Senyuman canggung pria itu masih terus terlukis, menatap dua wanita di ruang perawatan Aruna secara bergantian. Sejak tadi Biantara merasakan keanehan, baik dari situasi hingga perasaan. Biantara menunggu masa yang tepat untuk menjelaskan, namun Bibi dari Aruna yang baru datang itu tidak memberikan kesempatan. Ya, sejak tadi Bibi Aruna yang dia ketahui bernama Wati itu menyimpulkan sendiri statusnya dengan Aruna.
Tidak masalah baginya jika orang lain mengira bahwa Aruna adalah pacarnya. Tapi ini Bibi Wati, keluarga Aruna. Aneh rasanya jika tidak menjelaskan yang sebenarnya, Biantara tidak selicik itu untuk bisa memulai hubungan. Dia lebih suka membuat calon pacarnya menyukai dirinya lebih dulu, baru menjalin hubungan baik dengan keluarganya. Itu akan terasa lebih baik, daripada pihak keluarga memaksa wanita yang dia suka untuk menerima cintanya.
"Kalian kenal di mana?" Biantara melepas lamunan, menatap Bibi Wati yang menampilkan wajah penasaran.
"Kami teman kerja, Tante." Cakapnya belum tuntas, Bibi Wati langsung menepuk paha sendiri dengan antusias.
"Dari teman kerja jadi pacar, ya?" Biantara yang menggelengkan kepala terabaikan, Bibi Wati mengoceh semangat dengan angan romantis yang tercipta dalam otaknya sendiri.
"Jodoh memang dekat, kayak Suami Bibi. Ternyata teman sekolah Bibi dulu, ketemu dan jatuh cinta saat reuni sekolah." Wanita itu tidak berhenti bicara, mengatakan cerita karangan dengan tokoh Biantara dan Aruna diiringi rangkaian kisah romansa.
"Kalau Nak Bian tahu, Aruna ini memaksa sekali untuk bekerja. Bilangnya mau mandiri, kalau disuruh istirahat, bandel banget! " Biantara tersenyum menanggapi. Matanya melirik Aruna yang duduk bersandar dengan menutup mata. "Bibi khawatir, tapi sekarang gak lagi. Ada Nak Bian yang bantu jagain Aruna, ya?"
"Iya, Tante." Pasrah, Biantara tidak mampu menyaingi mulut wanita yang terus berbicara. Hendak menyela takut dicap durhaka. Lain Biantara, lain Aruna. Dibalik selimut, tersimpan genggaman mengepal dari Aruna yang menahan diri untuk tidak berteriak.
"Aruna, kamu tidur?" tanya Bibi Wati usai bercerita situasi selama Aruna di rumah yang hanya karangan darinya.
Mata Biantara dengan jelas menangkap guratan leher Aruna yang menegang. Detik kemudian, Aruna menghela napas panjang dan membuka matanya.
"Hanya lemas, aku ingin istirahat," ucap Aruna pelan. Kemudian dirinya berbaring, Bibi Wati berlakon menampilkan drama orang tua menyayangi anaknya.
"Istirahatlah." Begitu Aruna berbaring, Bibi Wati masih mendalami peran. Lepas mata Aruna menutup, Bibi Wati menatap Biantara yang tampak memperhatikan keponakannya. "Nak Bian, bisa temani Aruna sebentar? Bibi harus ambil beberapa keperluan, tadi berangkat Bibi terlalu khawatir dengan Aruna. Jadi gak bawa persiapan. Bisa, kan?"
Dengan senang hati, Biantara menyanggupi. "Bisa, Tante jangan khawatir." Karena Biantara masih memiliki waktu luang sebelum sift kerjanya dimulai.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCH: Summer In Your Eyes
Romance[Romansa, Lengkap] •A Month In A Day•• Masa lalu kelam membuat Aruna tanpa sadar menderita bipolar dan penyakitnya itu membawa dampak dalam pekerjaan. Sebagian teman kerjanya di Maret Market menyebutnya sebagai wanita aneh, tetapi Aroon selalu mema...