16: acquiris quodcumque rapis

728 84 7
                                    

Acquiris quodcumque rapis: engkau mendapatkan apa yang kau jarah.

Terlihat seorang pria berjalan terhuyung setelah keluar dari sebuah mini karaoke. Ditangannya masih ada sebotol soju yang hampir habis, lalu ia tegak sampai benar-benar habis. Dilemparnya botol itu ke sembarang tempat, membuat botol tersebut pecah. Ia tertawa kecil, menurutnya hal itu cukup menghibur.

Pria itu berjalan, masih terhuyung, terlihat sangat mabuk. Beberapa pejalan kaki tak sengaja ia tabrak, ingin berkelahi karena ia tidak dalam kondisi yang baik. Namun para pejalan kaki itu hanya abai, minta maaf meski mereka tidak salah, lalu pergi segera sebelum benar-benar kacau. Hingga satu pejalan kaki lagi tak sengaja menghalangi jalannya di persimpangan, pria ini menatap si pejalan kaki dengan kedua mata nyalangnya.

"Yak!" gertak si pria mabuk.

"Oh, cheoseonghamnida," ujar si pejalan kaki sambil membungkuk singkat.

Pejalan kaki tersebut ingin kembali melangkah, namun bahunya ditarik oleh si pria mabuk. "Kau mau kemana, hah? Jangan terburu-buru," tutur pria itu sambil tertawa kecil.

Diam, pejalan kaki itu tak perkutik. Pandangan mereka bertemu, ia menatap datar sesaat si pria mabuk.

"Yak!" Kali ini si pria mabuk berteriak, muak dengan lawannya yang mengabaikan.

Dalam sekali gerakan cepat, si pria mabuk sudah berlutut di jalan dengan tangan yang diborgol ke belakang.

"Brengsek! Lepaskan aku!" teriaknya, memberontak sekuat tenaga.

"Di sini rupanya kau, Kim Taeseok," ucap si pejalan kaki.

Pria mabuk itu adalah Kim Taeseok, ia menoleh, mendapati si pejalan kaki sudah mengeluarkan kalung yang tersembunyi di balik jaketnya. Kalung tanda kepolisian setempat, dan ia langsung terbelalak karena itu.

"Bajingan! Lepaskan aku!" Taeseok kembali berteriak.

Pria itu semakin kuat untuk memberontak, namun cengkraman polisi yang tak sengaja bertemu dengannya ini lebih kuat. Tendangan diberikan oleh polisi tersebut pada tulang kering salah satu kaki Taeseok, membuat pria itu merasakan sakit bukan main, mengaduh kesakitan.

"Bangsat!" pekik Taeseok, saat polisi yang masih tampak muda ini mulai menggeledah tubuhnya.

Polisi itu merebut ponsel Taeseok, mengamankannya sebagai barang bukti. Ia menyimpan ponsel itu di jaketnya, kemudian memaksa Taeseok untuk berdiri, mengikuti ke mana ia membawa.

Hingga mereka tiba di kantor polisi setempat, setelah berekendara dengan mobil di malam tenang. Layaknya mendapatkan jackpot, polisi itu tampak senang saat membawa Taeseok masuk. Pun rekannya yang ada di sana terkejut, lalu tawa khas pria terdengar memenuhi ruangan. Mereka bersorak sorai, senang karena salah satu buronan di negara ini berhasil tertangkap.

Hingga atensi mereka teralihkan pada ponsel Taeseok yang akan diletakkan di laci, terdapat sebuah notifikasi yang berbunyi. Polisi itu menatap Taeseok yang duduk pasrah di kursi, memejamkan matanya sejenak karena sudah merasa kalah, terlebih karena notifikasi itu.

"Bagus sekali," gumam polisi itu.

Taeseok diam, menelan ludahnya dengan kasar.

"Segera hubungi kepolisian Seoul!" teriak polisi tadi, yang langsung membuat rekannya yang lain bergerak sesuai perintah.

Benar, notifikasi itu menandakan di mana Jongseong atau Jay berada. Kim Taeseok memiliki ide agar mereka saling terhubung melalui navigasi pelacak, agar memudahkan pergerakan. Namun siapa sangka, Jay yang tengah tertidur pulas di sebuah bangunan kosong tak tahu menahu dengan keadaan sang paman yang sudah tertangkap. Dengan sigap kepolisian Seoul bergegas menuju lokasi yang ditunjukkan, pergi ke sudut kota yang sepi dan nyaris tak terjamah. Sebuah bangunan kosong, bekas pabrik kayu yang sudah ditinggalkan sejak delapan tahun lalu.

FATE: BLESSED KARMA | JAYKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang