En todo amar y servir: mencintai dan melayani dalam segala hal.
Jay mengguncang tubuh Jake sedikit keras, membuat lelaki manis itu bangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan mata, mengusapnya sesekali karena masih mengantuk. Jelas saja, matahari pun belum naik ke permukaan, namun tidurnya sudah terusik oleh Jay yang terus membangunkannya secara paksa.
"Jake! Bangun!"
Lelaki manis itu hanya melenguh, masih betah dalam tidur nyamannya.
"Kita harus pergi sekarang, ayo!" Jay menaikkan nada bicara, membuat Jake sedikit tersentak, bingung dan takut secara bersamaan.
"Jay?" Dengan suara paraunya, Jake memanggil pemuda yang kini sibuk mengemasi pakaian.
"Persiapkan dirimu, kita harus pergi dari sini," ujar Jay tanpa berpaling, sibuk dengan urusannya.
"Tapi kenapa?" tanya Jake sambil mengubah posisinya, berdiri, lalu mendekati Jay, bermodalkan sumber suara berisik tak jauh dari tempat tidur.
Namun pemuda itu tak menjawab, langkahnya terarah pada tempat lain, mengambil beberapa barang yang mungkin akan ia butuhkan nantinya.
"Jay? Jawab aku!" gertak Jake, ia merasa kesal karena pemuda ini mengabaikannya.
Jay menjadi geram, ia melempar handuk ke dalam koper berwarna hitam itu, dan langsung mencengkram kedua bahu Jake seraya menatapnya tajam.
"Jangan banyak bicara dan ikuti saja aku!" ujarnya menohok.
Lantas Jake hanya bungkam, mematung tak lagi dapat berkutik. Kepalanya dipenuhi dengan tanda tanya, bersamaan dengan bayang-bayang di mana Han ahjumma mati di tangan Jay yang keji. Jake merinding, lebih baik ia menurut, daripada harus berakhir seperti wanita itu.
Jay mengambil ponselnya di saku celana, menekan nomor sang paman. Ditunggunya beberapa saat, disambut dengan ocehan pria itu yang memekakkan telinga.
"Park Jongseong! Apakah kau ma ..."
"Jemput aku sekarang! Aku harus pergi dari sini!" teriak Jay.
"Lihat siapa yang kesetanan sekarang, dasar bajingan!"
Jay menghela napasnya berat. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha mengontrol emosinya. Kemudian ia menatap Jake yang masih bergeming, merasa bersalah karena ia yakin lelaki manis ini kembali dibuat sakit oleh sifatnya yang keras. Jay menggeleng, kembali fokus pada sang paman di seberang sana.
"Dia kemari," ucap Jay pelan.
Cukup lama sang paman terdiam, hingga akhirnya pria itu berucap kembali. "Park Youngtaek anjing," ujarnya pelan, namun masih bisa didengar oleh Jay.
Jay tak merespons apapun sekarang, memilih untuk diam dan membiarkan sang paman berbicara.
"Bersiaplah, aku akan ke sana," tutur pria itu, dan langsung mematikan sambungan telepon itu.
Jay kembali menyimpan ponselnya di celana, beralih mengambil jaket tebal untuk Jake.
"Kita harus pergi dari sini, maaf jika mendadak," ucap Jay sambil membantu Jake mengenakan jaket itu.
"Tapi kenapa?" tanya Jake pelan, berhati-hati jika akan membuat Jay marah lagi.
Jay merengkuh lelaki manis itu ke dalam pelukannya, mendakap Jake dengan dagunya yang berada di pundak si pemilik. Otaknya berusaha merancang kalimat apa yang ingin ia lontarkan, menyusun kata demi kata dan berharap Jake dapat menerimanya dengan baik.
"Maaf aku mengecewakanmu," ujar Jay memulai.
"Jay-ah ..."
"Kau tahu aku membunuh Han Seungah di hutan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE: BLESSED KARMA | JAYKE
Fanfic⚠️ Top: Jay | Bottom: Jake ⚠️ 🔞 adult scenes | violence | harsh words | suicide & murder | drugs 🔞 Sang Domini tidak tidur, Ia mampu mendengar setiap penuturan makhluk-Nya, termasuk caci maki yang diutarakan oleh Jay pada lelaki bernama Jake yang...