20

2.5K 256 54
                                    

"Mama, maaf! Mama, Kakak minta maaf, Ma! Bukain pintunya, Ma. Kakak janji ngga ngulangin lagi. Mama."

Gelap. Dingin. Menakutkan.

Tiga hal sederhana menjadi penyebab Sungchan menangis tersedu-sedu dan matanya dipejamkan dengan rapat, suaranya mengeluarkan pekikan kuat agar orang di luar sanaㅡMama-nyaㅡbisa mendengar permohonannya yang begitu putus asa. Tangan kecilnya mengetuk-etuk pintu lebar di hadapannya yang terkunci berulang kali tanpa henti. Tak kunjung mendapat balasan, justru hawa dingin yang kian menyeruak, tubuhnya pun kian menggigil.

"Mama." Sungchan menangis lebih kuat, tak peduli tenggorokannya mulai sakit karena terlampau lama berteriak. Telapak tangannya pula terasa sakit. "Mama, buka pintunya. Kakak takut, Ma."

"Naeun! Apa-apaan!"

Tiba-tiba pintu terbuka kasar usai Sungchan mendengar suara Papa-nya yang panik. Sorot cahaya lampu yang terang menyilaukan pandangan anak itu. Sosok yang dilihatnya kali pertama adalah Jung Jaehyunㅡdalam keadaan pucat pasi memandangi wajahnya cukup lama.

"Papa!"

Sungchan berlari memeluk kedua kaki Papa-nya dengan lemah. Akhirnya bernapas lega karena bisa keluar, namun ia sudah kepalang takut sampai tubuhnya dipenuhi peluh.

Jaehyun pun mengangkat tubuh Sungchan yang masih berusia 4 tahun itu dan mendekapnya dengan lembut. Tak berbicara sepatah kata, hanya mengecupi bahu dan tengkuk Sungchan yang benar-benar mendingin bak es.

Ia sempat berbalik, melirik Naeun yang hanya duduk tenang di atas karpet dan kembali melanjutkan kegiatannya; melipat pakaian. Sedikitpun tak merasa khawatir dengan keadaan anak mereka. Tak ingin membuat keributan di depan sang anak, Jaehyun berjalan ke kamar dengan cepat.

Sungchan dibaringkan di atas kasurnya dalam kondisi lemah dan bibir yang bergetar hebat. Jaehyun mengganti pakaian anaknya yang sudah basah total, kemudian menyeka tubuh Sungchan menggunakan kain hangat.

"Papa..."

"Tidur, Kak." Pria itu memberi perintah dengan nada suaranya yang kentara lembut bak angin. Ekspresi wajahnya juga sama; senyum tipis dan kerlingan mata yang sendu lantaran amat sangat kasihan mendengar suara anaknya yang benar-benar lemah. Jaehyun tidak akan heran kalau besok Sungchan mengeluh tenggorokannya sakit.

Cairan bening menetes dari pelupuk mata Sungchan. "Maaf, Pa."

Jaehyun memejamkan matanya erat-erat, kemudian membuang napasnya dengan kasar. "Kakak ceritanya besok aja, ya? Sekarang tidur, sayang. Jangan kemaleman nanti sakit."

Sungchan patuh. Ia mengangguk lemah karena tak sanggup melawan. Ia takut kalau Papa-nya akan menguncinya lagi di kamar mandi kalau tidak menurut.

Namun, Sungchan tak bisa tidur. Walau matanya sudah memejam dalam waktu yang cukup lama, rasa takut masih menguasai dirinya hingga dirinya terjaga.

Beomgyu sudah tertidur di sebelahnya, dan ruangan kamar dalam kondisi remang-remang. Tidak ada Papa maupun Mama yang menemani.

Tenggorokannya terasa kering, Sungchan kehausan. Ia ingin minum.

Sungchan bangun dan melangkah, namun baru di balik pintu yang ia buka sedikit, ia terperanjat. Indera pendengarannya menangkap suara tinggi milik orangtuanya.

"Kenapa Mas marah?! Aku kan ngga pake kekerasan sesuai kesepakatan kita!"

"Ngga pake kekerasan? Kamu kunci Kakak di kamar mandi sampe berapa jam, Naeun?! Badannya dingin, dia juga masih ngga bisa berhenti nangis saking takutnya."

"Itu karna Mas selalu manjain dia. Mas manjain anak-anak sampe mereka jadi lemah, suka ngerengek, nuntut ini-itu."

"Mereka masih anak-anak, Naeun. Wajar mereka merengek mainan yang mereka lihat. Tinggal dikasih pengertian kalo kita masih belum punya uang. Jangan begini."

We Are Family ❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang