Ch-7. Apriori Malam Hari

7 2 0
                                    

Sorot terang mentari bak kiasan senyum-senyum para karyawan ini, cuaca hangat disertai rona merah pada pipi mereka cukup menggambarkan bagaimana semringahnya suasana hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorot terang mentari bak kiasan senyum-senyum para karyawan ini, cuaca hangat disertai rona merah pada pipi mereka cukup menggambarkan bagaimana semringahnya suasana hati. Banyak hal baik telah terjadi, setelah kopi gratis kali ini giliran seragam baru.

Atasan polo dominasi biru terang tampak necis menyatu dengan wajah-wajah ceria para karyawan, seolah energi positif tercurahkan dari penampilan baru mereka.

Tak terkecuali Aruna, wajah kuyu itu berganti dengan segaris tarikan tipis di bibirnya. Dia terlihat manis saat merapikan rambut lalu mengamati dirinya sendiri. Kemudian sedikit canggung begitu terlibat bincang singkat dengan karyawan wanita lain.

Gerak-gerik kaku yang terekam jelas oleh netra Biantara, dari kejauhan dia mengamati Aruna sembari sedekap dada. Kala sorot lembutnya bertemu tatap sayu Aruna, dia tersenyum lalu jempol besar itu terangkat tanda memuji.

"Aruna ..." panggil Biantara kemudian.

Sesaat sang wanita hanya terpekur. Bergerak skeptis ketika telunjuk Biantara tertuju pada seragamnya, tetapi dia rasa tidak ada kesalahan dari penampilannya. Sisi kiri alis Aruna terangkat bingung, memperjelas tanda tanya yang berkelindan di kepala.

"Isvara!" Ayunan tangan pria itu bagai pinta agar sosok yang dia maksud lekas mendekat.

Kemudian Isvara memangkas jarak dari Aruna setelah terlibat bisik singkat dengan Biantara, air muka wanita itu masam tanpa kata tangannya langsung bergerak melipat kerah belakang Aruna. Bersiap lancarkan sebuah agresi, menyelipkan bait cerca pedas di indra dengar Aruna. "Kau wanita baik-baik, jadi hentikan sikap murahan ini. Anak pintar!" Dan pergi begitu saja.

Aruna menunduk sejenak. Lalu wajahnya terangkat menuju pahatan sosok manis bernama Biantara. Tanpa suara sebuah kata terima kasih bibir itu ukir, tidak lupa bonus tawa kecil yang asing.

Pasangan bola-bola tajam Aroon ternyata sejak tadi sibuk mengamati interaksi ringan kedua manusia itu, rasa penasaran kian berisik haus jawaban. Dari jarak tiga meter tersirat sesuatu pada sorot dinginnya, perlahan dia menyeret langkah ke sisi Biantara dan mengacungkan jempol untuk Aruna.

Reaksi negatif, sayang sekali. Sebab Aruna malah apatis, wajahnya kembali beku minus ekspresi.

Suara tepukan tanda atensi terdengar, aura tegas Lianne kini mendominasi suasana, "Jangan terlalu larut dalam kesenangan, kembali bekerja! Saya berharap banyak pada kalian! Jadi ... semangat!" perintahnya membara.

"Gas, Bunda ..."

"Mangats gaess!"

Keadaan ramai lagi kala mereka mulai sahut-sahutan riuh, kerumunan kini bubar satu persatu balik pada posisi masing-masing siap tempur mencari nafkah.

Tepukan kencang mampir di bahu Aroon, Biantara si pelaku cekikikan menyeret pria itu kembali pada realita. Turut bersukacita melihat penolakan terbuka dari Aruna terhadap Aroon.

MARCH: Summer In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang