19

3K 284 21
                                    

Untuk kali pertama Beomgyu makan bersama Papa-nya setelah mereka berpisah cukup lama. Ia keluar dari rumah sakit setelah dinyatakan pulih dan kini tinggal bersama Jaehyun dan saudara kembarnya, Sungchan.

Beomgyu hanya menatap nasinya lalu beralih pada sumpit yang berada di tangan kanannya. Ia menggerakkan sumpit tersebut secara perlahan, tapi masih tak bisa paham dengan benarㅡatau bisa dibilang Beomgyu tidak tahu bagaimana cara menggunakan sumpit.

Masalahnya adalah ia takut untuk mengatakan kalau ia tak bisa. Beomgyu takut Jaehyun akan mengira ia adalah anak yang bodoh dan meninggalkannya.

"Kenapa, Adek?" Sungchan bertanya heran karena Beomgyu tak kunjung makan sementara nasinya sudah ia santap beberapa suap. "Ada sesuatu ya di nasinya?"

Beomgyu mendongak lalu membalas dengan gelengan pelan. Di hadapannya ada Jaehyun yang tidak ia tahu ternyata juga belum menyentuh makanannya demi memperhatikannya.

Dengan inisiatif, Sungchan mengambil sepotong telur gulung dan meletakkannya di atas mangkuk Beomgyu yang berisikan nasi. "Makan yang banyak, biar Adek ngga sakit lagi," ujarnya sambil memamerkan senyuman polosnya.

Diam beberapa saat, kemudian Beomgyu mencoba untuk menggerakkan sumpitnya lagi; mengapit telur gulung itu untuk disuapkan ke mulut. Gerakannya yang tergagu dan ceroboh menghasilkan kegagalan; makanannya lolos dari sumpit dan jatuh ke lantai.

Dari situ Jaehyun sudah bisa mengambil kesimpulan. "Adek ngga bisa pake sumpit, ya?"

Tubuh Beomgyu langsung menegang dengan ekspresi ketakutan. Ia menunduk sambil memejamkan mata erat-erat. Air matanya mulai lolos. "Maaf, Pa..." bisiknya dengan suara yang sangat pelan sampai nyaris tidak bisa didengar Jaehyun.

"Maaf kenapa, sayang?"

"Adek bodoh. Ngga berguna."

Raut wajah Jaehyun hanya menyiratkan pilu mendengarnya. Ia bangkit untuk mengambilkan sendok dan garpu dengan ukuran kecil lalu meletakkannya di dekat Beomgyu.

"Ngga. Adek ngga bodoh," bisik Jaehyun menenangkan. "Adek cuman belum tau caranya. Nanti kita belajar sama-sama ya, sayang? Jangan takut. Papa ngga akan pernah marah kalo Adek memang ngga bisa."

"Yang diinterogasi Yuta siapa?"

Johnny yang semula memandang lurus ke depan; menghadap sebuah kaca yang menjadi lapisan antara ruang interogasi pun menoleh ke samping. Rekan kerjanya, Jiyeon datang, mengambil tempat duduk di sebelahnya saat Johnny menjawab, "Namanya Kim Jongsu, dia salah satu pelaku penculikan anak-anak yang berhasil Yuta tangkep tadi malam."

Jiyeon mengangguk. Ia bersama Johnny kembali menatap ruang interogasi dari balik kaca berukuran besar tersebut, memperhatikan Yuta yang menginterogasi salah seorang tangkapannya beberapa waktu lalu.

"Saya serius, Pak. Saya juga ngga tau dimana Chanwoo! Dia lari sama ceweknya habis ninggalin anak itu sama Bos dulu."

Orang itu bersikeras dengan memasang wajah memelas agar polisi di hadapannya itu mau percaya. Namun, mimik Yuta masih belum berubah; datar dengan tatapan tajam bak pembunuh berdarah dingin.

"Siapa yang ngasih memori ini ke kalian?" Beberapa detik berlalu, barulah Yuta mengeluarkan suara, mengangkat sebuah perangkat mungil menggunakan ibu jari dan telunjuk. Dengan nada dingin sehingga atmosfer ruangan tersebut terasa sangat mencengkam seolah-olah sengaja ingin membuat Jongsu mati ketakutan.

We Are Family ❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang