9: age quod agis

1.3K 107 9
                                    

Age quod agis: lakukan apapun yang harus kau lakukan.

Pagi hari datang menyambut, kicauan burung yang bertengger di kabel listrik terdengar. Seminggu sudah semenjak Jay dengan tulus menyatakan perasaannya, namun Jake masih tak kunjung memberi jawaban. Namun, seolah tak terjadi apa-apa, keduanya tetap menjalani hari seperti biasa, bercengkrama dan bersenda gurau dengan suka cita.

Seperti sekarang, Jay tengah memanaskan mesin mobilnya, juga membersihkan dalamnya sebagai perawatan mandiri. Sementara Jake sibuk meraba buku braille miliknya, salah satu buku yang ia bawa dari hutan, pemberian dari Han ahjumma.

Kemudian atensi Jay teralihkan pada pagar yang berdecit, memunculkan sang paman yang langsung masuk ke pekarangan. Kedua matanya melebar, langsung mematikan mesin mobil dan menghampiri pria yang tengah tersenyum lebar itu.

"Samchon," ujar Jay sembari menarik sang paman, membawanya ke tepian halaman yang dirasa Jake tak dapat mendengar percakapan mereka.

"Kau tahu, Jay? Kurasa anak pejabat gila itu sudah semakin rusak," ucap sang paman sambil berkacak pinggang.

Jay mengerutkan dahi. "Maksudmu?"

"Dia memesan flakka dalam dosis besar untuk anaknya yang sudah seperti mayat hidup," jawab pria itu sambil tersenyum miring.

Jay tak menyahut, hanya mendengus tak tertarik.

"Anaknya semakin mati, namun pria bodoh itu terus menuruti keinginan anaknya. Mereka sama-sama berakal rusak," ucap pamannya.

Pemuda bermata elang itu menghela napas panjang.

"Mana?" tanya Jay.

Sang paman tersenyum puas, memberikan botol berukuran sedang yang berisi benda putih seperti garam kasar. Jay mengambilnya, langsung berjalan menuju mobilnya, memasukkan benda itu ke laci dashboard setelah dibungkus layaknya kado pada umumnya, agar tidak ada yang curiga.

"Antarkan sore ini juga ke apartemennya."

Pria yang berstatus sebagai paman Jay ini mengedarkan pandangan, didapatinya seorang lelaki manis tengah duduk di tangga, dengan buku yang ada di tangannya.

"Hei!" panggil pria itu.

Jay menoleh, sudah mendapati sang paman berlari kecil ke arah Jake. Buru-buru ia membenahi kegiatannya, berusaha menahan pria itu namun tak bisa.

"Sam ..."

"Hei, siapa namamu?" tanya pamannya, duduk dengan tak sopan di sebelah Jake.

Tentu saja lelaki buta itu sangat terkejut. Ia langsung berdiri, nyaris saja jatuh jika Jay tidak menahannya. 

"Jake ..." Jay memanggil, memberi isyarat pada Jake bahwa dirinya juga ada di sana.

Melihat itu, sang paman hanya tertawa bodoh, terlebih ketika melihat Jay yang tengah melototi dirinya, begitu marah namun ia tak peduli. Turut berdiri, pria itu langsung mengambil tangan Jake, menyalaminya tanpa aba-aba.

"Aku paman Jay, Kim Taeseok."

Jake langsung menarik tangannya, lalu bersembunyi di belakang Jay sambil mencengkram lengan pemuda itu dengan erat.

"Sudahlah, samchon. Kau membuatnya takut," ujar Jay dengan raut wajah yang sudah tidak bersahabat.

Pria itu menggeleng. "Siapa namamu? Kau belum mengenalkan diri padaku," ucap sang paman, abai terhadap permohonan keponakannya.

Dengan ragu Jake menjawab, hanya sebatas formalitas karena ia tinggal di rumah ini. "Aku Jake."

Sang paman terbelalak dengan senyumnya. "Kalian berdua sangat cocok!" sanjung pria itu.

FATE: BLESSED KARMA | JAYKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang