20: omnia mea mecum porto

1.7K 96 18
                                    

Omnia mea mecum porto: kubawa seluruh milikku bersamaku.

"Kau tidak merindukanku, Jake?" tanya pemuda itu.

Jake masih belum bisa mencerna, ia hanya diam. Tidak lama, pelukan itu begitu cepat berlalu. Jay menghela napas panjang, kembali mundur satu langkah.

"Kurasa jawabannya tidak, karena kau sudah bersamanya, kan?" ujar Jay sambil menatap sekilas pada Heeseung yang berada di sana.

Jake menggeleng kuat. Ia berusaha meraih tangan pemuda Park itu, langsung menghambur peluk padanya. Seolah kesadarannya telah kembali, tak sedikitpun ia melepaskan Jay.

"Aku sangat merindukanmu, Jay. Sungguh, lebih dari apapun."

Tangis Jake sudah tak dapat lagi bendung, namun lelaki itu juga tertawa di saat bersamaan. Air mata bahagianya mengalir begitu deras, seiring dengan pelukannya pada Jay yang semakin erat. Jay tersenyum tipis, ia membalas pelukan Jake, menciumi pucuk kepala lelaki di hadapannya ini sesekali. Aroma tubuhnya sedikit berbeda, bukan lagi bau lemon yang menyeruak, melainkan aroma segar dari woody yang mendominasi. Namun mau apapun itu, Jay akan tetap suka, selama itu ada pada diri Jake.

"Bukankah seharusnya kau masih ditahan?"

Pertanyaan Heeseung membuyarkan keduanya. Pelukan mereka terlepas, namun Jake tetap menggenggam tangan Jay, menggandengnya tak ingin terpisah.

"Heeseung hyung ..." panggil Jake, dengan senyumnya yang merekah, berusaha menghentikan tangis dan menghapus jejak air matanya.

Heeseung hanya diam, menatap lelaki manis ini.

"Perkenalkan, dia Jay. Kau belum pernah bertemu dengannya, kan?" tanya Jake, ia berusaha untuk ceria, mencairkan suasana karena merasa ada ketegangan menyelimuti.

Pemuda Lee ini menatap Jay dengan lekat. Sorot matanya sangat jelas tercetak ketidakpuasan karena hadirnya Jay di sini. Namun lawannya terlihat begitu santai, mengulurkan tangan sambil tersenyum, senyum kemenangan.

"Aku Jay, kekasih Jake."

Ucapan Pemuda Park itu terdengar serius, semakin membuat Heeseung muak mendengarnya. Ia tertawa kecil, menyambut jabatan tangan Jay.

"Lee Heeseung, teman Jake."

"Baiklah, teman Jake."

Pemuda dengan tubuh lebih tinggi ini berusaha untuk membuat keadaan tetap tenang, tak ingin tersulut emosi, apalagi menunjukkan kecemburuannya. Ia mencoba untuk biasa saja, karena ia bukan apa-apa di antara mereka.

Jabatan tangan anatara Heeseung dan Jay berakhir. Kemudian pemuda Park itu membawa Jake untuk duduk di sofa ruang tamu, bersama Heeseung yang masih mengekori. Pada sofa yang lebih panjang, Jay terlihat begitu nyaman bersama Jake, merangkul tubuh ringkih lelaki manis itu, sesekali menciumi pipinya dengan gemas, dan Jake tentu saja menikmatinya. Sementara Heeseung berusaha untuk tidak peduli, memainkan ponselnya, menggulir media sosial yang terasa sangat membosankan. Kemudian atensi Jay teralihkan pada Heeseung, ia tertawa kecil karena sudah meyakini jika Heeseung kalah.

"Aku belum menjawab pertanyaanmu," ujar Jay.

Heeseung menoleh, menyimpan ponselnya di atas meja, membalas tatapan Jay, masih dengan senyum palsunya.

"Oh, ya. Kau belum menjawabnya," sahut Heeseung pelan.

"Kau masih penasaran?" tanya Jay.

Heeseung diam. Jake terlihat lebih antusias, ia mengangguk. "Ceritakan pada kami, Jay."

Semakin erat rangkulan pemuda Park itu pada Jake, sehingga membuat lelaki manis ini dapat bersandar dengan nyaman di bahunya.

"Aku mengajukan pembebasan bersyarat, dan mereka mengabulkannya, hanya itu," ucap Jay, diakhiri dengan tawa kecilnya, sangat puas atas kerjasama dengan salah satu petinggi kepolisian. Menyembunyikan kelicikan yang ia lakukan, menutupinya seerat mungkin.

FATE: BLESSED KARMA | JAYKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang