Nomina sunt odiosa: nama yang penuh dengan kebencian.
Jay membuka matanya perlahan, didapatinya Jake yang masih tertidur dalam dekapannya. Ia meringis, merasakan penisnya masih betah berasa di lubang sempit milik lelaki manis ini. Perlahan ia mengeluarkan penis itu, membuat Jake melenguh, namun tak sampai membangunkan tidurnya.
Pemuda bermata elang ini beranjak, menatap jam yang menggantung indah di dinding. Ia menghela napas, kemudian berjalan ke kamar mandi, membersihkan diri sebelum ia pergi meninggalkan rumah.
Tak berselang lama, tubuhnya sudah terlihat lebih baik, dibalut dengan kaos hitam juga jaket kulit senada, bersama celana jeans biru malam dan sepatu putihnya. Ditatapnya pantulan diri di cermin yang ada pada lemari pakaian, terlihat seperti bajingan. Kemudian masih dalam pantulan cermin itu, ia melihat Jake yang masih pulas tertidur, dengan tubuh telanjang bulatnya tertutup selimut sebatas dada.
Jay menghela napas berat, lalu keluar dari kamar. Mematikan televisi, juga mengambil ponselnya yang masih ada di ruang keluarga. Dilihatnya layar pipih itu, menampilkan banyak deret pesan masuk, juga puluhan panggilan tak terjawab. Pemuda bermata elang itu melenggang pergi, menaiki mobilnya untuk menuju apartemen yang telah dijanjikan.
Tak berselang lama setelah kepergian Jay, Jake terbangun. Tidurnya usik karena hawa dingin yang sudah keterlaluan menembus kulitnya. Ia meraba ke samping, tak ada Jay di sana. Lelaki manis ini teringat sesuatu, bahwa Jay pernah mengatakan akan pergi pukul lima sore. Mungkin sudah saatnya, kali ini biarkan Jake sendirian di rumah, menghela napas lalu tersenyum tipis, mengingat betapa menyenangkannya kegiatan bersama Jay beberapa jam lalu.
"Luar biasa," gumamnya.
Jake menyibak selimut, duduk di tepian ranjang. Lelaki manis itu mengumpulkan niat, lalu beranjak ke kamar mandi untuk merendam diri di bathup.
Usai kegiatan mandinya, Jake telah bersih dengan pakaian rumahnya yang sederhana. Kaos abu-abu lengan panjang dan celana pendek selutut menjadi pilihannya, ia mengambil secara asal. Langkahnya terarah ke luar kamar. Meraba apapun yang ada di hadapannya, sebagai penunjuk arah entah kemana kakinya tergerak.
"Membosankan," pikir Jake.
Lelaki itu terus meraba dan berjalan perlahan, menghapal letak rumah yang cukup besar ini. Pertama-tama menuju ruang keluarga, lalu ke dapur, dua tempat yang memang sudah sangat ia hapal. Tangannya masih sibuk meraba apapun itu; guci, meja, tempat cuci piring, atau mungkin figura-figura yang berjajar rapi pada lemari kecil di ruang tamu.
Jake mengambil salah satu figura itu, lalu merabanya. Matanya memicing, memaksakan diri untuk melihat gambar apa yang ada di sana. Kemudian ia tertawa bodoh, sekeras apapun ia mencoba, hanya kegelapan yang mampu ia lihat. Diletakkannya kembali figura itu ke tempat semula, lalu pergi menuju area lain di rumah ini, tanpa tahu bahwa dalam figura itu terdapat foto Jay kecil bersama ibunya.
Jake terus melangkah, tangannya meraba dinding sebagai pengarah. Hingga ia berhenti di depan sebuah ruangan, pintunya terkunci, ia tak bisa masuk ke dalamnya.
"Di sini kamar tamu?" tebak Jake dengan dahi mengerut.
Ia kembali berjalan, tak peduli lagi dengan ruangan itu. Sungguh, berjalan penuh kehati-hatian seperti ini cukup membuat Jake lelah secara fisik dan mental. Lelaki manis itu berjalan ke arah dapur, mengambil satu saset cokelat bubuk, lalu menyeduhnya dengan air panas dari dispenser. Perlahan, ia membawa secangkir cokelat yang sudah hangat itu menuju ruang keluarga, duduk di sofa, setelah ia dengan mudah menyalakan musik dari speaker yang ada di samping televisi.
Biarlah Jake menikmati kesendiriannya yang dipenuhi dengan kehampaan, sembari menunggu Jay kembali setelah urusannya.
Di sisi lain, pemuda bermata elang itu telah tiba di apartemen kelas atas. Ia tersenyum ramah kepada pihak keamanan yang menyambutnya, menunjukkan identitas diri dengan tenang.
![](https://img.wattpad.com/cover/352105351-288-k481993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE: BLESSED KARMA | JAYKE
Fanfiction⚠️ Top: Jay | Bottom: Jake ⚠️ 🔞 adult scenes | violence | harsh words | suicide & murder | drugs 🔞 Sang Domini tidak tidur, Ia mampu mendengar setiap penuturan makhluk-Nya, termasuk caci maki yang diutarakan oleh Jay pada lelaki bernama Jake yang...