32

2.5K 261 45
                                    

Selesai merapikan ruang tengah, Jaehyun mendudukkan dirinya di atas sofa empuknya seraya melirik ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Maka dari itu, ia menghela napas panjang. Hari ini terasa sangat melelahkan sampai Jaehyun menyandarkan punggung ke sofa dengan malas dan meletakkan kedua tangan di bagian atas sofa.

Kemeja putih masih melekat di badan menandakan ia belum bebersih usai pulang bekerja. Sehabis menjemput Sungchan dan Beomgyu di rumah Ten, Jaehyun masih harus memperbaiki keran wastafel yang tak berfungsi, lalu menyiapkan makan malam. Setelah anak-anak pergi menggosok gigi dan bersiap untuk tidur, barulah Jaehyun membersihkan ruang tengah dan beristirahat sejenak sebelum pergi mandi kemudian tidur.

Kalau dipikirkan lagi, sebenarnya Jaehyun masih merasa janggal dengan ide Mingyu tempo hari. Mengajak Taeyong nonton, untuk membuktikan apakah pria itu benar menaruh perasaan lebih padanya, lebih yang dimaksudkan Jaehyun adalah perasaan dari sekadar berteman.

Jika benar, Jaehyun tidak akan sanggup untuk menolak. Rasanya seperti tidak tahu malu menolak orang sebaik Taeyong yang sering membantunya dan anaknya, Sungchan. Tapi, di sisi lain Jaehyun masih belum punya niat untuk menjalin hubungan asmara. Ia tidak ingin membagi perhatiannya pada anak-anaknya.

"Apa gue batalin aja, ya?" gumamnya resah. Tapi, itu tidak mungkin, kan?

Sekali lagi, Jaehyun menarik napas lalu mengembuskannya dengan lelah sambil meletakkan salah satu lengan di atas kepala. "Semoga ini beneran cuman bualan Mingyu doang."

"Papa, Adek boleh ngomong sesuatu?"

Punggung Jaehyun kembali menegak manakala mendengar suara Beomgyu yang menyapa rungu, mengembalikan fokusnya ke alam nyata. Kedua matanya pun mendapati Beomgyu dalam balutan piyama coklat berdiri di antara dua kakinya. "Iya, sayang. Kenapa? Udah sikat gigi belom?"

Beomgyu mengangguk. "Udah, Papa." Lalu, menunjukkan giginya sebagai bukti.

Kekehan lembut pun lolos dari bibir Jaehyun. Ia mengangguk tanda percaya. Ah, kenapa dunia terasa baik-baik saja setiap Jaehyun menatap mata bening kedua anak kesayangannya itu.

"Okay. Adek mau ngomong apa?" katanya mempersilakan.

Namun, Beomgyu tidak langsung mengatakannya. Ia tampak gugup dengan mata yang mengerjap lucu. Berulang kali mulutnya terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar, meski begitu Jaehyun masih menunggu dengan sabar.

"Papa, waktu itu ... itu, Adek ketemu Kak Renjun sama Kak Mark di rumah Pak Guru. Terus ... terus," kata Beomgyu terbata-bata.

Memahami sikap anaknya itu, Jaehyun berdeham kecil sambil mengangguk-anggukan kepala. "Iya, pelan-pelan aja, gapapa," ujarnya sabar, lalu memainkan ujung rambut Beomgyu yang kelihatannya sudah tumbuh terlalu panjang.

Beomgyu meneguk ludah dan memejamkan mata erat-erat. "Terus, Kak Renjun ... bilang ada lomba menggambar di alun-alun kota hari Minggu nanti." Setelahnya ia membuka mata, melihat Jaehyun yang terpaku menatapnya tanpa jeda. Beomgyu mencicit kecil saat melanjutkan, "Kak Renjun ngajak Adek buat ikut. Papa, Adek boleh ikut lombanya?"

Sejenak suasana menjadi sunyi dan terasa canggung untuk Beomgyu. Tentu saja, ini kedengarannya aneh. Dahulu, pernah beberapa kali Jaehyun mencoba membujuknya untuk ikut lomba menggambar, tapi Beomgyu selalu menolaknya.

"Hmm." Jaehyun menipiskan bibir lalu terdiam untuk beberapa saat. Setelahnya, ia tuntun Beomgyu untuk duduk di salah satu pahanya, kemudian bertanya, "Sekarang, Papa yang mau nanya. Adek tertarik ikut lombanya atau ngga?"

Anggukan kepala ditunjukkan Beomgyu dengan kikuk. "Tertarik, Pa. Setiap hasil karyanya bakal dipajang, terus dapet sertifikat gitu, ada hadiahnya juga."

We Are Family ❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang