6: lucem sequebar in tenebris

1.1K 116 5
                                    

Lucem sequebar in tenebris: saya mengikuti cayaha dalam kegelapan
[Given-Taken : Jake]

Jake tertegun mendengar kisah dari Jay. Ia ingat betul kejadian saat itu, di mana ketika ia masih sangat ketakutan akan suara asing yang belum pernah didengar sebelumnya. Masa-masa awal kebutaannya adalah yang terberat bagi Jake, namun ia tak menyangka, jika Jay sudah hadir dalam kehidupannya sejak itu.

Lelaki manis itu menunduk, batinnya terasa sesak. Tangannya tak lagi memegang pipi Jay dengan lembut, beralih memukul dadanya yang sakit. Sedangkan Jay hanya bisa menyandarkan pemuda itu di dada bidangnya, menciumi kepalanya sesekali untuk menenangkan. Jay tidak tahu pasti, tapi ia yakin, lelaki manis ini kembali teringat akan masa lalu. Mungkin kecelakaan itu, atau mungkin ada hal lain yang belum ia ketahui.

Dirasa Jake sedikit lebih tenang, ia melepaskan pelukannya. Diusapnya wajah lelaki manis itu, menghilangkan jejak-jejak air mata yang membuatnya sedikit membengkak. Ia menangkup pipi Jake, menyatukan dahi satu sama lain, merasakan embusan napas yang menggoda.

"Tidak semua takdir harus kau benci, ada aku yang bisa menjadi satu-satunya takdir yang akan kau sukai," tutur Jay.

"Aku benci, tapi aku suka," sahut Jake.

Satu ciuman singkat Jay berikan pada bibir tebal milik Jake, lalu menyudahi kegiatan romantis yang tersirat kesedihan itu. Pemuda bermata elang itu mengusak rambut Jake, lalu berdiri.

"Aku akan menyiapkan lampu," ujarnya, sembari menatap langit yang mulai menguning.

Jake mengangguk, lalu turut berdiri. Jay ingin menggandengnya, namun ia tolak dengan lembut. Berjalan mendahului pemuda Park itu, keluar dari kamar. Jay tertawa kecil, sejenak ia lupa jika Jake hapal dengan segala tata letak di rumah ini. Memilih untuk mengikuti Jake, berjalan di belakangnya.

"Lampunya tidak ada di kamar wanita itu," celetuk Jay.

Langkah keduanya terhenti, Jake berpaling, berusaha menatap Jay yang ia yakin ada di belakangnya.

"Seharusnya kau meletakkan ke tempat semula," ucap Jake sedikit kesal.

Tanpa menjawab apa-apa, pemuda bermata elang itu membalikkan tubuh Jake. Memegang kedua bahunya, membawa ke arah meja makan di mana lampu darurat itu berada. Lelaki manis itu hanya menurut, juga berusaha untuk menyembunyikan senyum malunya.

"Jay ..."

"Hm?"

Pemuda Park itu membantu Jake untuk duduk di kursi, kemudian beralih ke dapur yang memang ada di sana untuk memasak apapun yang bisa disantap untuk makan malam. Sesekali ia melihat ke arah Jake yang tak kunjung membuka suara lagi, kemudian ia fokus kembali pada kegiatan memasaknya. Tteokbokki instan yang tepat tersisa dua bungkus ini menjadi pilihan terbaik menurut Jay.

"Kau pernah bertemu dengan Han ahjumma sebelum kejadian itu?" tanya Jake sedikit ragu, takut menyinggung Jay, tentang perselingkuhan ayahnya.

Sementara pemuda Park itu tersenyum remeh, mengingat wanita itu membuatnya mendidih. Namun ia berusaha untuk tak tersulut, hanya Jake yang kini ia punya, tak mungkin menyakiti hati lelaki manis tersebut.

"Tidak pernah," jawab Jay.

Jake manggut-manggut, bingung harus bertanya apalagi karena ia merasa suasana sedikit menjadi canggung.

"Dia datang dan hilang begitu saja di kehidupanku, sama seperti dirimu," tutur Jay sembari mengaduk kuah tteokbokki tersebut.

Jake mendesir, menyandarkan tubuh di kursi, juga memajukan bibir bawahnya setelah mendengar penuturan dari Jay yang ia rasa benar adanya.

FATE: BLESSED KARMA | JAYKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang