10 › Sakit.

1K 141 41
                                    

"aku akan selalu berdiri paling terdepan dalam urusan yang menyangkut anda, Permaisuri Utama."

Permaisuri Utama tertawa pelan mendengar pernyataan Permaisuri Kedua. Pagi ini, mereka berdua benar-benar minum teh bersama di taman Istana setelah menyelesaikan beberapa urusan Kerajaan tentunya.

"tidak perlu, Permaisuri Hastaka."

"aku tidak menerima penolakan, aku akan tetap berada dipihakmu dan selalu mendukung apapun keputusanmu, Permaisuri Utama." ujar Permaisuri Hastaka yakin.

"katakan sejujurnya, apa yang kau inginkan sebagai balasannya?" tanya Permaisuri Utama sebelum meminum teh khas Zonerra yang telah disajikan Permaisuri Hastaka.

"balasan?" ulang Permaisuri Hastaka sembari tertawa pelan, "aku tidak menginginkan balasan apapun karena aku benar-benar tulus berada dipihakmu, Yang Mulia.. meskipun kau diam saja, aku akan melakukan sesuatu pada seseorang yang berani menyakiti anda."

"tapi, bagaimana jika yang menyakitiku adalah Yang Mulia Raja?" pertanyaan Permaisuri Utama telak membuat Permaisuri Hastaka terdiam, "apa kau akan tetap melawan Yang Mulia Raja untuk melindungiku, Permaisuri?"

"astaga, kenapa pertanyaanmu harus membuatku berpikir?" keluh Permaisuri Hastaka dengan nada bercanda, "jelas akan aku lakukan jika memang benar nanti kau mendapatkan perlakuan tidak pantas dari Yang Mulia Rajaㅡbahkan bukan aku saja yang akan melawan, melainkan juga Pangeran Sabian Djuang yang pasti akan turut melindungimu."

"Permaisuri Hastaka.." lirih pelan Permaisuri Utama sembari melirik ke area sekitar taman tempat ia dan Permaisuri Hastaka duduk meminum teh bersama, "aku minta padamu untuk jangan menyeret nama Pangeran Sabian dalam obrolan kita." untungnya, tidak ada pelayan yang berada dekat mereka.

"baiklah, maafkan aku." kekeh Permaisuri Hastaka, "tapi.. sungguh, percayalah padaku jika Pangeran Sabian akan melindungimu, bagaimana keadaanmu nanti, Permaisuri Renjana."

mendengar perkataan Permaisuri Hastaka yang terdengar begitu serius, Permaisuri Utama memalingkan wajahnya dari Permaisuri Hastaka yang kini tersenyum sumringah.

"aku harap, kau menerima Pangeran Sabian, karena dia memperlakukanmu dengan sangat baik.. lebih baik daripada Yang Mulia Raja." ujar Permaisuri Hastaka lagi, kali ini berhasil membuat Permaisuri Utama terdiam tanpa memberi jawaban.

Permaisuri Utama memandang kosong hamparan rerumputan yang ada di taman Istana, sampai pandangannya terpusat pada rombongan beberapa pelayan yang mengikuti seorang Permaisuri yang berjalan menuju ke arahnya.

"wah, untuk apa Permaisuri Yesha datang menuju kemari?" celetuk Permaisuri Hastaka yang juga memperhatikan arah pandangan Permaisuri Utama.

"salam hormat, Permaisuri.." sapaa Permaisuri Yesha sembari membungkuk kecil ketika sudah berada tepat di depan pendopo taman tempat Permaisuri Utama dan Permaisuri Hastaka bersantai.

Permaisuri Hastaka membalas, "ada apa kau datang kemari? perasaanku, aku tidak mengundangmu datang."

"Permaisuri Hastaka, biarkan Permaisuri Yesha berbicara." sela Permaisuri Utama.

"ah, baiklah."

melihat Permaisuri Hastaka yang sudah diam, Permaisuri Yesha lantas menatap serius Permaisuri Utama. "Maaf mengganggu waktu anda, Permaisuri.. saya datang kemari untuk memberitahukan jika Yang Mulia Raja memerintahkan Para Permaisuri untuk segera berkumpul di ruang berkumpul, Permaisuri." ujarnya pelan.

kedua alis Permaisuri Utama terangkat dengan ekspresi bingung, "untuk apa berkumpul?"

"saya.. tidak diberitahukan alasannya, hanya Yang Mulia Raja meminta saya untuk memanggil anda dan Permaisuri Hastaka." balas Permaisuri Yesha seadanya.

14. Renjana, first empress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang