Primum non nocere: pertama, jangan menyakiti.
Deru mesin Jeep Wrangler terdengar gagah memasuki pekarangan rumah dengan pagar tinggi itu, kemudian terpakir rapi di sana. Sesaatnya, keluarlah seorang pemuda dengan raut wajah yang tampak ceria, bersama dengan seekor anjing berjenis Border Collie dengan harness yang terpasang. Pemuda itu berlari kecil, masih dengan senyum sumringahnya, menuju pintu utama.
"Jake!" teriaknya.
Pemuda itu masuk ke dalam rumah, mendapati seorang lelaki manis tengah turun dengan perlahan dari tangga.
"Jake, ke sini!" pintanya dengan penuh semangat.
"Jay? Kupikir bukan kau," ucap lelaki manis tersebut.
Jay mungkin saja tidak sabar, ia langsung menarik Jake perlahan saat lelaki tersebut sudah tiba di lantai bawah. Diberikannya harness itu tanpa aba-aba, membuat Jake terkejut bukan main, ditambah dengan anjing yang terus saja menjulurkan lidahnya penuh semangat.
"Jay?"
"Aku membelikan anjing ini untukmu!" seru Jay.
Mata buta lelaki manis itu tampak berbinar, ia langsung merendahkan diri, meraba bulu anjing yang terasa sangat lembut. Begitupun dengan Jay, ia turut berjongkok, membelai dan memainkan wajah anjing betina tersebut, sesekali menciumi ujung hidungnya.
"Namanya Layla," ucap si pemuda bermata elang.
"Layla? Kenapa begitu?" tanya Jake sedikit penasaran.
"Entahlah, aku hanya ingin memberinya nama begitu karena aku mendengarkan lagu Layla milik Eric Clapton saat diperjalanan tadi," jawab Jay dengan santai.
Jake hanya manggut-manggut, tak mempermasalahkan nama anjing barunya ini. Toh ia juga suka, Layla ... nama yang indah.
"Layla sudah dilatih agar dia bisa menjadi temanmu, kalian hanya perlu pendekatan lebih," ujar Jay.
"Benarkah? Seperti anjingku saat di hutan?"
Jay mengangguk. "Hm, ya."
Sedikit terbesit rasa tidak nyaman di lubuk hati Jay jika mengingat anjing tak bersalah itu. Namun biarlah sekarang Jay menggantinya, agar Jake dapat hidup bersama Layla dan melupakan kejadian buruk itu.
"Mau bermain dengan Layla di luar?" ajak Jay sambil berdiri.
"Tentu," sahut Jake, turut berdiri.
Jake dituntun oleh anjing baru itu menuju halaman belakang, bersama Jay yang ada di sebelah mereka untuk mengarahkan Layla. Ketiganya tampak bahagia, terlebih saat Layla menghambur peluk pada Jake, membuat lelaki manis itu terhuyung dan jatuh karena tubuh Layla yang memang cukup besar. Tawa Jay pecah melihatnya, Jake yang tersenyum senang membuat ia turut bahagia.
Permainan sederhana itu berlangsung cukup lama, hingga akhirnya Jay dan Jake sedikit kewalahan, terlalu lelah karena Layla sangat aktif. Keduanya duduk di tangga, menghela napas dan juga sesekali meregangkan tubuh.
"Dia sangat lincah," ucap Jake.
"Memang begitu. Kau tahu, Border Collie termasuk anjing yang cerdas," terang Jay, mengingat apa yang sudah ia pelajari saat membeli anjing itu.
"Dia pasti mahal," ujar lelaki manis yang memakai sweater hitam.
"Tidak juga."
Layla terus saja berlarian, sesekali Jay memanggilnya, mengusap kepalanya penuh perhatian. Jake juga turut memuji anjing itu, berkata good girl saat Layla melakukan apa yang ia perintahkan.
"Layla, catch!" tegas Jay sambil melempar bola karet ke sembarang arah, yang membuat Layla berlari, mengambil bola itu.
"Jay ..." Jake memanggil, suaranya terdengar lebih serius sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE: BLESSED KARMA | JAYKE
Fanfiction⚠️ Top: Jay | Bottom: Jake ⚠️ 🔞 adult scenes | violence | harsh words | suicide & murder | drugs 🔞 Sang Domini tidak tidur, Ia mampu mendengar setiap penuturan makhluk-Nya, termasuk caci maki yang diutarakan oleh Jay pada lelaki bernama Jake yang...