Ch-5. Gagang Sapu dari Wanita Unik.

10 3 1
                                    

Embusan napas kasar keluar dari bibir Aroon tepat ketika dia meletakkan kardus di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Embusan napas kasar keluar dari bibir Aroon tepat ketika dia meletakkan kardus di lantai. Tangannya refleks memegangi pinggang untuk sekadar memberikan pijatan singkat, sedangkan lehernya membuat gerakan ke kanan kiri seolah dia sedang meregangkan otot-ototnya yang kaku. Melangkah mundur, Aroon menyandarkan tubuh di dinding, lalu perlahan mulai melemaskan kaki untuk duduk. Wajahnya tampak meringis saat dia bergumam, “Ini benar-benar sangat melelahkan. Bagaimana bisa para karyawan menyelesaikan semua pekerjaan yang tidak ada hentinya ini?“

Matanya mulai mengawasi barang-barang di hadapannya yang masih bertumpuk. Seharusnya dia segera menyelesaikan semua itu selagi Biantara berjaga di depan. Namun, entah kenapa Aroon merasa sangat lelah. Pekerjaan berat ini benar-benar menguras tenaganya dan dia sangat ingin beristirahat.

Maka dari itu, dia memutuskan untuk meluruskan kakinya. Aroon meraih telepon genggamnya, lalu memainkan game yang sudah seminggu ini sangat jarang dia pegang. Embusan angin di bawah kipas itu membuatnya sejuk, yang lama-lama membuat kelopak matanya terasa berat.

***

Meninggalkan kasir, Aruna menggantikan tugas Isvara untuk men-display barang. Sudah menjadi kebiasaan teman kerjanya itu selalu bersikap semen-mena padanya. Namun, dia sama sekali tidak mempermasalahkan. Dia tidak ingin mencari masalah lain di saat masalah hidupnya sudah berjibun.

Lianne menyuruhnya untuk tetap di rumah, beristirahat dan menenangkan diri. Namun, entah mengapa Aruna tidak menyukai usulan tersebut. Ada ketakutan dalam diri Aruna dari perintah Lianne yang menyuruhnya istirahat. Dia takut jika keputusan Lianne itu akan membuat dirinya dipecat. Maka dari itu, dia memutuskan untuk berangkat bekerja kembali setelah kemarin bekerja setengah hari.

Seperti biasa, bosnya itu mengomel dengan ceramah. Memperingatkannya kembali tentang kondisinya yang tidak stabil dan perlu ketenangan. Namun, Aruna berusaha keras untuk meyakinkan jika dia baik-baik saja. Dia sudah siap bekerja kembali. Lianne tampak sangsi atas keputusannya, yang membuat Aruna terus-menerus mengatakan janji jika dia tidak akan mengulangi lagi kesalahannya. Bahkan, dia membuat taruhan agar Lianne memotong gaji lemburannya jika dia kembali membuat keributan.

Atas sikap keras kepalanya, Lianne akhirnya menyetujui. Tentunya dengan banyak pertimbangan dan banyak juga ancaman. Aruna cukup bersyukur karena dia kembali bekerja. Mau bagaimanapun, dia tidak suka libur. Bertemu dengan bibinya setiap setengah hari saja sudah membuat dirinya kesal. Apalagi jika harus seharian bersamanya. Sering kali Aruna menggunakan waktu liburnya untuk tetap berangkat dari rumah, tetapi pergi di tengah jalan kemudian.

Dia tengah membersihkan rak, ketika matanya menangkap tulisan di salah satu kemasan roti. Alisnya mengernyit saat meraihnya, lalu segera berdiri dan membawanya ke kasir. “Roti ini mendekati kadaluwarsa, sebaiknya dipromokan bersama roti yang lainnya di meja kasir,” katanya pada Isvara yang tengah menghitung uang.

Wanita itu menoleh, melirik sinis pada Isvara. “Taruh saja di situ, aku pasti sudah tahu tanpa kamu memberikan laporan." Isvara menjawab sedikit ketus.

MARCH: Summer In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang