28. James yang Manis

32K 2.5K 730
                                    

"DADDY, SADARLAH. ITU PAMAN DYLAN BUKAN SAMSAK!!" Aska sekali lagi berteriak. Sungguh, tenaga orang yang dikuasai amarah seribu kali lebih kuat dari biasanya.

PLAK

Hening

Suara tamparan keras itu membuat semua orang terperanjat. Ini hal yang paling tidak terduga dalam sejarah cerita Varel. Arthur ditampar. Ditampar dengan kuat hingga wajahnya menoleh ke samping. Yang paling mengejutkan adalah pelaku penamparannya merupakan orang yang di nilai paling sabar selama ini.

"TUANNN!! BANGUNLAHH!! INI MIMPI!!"

🧸🧸🧸

BAGIAN 28

"VARELL!!"

Arthur terbangun dengan napas terengah-engah. Kepalanya terasa pusing dan berputar-putar.

"Tuan!! Anda akhirnya bangun," ucap James kelewat semangat. Dia sudah sejak tadi mencoba membangunkan Arthur tapi Bosnya itu tak kunjung bangun. James jadi sangat khawatir melihat keringat sebiji jagung di pelipis Arthur ditambah Bosnya itu menangis saat tidur.

"Minum dulu, Tuan" James menyodorkan segela air putih yang sudah dia siapkan sebelumnya. Namun, Arthur bergeming di tempatnya. Matanya masih seperti orang linglung.

"Dad, Daddy tak apa?" Aaron maju lalu duduk di tepi ranjang Arthur kemudian menyeka keringat Arthur menggunakan sapu tangannya.

"Daddy berkeringat sangat banyak, padahal ini ruangan ber-AC. Minumlah, Dad," Aaron meminumkan air yang disodorkan James tadi. Dengan perlahan napas Arthur kembali normal. Orang-orang sedang berkumpul di dalam kamarnya karena kepanikan James beberapa saat lalu.

Dylan ikut bergabung dengan Aaron berniat memeriksa Arthur lebih lanjut tapi secara mendadak Arthur kembali panik lalu mengacak-acak tempat tidur di sampingnya.

"VAREL!! DIMANA VAREL?!"

"El,, tenang dulu, heyy," Dylan mencoba membuat Arthur mendengar suaranya tapi percuma. Aaron mundur dia takut melihat perilaku Sang Daddy.

"VARELL DIMANA!!?"

"Daddy sudah bangun?" tanya Arvind pada Vian setelah masuk ke dalam kamar bersama Varel digendongannya. Vian mengangguk sebagai respon. Mereka tadi bermain di luar agar Varel tidak ikut menangis melihat Daddynya yang berteriak-teriak dalam mimpi.


"Dengarr, Varel disinii. Dia aman," Dylan memegang kedua bahu Arthur agar sahabatnya itu menatap matanya.

"Kau dengar, kan? Varel di sini. Dan dia aman," Dylan berkata perlahan setelah Arthur balas menatap matanya. Tujuannya adalah agar Arthur bisa memperhatikan kalimatnya dengan baik. Tatapan mata Arthur terlihat sangat rumit antara sedih, marah, bingung, depresi, ketakutan, dan waspada bercampur menjadi satu.

"Shttt!" Arvind menyuruh Varel diam ketika anak itu ingin memanggil sang Daddy. Arvind hanya takut Daddynya akan bertindak impulsif, jadi lebih baik menunggu instruksi dari Pamannya.

"Dada napa Bang Apin?" bisik Varel ditelinga Arvind.

"Abang tidak tahu," balas Arvind ikut berbisik.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang