Sewaktu Jaehyun memasuki rumah, suasananya cukup sepi dan sunyi. Ia mendapati anak-anaknya telah tertidur di atas lantai pada ruang tengah. Selimut mereka berantakan, begitu pula dengan posisi tidurnya. Mereka saling memunggungi. Ada dua buku yang terletak di bawah telapak tangan Sungchan, kemudian alat lukis di sebelah wajah Beomgyu. Mereka pasti jatuh tertidur, makanya tidak bebersih terlebih dulu.Meski begitu, ia tak marah. Jaehyun malah tersenyum lembut melihatnya. Hatinya berangsur lebih tenang dari sebelumnya usai memandangi wajah damai anak-anaknya, begitu manis dan polos. Si kembar pasti berupaya keras untuk menunggunya kembali, meski sayang, mereka tidak bisa melawan rasa kantuk. Maklum saja, ia baru kembali pada pukul 4 subuh.
Kelihatannya piknik mereka seharian ini begitu menyenangkan.
Jaehyun pun mendekat, meletakkan satu kotak kue di atas meja dapurnya, kemudian pensil warna yang dibelikan Taeyong pada meja ruang tengah. Jas digantung di tempatnya, lalu kembali sembari menggulung lengan kemejanya.
Dibereskan buku-buku milik Sungchan, beserta alat lukis milik Beomgyu. Semuanya disusun dengan lebih rapi di atas meja dekat televisi, kemudian mengangkat anaknya satu per satu ke kamar.
Namun, saat akan menggendong Beomgyu, ia menemukan sesuatu. Anaknya itu tertidur dengan posisi menelungkup, sebelah pipinya menekan selembar kertas di atas lantai. Sewaktu Jaehyun menarik kertas tersebut, didapatinya sebuah lukisan Beomgyu yang tidak biasa.
Sebuah gambaran yang dilukis dari pensil itu memperlihatkan sebuah sungai yang ada di taman, berisi empat orang berdiri di tengah-tengahnya yang cukup berjarak. Empat orang itu dilukis dengan wajah yang senang dan bersemangat, bermain air dengan saling menyiram satu sama lain. Lalu ada satu orang yang duduk di atas batu, tepat di dasar sungai, memerhatikan dengan wajah sumringah.
Lukisan Beomgyu yang satu ini terlihat jauh berbeda dari sebelumnya. Karena biasanya, Beomgyu menggambar dengan isi hatinya yang dipenuhi rasa sedih dan takut, sehingga cenderung terlihat monoton dan redup. Berbeda dengan yang dilihat Jaehyun sekarang. Penuh keceriaan dan kesenangan di usia yang masih terbilang muda. Lukisan yang dipenuhi wajah-wajah bahagia seperti telah meninggalkan memori indah di benak Beomgyu.
Ini indah sekali. Jaehyun tersenyum lebih lebar lagi setelahnya. Ia menciumi pipi Beomgyu dengan sayang lalu diangkatnya tubuh sang anak dan membawanya ke kamar.
Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat anak-anaknya bahagia seperti sedia kala.
Malam-malam yang dingin dan menyakitkan itu sudah dilewati Beomgyu, Jaehyun berharap tidak akan ada malam menyakitkan yang dilewati kedua anaknya lagi di masa depan.
❦
Di malam yang dingin itu, Jaehyun terduduk seorang diri di lorong rumah sakit, dekat dengan ruang inap anaknya, Beomgyu. Lelah, letih dan pilu, seluruh perasaan itu menyelimuti hingga ke seluk-beluk relung hatinya. Jaehyun mendekap jaketnya seerat mungkin demi menghalau udara dingin yang menusuk kulit. Terlampau letih batinnya bertanya-tanya, kapan semua ini akan berakhir. Penderitaan anak bungsunya. Beomgyu telah melewati masa operasi dan sekarang masih berada di bawah pengaruh obat. Tapi, sampai kapan?
Tidak seperti anak-anak lainnya, Beomgyu melewati harinya di rumah sakit. Meminum obat menjadi rutinitas seperti jadwal makan tiap harinya. Belum lagi operasi yang dilakukan demi menunjang kesehatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Family ❥ Jung Fams
FanfictionJung Jaehyun x Lee Taeyong [Jaeyong] ❁➣ Di penghujung jalan, ketika kau menemukan sebuah tempat yang aman untuk beristirahat, merengkuhmu dengan hangat kala lelahnya menghadapi kejahatan dunia, itulah yang disebut dengan keluarga. Dan ya, kata siapa...