Ch-13. Kepanikan Aroon

5 2 0
                                    

Mendung pagi ini membuat matahari tersembunyi di balik awan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mendung pagi ini membuat matahari tersembunyi di balik awan. Aroma petrichor menguar dari tanah yang terkena rintik. Suasana terasa dingin, apalagi dengan angin yang berembus dengan riang. Bisa dipastikan, sebentar lagi air hujan akan menyentuh bumi.

Aroon mengabaikan suasana yang terasa menusuk tulang tersebut. Pagi sekali, dia berangkat ke Maret Market. Sengaja datang satu jam lebih awal agar karyawan yang lain tidak akan melihat aksinya.

Rupanya, pria itu tengah memasang tambahan CCTV di tokonya. Sengaja meletakkan di tempat-tempat tersembunyi yang hanya dia sendiri yang tahu—bahkan,untuk hal ini dia tidak membicarakannya pada Lianne. Tujuannya hanya satu, membongkar penggelapan barang yang terjadi pada usahanya. Mau bagaimana pun, ini sudah berlaku begitu lama. Banyak kerugian yang harus Aroon tanggung untuk masalah ini.

Setelah memastikan semuanya aman, dia segera pergi ke ruangan Lianne. Mencari berkas-berkas tentang segala informasi atas transaksi yang ada, lalu mengamatinya dengan teliti untuk menemukan apapun yang terasa mengganjal.

Namun, saat semuanya terasa melelahkan, kantuk menguasai diri Aroon. Matanya yang semalam terpejam hanya setengah malam itu menuntut untuk kembali tertutup, menguasai alam mimpi yang sama sekali belum terjamah. Sayangnya, Aroon harus menghempaskan kenikmatan tersebut. Tidak ada lagi waktu untuknya bersantai untuk hari ini. Dia sudah lelah mengurusi masalah kecurangan di tokonya. Mau bagaimana pun, dia harus kembali ke realita dan mengurusi usahanya yang lain.

Aroon memutuskan untuk membuat kopi ketika matanya hampir tidak bisa diajak kerja sama. Meletakkan barang-barangnya di meja, beranjak menuju pantri yang ada di ruangan Lianne. Sial baginya, karena kopi yang dicari tidak tersedia.

Mau tidak mau, pria itu turun. Penampilannya yang tadinya rapi, kini tampak sedikit berantakan. Mengabaikan hal tersebut, Aroon segera menuju rak untuk mengambil kopi saset yang diinginkan. Dia berniat kembali, ketika mendengar rolling door perlahan terbuka. Sosok Biantara masuk ke dalam dengan alis berkerut heran menatapnya dengan lekat.

“Aroon," panggil pria itu berhenti tepat di hadapan Aroon. "Awal sekali kamu datang?"

Menggaruk pelipisnya sebagai pelampiasan, Aroon meringis. “Ya." Ingin sekali dia menjawab dengan sedikit panjang, tetapi otaknya tidak mampu memikirkan alasan apapun untuk diberikan.

"Lalu kenapa tidak langsung membukanya?" Kali ini, tatapan Biantara terang-terangan penuh curiga. Sedikit kemudian, kepalanya memutari seluruh ruangan toko yang masih gelap karena beberapa bagian lampu belum nyala.

Embusan napas panjang keluar dari bibir Aroon. "Singkirkan pikiran kotormu itu, kamu menatapku seolah aku sedang mencuri sesuatu," katanya, “ Bu Lianne menyuruhku datang awal untuk mengurus sesuatu.“

“Oh, ya, apa itu?“ Penjelasan Aroon masih terdengar tidak masuk akal bagi Biantara, sehingga dia masih menatap Aroon dengan mata memicing.

"Itu ...." Aroon tampak berpikir, tetapi lagi-lagi tidak menemukan jawaban. Hal ini membuatnya merasa jengah sendiri, sehingga tangannya refleks menyugar rambut. “Jangan tanya banyak hal, kamu akan tahu nanti." Setelah itu, dia beranjak pergi.

MARCH: Summer In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang