Beberapa menit sebelum acara dimulai, Beomgyu sedang membantu Yuta menyiapkan minuman di dapur. Dengan senang hati, bocah manis bermarga Jung itu menyusun beberapa gelas putih di atas nampan, sementara Yuta yang membuat minumannya.
"Om Yuta?" panggil Beomgyu dengan suara kecilnya.
"Iya?" balas pria yang lebih tua dengan suara lembut.
Anak manis itu tampak meragu untuk beberapa saat, sehingga Nakamoto Yuta mengalihkan pandang padanya dan merespon berupa anggukkan kepala agar keraguannya menghilang. Beomgyu pun mulai berani untuk bertanya, "Om Yuta pernah bilang, semua orang bisa jadi orangtua, tapi ngga semua orangtua bisa seperti Papa. Itu maksudnya apa?"
Yuta melebarkan senyum, kemudian menyuruh Beomgyu untuk duduk di kursi pantry lebih dulu, lalu ia mengambil tempat di sebelahnya. "Inget ngga, pas Om cerita kali pertama Om ketemu Papa-mu?" Beomgyu mengangguk sebagai balasan dari pertanyaan tersebut, Yuta pun meletakkan botol sirup ke atas meja kembali.
Pria itu memberi segelas minuman sebelum memusatkan perhatiannya pada Beomgyu dan mulai berterus terang. "Waktu Om sebut nama kamu, pandangan mata Papa-mu langsung berubah waspada. Dia ngelihat Om penuh curiga, apa Om ini termasuk lawan atau teman. Tatapannya itu, kalo Om keliatan dikit aja bahaya buat kamu, Papa kamu ngga bakal ragu buat bunuh Om keknya," katanya, walau diiringi dengan kekehan, tapi pria itu berterus terang, sejenak membuat Beomgyu sedikit terhenyak lantaran tidak akan pernah tahu kalau tatapan teduh sang Papa bisa berubah terlihat lebih kejam di mata seseorang.
"Itulah cinta seorang Ayah." Yuta mengungkapkan pemikirannya yang absolut, mengeluarkan Beomgyu dari alam lamunannya. Pemuda Jung itu mengunci pandangannya pada Yuta yang kemudian menyentuh keningnya menggunakan jari telunjuk. "Cinta seorang Ayah yang ngga bisa dijabarkan dalam kata-kata, bentuknya juga ngga tau bagaimana, apalagi seberapa kedalamannya. Tapi, yang pasti cinta seorang Ayah itu nyata untuk kalian. Yang bakal selalu siap pasang badan kalo ada bahaya yang datang ke anaknya, begitulah kira-kira."
Beomgyu benar-benar terpaku mendengar setiap rentetan kalimat yang diucapkan Yuta. Pipinya terasa menghangat. "Cinta dari Papa kamu ngga akan bisa hancur gitu aja, ngga peduli gimana keadaan kamu," ujar Yuta lagi, dan kemudian jari telunjuknya mengarah ke dada Beomgyu. "Cintanya untuk kamu dan Sungchan, ngga akan pernah habis buat ngisi hati kalian berdua. Hidupnya cuman untuk kalian berdua."
Kali ini, hati Beomgyu berdesir dengan hangat, keraguan yang menggunung perlahan-lahan mulai terbang dan menghilang bagai disapu angin. Yuta kemudian melanjutkan, "Jadi Om bisa jamin, Papa kamu ngga bakal ninggalin kamu ataupun buang kamu apapun yang terjadi."
"Walaupun, Beomgyu udah rusak?" gumam Beomgyu usai terdiam selama beberapa detik.
"Rusak?" ulang Yuta sambil mengernyitkan dahi, terdengar sangat tak terima dengan pengakuan tersebut. "Beomgyu, kamu manusia, bukan barang. Siapa yang ngajarin kamu bilang begitu?" tanyanya, terselip nada kekesalan dalam bicaranya secara tak sengaja. Dilihatnya Beomgyu menundukkan kepala, merasa gugup lagi.
Yuta menghela napas melihatnya. Kali ini nada suaranya kembali melemah, "Istilah 'rusak' itu ngga ada di badan manusia, sayang. Kalo ada yang nyebut kamu begitu berarti bukan kamu yang rusak, tapi jalan pikirnya. Ngga ada manusia yang rusak di dunia ini, hanya jalan pikirnya saja, makanya mereka bilang begitu. Inget itu, ya?" ujarnya dengan nada bersungguh-sungguh.
Pelan-pelan Yuta menarik dagu Beomgyu agar kedua mata mereka saling bertemu, kemudian tangannya menggenggam jemari pemuda itu dan memberikannya elusan yang begitu lembut. "Inget, kamu tetap Jung Beomgyu, tetap seperti manusia lain yang berhak hidup nyaman dan bahagia, tetap anaknya Jung Jaehyun, bintang kesayangannya Jung Jaehyun."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Family ❥ Jung Fams
FanfictionJung Jaehyun x Lee Taeyong [Jaeyong] ❁➣ Di penghujung jalan, ketika kau menemukan sebuah tempat yang aman untuk beristirahat, merengkuhmu dengan hangat kala lelahnya menghadapi kejahatan dunia, itulah yang disebut dengan keluarga. Dan ya, kata siapa...