12

3.2K 278 29
                                    

Sejujurnya, Beomgyu sangat senang bisa bertemu lagi dengan Yuta. Pria itu masih belum berubah, masih terlihat seperti penyelamat, pelindungnya. Bahkan guratan wajahnya juga tak berubah; tampak selalu kepribadiannya yang hangat. Tak dapat dipungkiri bahwa Beomgyu sangat gembira sekaligus bersyukur karena pria yang menyelamatkannya berhasil selamat dari insiden lima tahun lalu. Sayang, Beomgyu masih terlalu tertutup untuk mengekspresikan isi hatinya tersebut.

Beomgyu memerhatikan wajah Yuta saat pria itu tengah asyik mengobrol dengan gurunya. Bekas luka yang terpampang jelas di pipi kiri membuat tatapannya mengiba. Goresan pisau itu adalah bukti bahwa Yuta pernah melindungi Beomgyu dari bahaya.

"Bagus, kan?" Pertanyaan Renjun mengalihkan pandangan Beomgyu. Dipandanginya ipad milik yang lebih tua, ada gambar laut dengan nuansa biru muda dan putih yang mendominasi. Renjun tengah menunjukkan karyanya.

Beomgyu mengangguk antusias dengan mata yang berkedip-kedip lucu.

Renjun menggeser layar ipad-nya lagi. Memunculkan karakter kartun yang merupakan hasil lukisannya beberapa waktu lalu. "Ini Moomin! Beomgyu tau, kan?" Beomgyu mengangguk lagi, "Tau! Woah, kamu gemesin banget, tapi lebih gemes Moomin."

"Sayang, hujannya dah berenti. Ayo, pulang? Poppy udah nelponin Papi nih kecarian kamu." Yuta mendatangi Renjun, berdiri di belakang kursinya dan menyempatkan diri untuk mencium puncak kepala anaknya dengan sayang.

"Okay!" Renjun langsung mengangguk patuh dan memasukkan ipad-nya ke dalam tas.

"Ayo, Beomgyu." Ten pun ikut menghampiri dan menyuruh Beomgyu membereskan barang-barangnya kembali.

Yuta melirik jendela untuk mengetahui kondisi luar yang masih gerimis sedikit. "Bareng aja yuk, Ten?" tawarnya.

Ten menimbang-nimbang tawaran Yuta. "Bentar. Beomgyu mau barengan sama Om Yuta?" tanya Ten pada Beomgyu.

Pemuda itu memakai tasnya dan mengangguk. "Mau."

Yuta yang senang tidak mendapat penolakan pun mengulurkan tangannya pada Beomgyu tanpa ragu. Dan, si manis Jung itu sekali lagi tak menolak dan menggandeng tangan pria di hadapannya tanpa ragu.

Ten menggigit jarinya lantaran menahan gemas saat melihat Yuta berjalan beriringan bersama Renjun dan Beomgyu di sisinya sambil menggandeng kedua tangannya.

Lalu, ia tersenyum hangat. Rasanya sangat senang melihat Beomgyu bisa berteman dengan Renjun dan tidak takut pada Yuta.

Winwin benar, Yuta tampangnya saja yang galak, tapi hatinya sangat lembut sampai luluh kalau berhadapan dengan anak-anak.

Rasanya sangat bersyukur mengetahui kalau Yuta pernah bertemu dan menyelamatkan Beomgyu dari tempat pelacuran itu.

Sontak Ten tertawa dan menepuk keningnya, ia merasa sikapnya bak orang tuanya Beomgyu.

"Huwaaa, Taeyong, kok bisa telat tadi?" Kim Jisoo berceletuk tepat setelah event berakhir. Ia dan Taeyong bersama tim yang lain kini memasuki ruangan mereka, duduk di kursi kerja masing-masing dengan malas. Tepatnya tidak bertenaga lagi setelah event pameran Seoul selesai.

"Iya, tadi tuh macet." Taeyong mengeluh sambil memijat pundaknya yang terasa pegal. "Hah, untung deh semua lancar."

"Iya, lancar. Ngga ada kesalahan," ucap Jisoo senang. Taeyong mengacungkan dua jempol pada timnya yang lain sebagai bentuk apresiasi dari kerja keras mereka selama beberapa hari ini.

"Habis ini, Kak Taeyong harus ke Jeju, kan?" tanya Jungwoo, salah satu rekan kerja Taeyong juga.

Mendengarnya, Taeyong menghela napas. Benar, jangan lupakan pameran busana di Jeju akhir pekan ini. Astaga, Taeyong sangat lelah. "Iya. Duh, padat banget jadwal. Mana baru pindahan rumah. Capek."

We Are Family ❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang