victore lagi?" Panglima Marka kembali menyeletuk ketika mengenali salah satu surat dengan stampel yang kemarin juga ia lihat, "setelah dari Zonnera.. kali ini dari Visioner?"

"diamlah."

"kau benar-benar bodoh, Jordan."

Jordan melirik datar Marka yang duduk di hadapannya dengan rentetan kalimat tanpa henti, "keluarlah dan urus Prajurit dengan benar, berhenti mengkomentari hidupku."

"tch, kau pikir aku datang kemari untuk mengkomentarimu? tidak, Yang Mulia."

"lalu, untuk apa?"

Marka menatap malas Jordan yang terlihat lesu sejak kemarin, "Dokter Istana melapor padaku, Permaisurimu membohongimu."

"apa?"

"kau bodoh," hardik Marka tanpa peduli status merekaㅡmungkin untuk saat ini ia akan berperan sebagai kakak yang sedang menasihati adiknya, bukan sebagai Panglima dan Raja. "Tidakkah kau sadar jika ada yang janggal terhadap Permaisurimu, Jordan?" tanyanya enggan memperjelas agar adiknya itu berpikir lebih kritis.

14. Renjana, first empress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang