Ex ungeu leonem: dari tajam kukunya kita dapat mengenali singa itu
Jongseong berbalik, berjalan kembali menuju kediaman Jake. Mengacak daun-daun yang dipenuhi jejak darah, untuk menghilangkan rekaman kesadisannya.
Hingga ia tiba di rumah itu lagi, berjalan masuk lebih dalam. Terasa sunyi, tak mendapati Jake di mana-mana. Namun tak berselang lama, pendengarannya disambut dengan bunyi benda jatuh. Ia mengernyit, mengikuti sumber suara itu pada suatu tempat.
Kamar mandi.
Jongseong meraih gagang pintu, menggoyangkannya perlahan. Tak bisa terbuka, terkunci dari dalam.
"Jake?" panggil Jongseong dengan lembut.
Tak ada sahutan. Pemuda itu semakin brutal mencoba untuk membuka pintu, namun masih sama, tak membuahkan hasil. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk mendobraknya, berkali-kali tubuhnya membentur pintu kayu tersebut, berharap bisa terbuka. Cukup lama ia mencoba, menimbulkan rasa pegal yang teramat sangat di lengan kanannya.
Suara pintu terbuka dengan kasar membuat ia senang meskipun nyaris saja terjatuh. Namun senyumnya luntur, berganti dengan rasa panik begitu mendapati sosok lelaki bertubuh kurus sudah tergeletak di samping bak mandi.
"Jake!" teriak Jongseong.
Pemuda itu menghampirinya, menatap pergelangan tangan kiri Jake yang sudah berlumuran darah. Ada pisau tak jauh dari sana, dan Jongseong yakin, pisau itu adalah alat yang ia gunakan untuk membunuh Han ahjumma tadi.
"Jake! Sadarlah!"
Ia semakin panik, lantas langsung membawa tubuh tak berdaya itu keluar dari kamar mandi. Membaringkannya di kamar, lalu kembali mengambil kotak p3k.
Tangan Jongseong bergerak begitu cepat, bahkan ia tak butuh gunting untuk memotong lilitan perban. Semua tenaga ia kerahkan, berharap bisa mengobati luka Jake yang melebar.
Sesekali pemuda itu mengecek denyut nadi dan napas si lelaki yang tengah ia rawat. Menurutnya, masih aman. Mungkin Jake hanya pingsan, terlalu terkejut dengan semuanya. Kematian Han ahjumma, dan juga aksi konyolnya sendiri.
Jongseong terduduk, menatap Jake begitu lekat. Napasnya tersengal-sengal, dengan mulutnya yang sedikit terbuka untuk akses udara.
"Bangsat," gumamnya.
Pemuda itu mengusap keringat dingin yang membasahi dahi, lalu berdiri. Berjalan mengitari area rumah, membersihkan sisa-sisa darah. Kemudian ia terduduk di kursi, menyeka wajahnya dengan kasar. Otaknya berpikir, mengkhawatirkan kondisi Jake yang begitu menyedihkan.
"Sialan," umpatnya, untuk diri sendiri.
Sungguh, perasaan Jongseong begitu runyam. Sebenarnya bisa saja dia pergi, meninggalkan Jake lalu mati sendirian. Namun ia baru saja menyadari tubuhnya seperti dikontrol sesuatu yang lain, memilih untuk menyelamatkan lelaki itu, bahkan sekarang mengkhawatirkannya. Tentu saja hal ini diluar kebiasaan Jongseong, ia tak pernah berbuat demikian. Untuk pertama kalinya manusia iblis ini memiliki perasaan aneh, terlebih untuk lelaki buta bernama Jake, nama yang tidak asing menurutnya.
Tangannya meraih gelas dan termos plastik berisi air bening. Dituangnya hingga nyaris penuh, lalu ditenggak sampai habis tak tersisa. Kemudian Jongseong berdiri lagi, kini menuju kamar mandi. Menatap nanar pisau bersimbah darah yang tergeletak di lantai, kemudian memungutnya. Langkahnya terarah menuju bagian belakang rumah, mengubur pisau itu cukup dalam.
Jongseong menghela napas berat. Ia mengedarkan pandangan, hanya pohon-pohon tinggi yang ia temukan, tak ada yang lain menghiasi. Ingin rasanya ia pergi, menerka hutan yang entah bisa ia temukan jalan keluarnya atau tidak. Seolah hatinya menginginkan hal lain, Jongseong memilih untuk bertahan. Menetap di rumah sederhana ini, bersama Jake.
![](https://img.wattpad.com/cover/352105351-288-k481993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE: BLESSED KARMA | JAYKE
Fanfiction⚠️ Top: Jay | Bottom: Jake ⚠️ 🔞 adult scenes | violence | harsh words | suicide & murder | drugs 🔞 Sang Domini tidak tidur, Ia mampu mendengar setiap penuturan makhluk-Nya, termasuk caci maki yang diutarakan oleh Jay pada lelaki bernama Jake yang...