"Kau begitu panas, Sayang!" Pujian mesra serta pahat-pahat raut kepuasan terbit dari wajah renta Iriawan. Ada yang melesak tegang, birahinya seperti diaduk hingga tak sabar menubruk lekuk indah milik sosok wanita itu. Berbaring penuh godaan, terdampar pasrah di kasur.
Bibir dengan lapisan pewarna merah itu tersenyum nakal, bagian bawahnya dia gigit sensual. Sungguh Iriawan beruntung bisa ketemu wanita itu.
"Bisakah kau bantu aku? Hilangkan rasa panas ini emhh," rajuk si wanita sembari mendekati Iriawan, dada kerasnya dia raba perlahan.
Tak sabar, pria itu lekas meraih tubuh si wanita lalu melemparnya ke ranjang. Sisi rahang mulus tersebut dia beri kecupan bringas, hingga desau desah kian bergema. Tingkat nafsunya semakin tinggi minta dipuaskan.
Namun, gedoran berulang terus menghantam pintu tempat hasrat mereka hampir dilabuhkan. Ketukannya begitu keras dengan kesan brutal, bahkan benda itu seolah ingin copot dari engsel. "Sialan mana yang berani menggangguku?" Umpatan itu terlontar, Iriawan bergerak menuju pintu sambil mengancingkan kemejanya yang lepas separuh.
Sedangkan garis senyum wanita itu ditarik sinis, jempolnya teracung tanda siap ke arah kamera pengawas di sudut ruang. Pengintai yang tidak Iriawan tahu keberadaannya.
Kala benda menjulang itu ditarik gagangnya, tanpa urgensi sebuah pukulan kencang mampir pada tengkuk renta Iriawan. Tidak ada manuver, karena serangan yang amat tiba-tiba. Tubuh rimpuh Iriawan jatuh mudah dalam sekali pukul. Lengannya dipiting ke belakang, beberapa pria dengan jaket kulit mulai mengelilingi dirinya.
"Mau lari ke mana lagi, Tuan Iriawan?" tantang salah seorang petugas, pantofelnya menginjak punggung Iriawan sengaja.
"Great job, Isvara!" Sedang Aroon yang berada sebalik rencana ini tampak semringah. Menatap Isvara, wanita itu melilit tubuhnya dengan selimut. Sekadar penutup buat setelan minim di tubuh.
Rancangan pertemuan kilat seolah tanpa sengaja pada sebuah kelab malam dirancang, Isvara, wanita yang tengah putus cinta mengisahkan cerita pilu. Hingga Iriawan iba, dalam waktu satu minggu saja pria itu takluk. Tanpa curiga. Tawaran malam panas di suatu penginapan hanya rencana picik, jebakan maut.
Pria tua itu kini digiring pasrah. Kembali pada posisi awal, mendekam dalam jeruji besi.
"Kau benar-benar seperti ular penggoda, jangan bilang kau juga tergoda pada pria tua itu? Jalang...." baris kalimat pedas terlontar, pancar raut rongseng jelas diperlihatkan oleh Angkasa. Pria itu baru datang, setelah tadi jadi seksi sibuk memantau dari kejauhan.
Aroon apatis, memilih tidak ingin terlibat lebih dalam. Interaksi Angkasa begitu tidak penting, baginya asal Iriawan sudah ditangkap itu cukup.
"Cemburu heh?" sahut Isvara sewot. Menyeret langkah kian dekat pada Angkasa yang berdiri skeptis sebelah ranjang.
Memangkas jarak wajah keduanya, sampai aroma wangi napas Angkasa terendus. Tatap netranya turun, mengunci kelopak Angkasa yang ditutup gelisah. Kepala pria itu bergerak mundur takut-takut. "M—mau ... mau ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCH: Summer In Your Eyes
Romance[Romansa, Lengkap] •A Month In A Day•• Masa lalu kelam membuat Aruna tanpa sadar menderita bipolar dan penyakitnya itu membawa dampak dalam pekerjaan. Sebagian teman kerjanya di Maret Market menyebutnya sebagai wanita aneh, tetapi Aroon selalu mema...