18: ad interim

685 75 9
                                    

Ad interim: sementara.

Sudah satu bulan sejak Jake berkunjung ke lapas di mana Jay mendekam. Lelaki manis ini seolah mendapat kebahagiaan yang telah lama hilang, kembali menjalani hidup dengan baik meski diselimuti dengan kebohongan. Berbohong jika ia baik-baik saja tanpa Jay, berbohong jika ia benar-benar bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Namun yang ada dipikiran Jake hanyalah agar ia bisa tetap berdiri dengan tegak, bukankah di sana Jay mengharapkan dirinya begitu?

Di sore hari yang teduh ini, lelaki manis tersebut berjalan dengan santai mengitari pasar. Dengan Layla yang mengenakan harness, Jake bisa tahu kemana ia harus melangkah. Seperti sekarang, mereka berhenti tepat di depan penjual sayur langganannya. Seorang wanita bertubuh gempal menyambutnya hangat, sesekali mencubit Jake dengan gemas.

"Aigoo, sudah lama tidak melihatmu, Jake," ujarnya.

"Ahjumma ..."

Wanita itu tersenyum sumringah, kemudian beralih menatap Layla. "Anjingmu semakin besar saja," tutur ahjumma penjual kentang, sembari kembali ke tempat di mana seharusnya ia duduk menjajakan jualannya.

Jake hanya tertawa kecil mendengar penuturan ahjumma. Kepalanya langsung teringat tujuan ia kemari, membeli kentang, juga beberapa sayuran yang mungkin saja ia butuhkan.

"Ahjumma, tolong berikan aku satu kilogram kentang, ubi ungu, dan daun perilla," ucap Jake.

Dengan senang hati ahjumma dengan baju bermotif bunga-bunga itu memberikan apa yang Jake mau. Tak jarang ia menambahkan beberapa bonus pada pembelian anak muda ini, masih sama seperti kebiasaannya dulu ketika Jake berbelanja bersama Jay.

Setelah melakukan pembayaran, dengan sopan lelaki manis ini pamit pergi. Mungkin berjalan-jalan di sekitar pasar tak ada salahnya untuk mengisi waktu luang, toh ia sudah bisa mengingat dengan baik seluk beluk daerah ini.

Namun keberuntungan tak selalu berpihak pada Jake. Bahu kirinya tak sengaja tersenggol seseorang di kerumunan, membuat ia terhuyung lalu jatuh setelah tak sengaja menabrak orang lainnya. Kentang, ubi ungi, dan daun perilla yang baru saja ia beli berhamburan begitu saja, jatuh setelah kantong plastik yang ia gunakan robek. Orang-orang hanya melihatnya, tanpa ada rasa peduli sedikitpun. Jake berusaha mencari ke mana saja kentang, ubi ungu, dan daun perilla itu berserakan, meraba jalanan padat yang membuatnya begitu kesulitan. Jake sangat berharap ia bisa melihat, menggelengkan kepala dan menajamkan matanya. Namun itu semua percuma, hanya kabut tebal yang ada di pandangannya sekarang. Sampai seseorang menarik tangannya, membuat Jake segera berdiri.

"Diam di sini," ucap orang itu.

Jake hanya mematung, menunggu orang tersebut yang mungkin saja masih mengumpulkan barang-barangnya. Cengkramannya pada herness Layla semakin kuat, tak bisa dipungkiri kalau Jake sangat malu sekarang, juga hatinya yang kembali sakit saat ia sadar bahwa kebutaannya sungguh mengganggu. Tak lama kemudian, orang itu kembali pada Jake, menggenggam tangannya dengan santai.

"Daun perillanya rusak karena terinjak, bagaimana kalau kita beli yang baru?" tanya orang tersebut.

"Heeseung hyung ..."

Alasan kenapa Jake tidak menolak perlakuan baik orang itu karena ia sangat mengenal sosok di hadapannya ini, Heeseung. Suaranya sudah terekam jelas di telinga Jake, membuatnya tak asing dengan itu. Ia mengikuti ke mana pemuda itu melangkah, lalu berhenti di depan penjual lain.

"Aku mau satu kantong daun perilla," ujar Heeseung.

Dengan cekatan penjual tersebut melayani apa yang dibutuhkan Heeseung, mengambil beberapa lembar daun perilla. Lalu pemuda bertubuh lebih tinggi dari Jake ini melakukan pembayaran dengan uang miliknya sendiri, melarang lelaki di sampingnya ini untuk membayar. Hitung-hitung untuk menghemat uang Jake, katanya begitu.

FATE: BLESSED KARMA | JAYKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang