30

2.1K 260 28
                                    

⚠︎ Warning : Konten Sensitif!

____

Menjadi orang tua tidak pernah mudah.

Kadang dua orang berpasangan bisa saja sering melakukan kesalahan dalam mendidik anak karena kelelahan, apalagi single parents yang mengharuskannya bisa menjelma dua posisi terpenting untuk sang buah hati.

Menguras tenaga dan perasaan. Rasanya lelah, pikiran berkecamuk. Ego tidak pernah diangkat. Sengaja semata-mata demi anak. Hanya untuk anak.

Dan, Jaehyun sendiri tidak bisa mengatakan kalau ia lelah.

Karena, anak-anaknya adalah tanggung jawabnya.

Kalau bukan dia, siapa lagi?

Sejak Naeun dan Beomgyu menghilang entah kemana, Sungchan menjadi pemurung.

Berat badan anaknya turun drastis karena tidak pernah mau makan. Tak pernah nafsu walaupun Jaehyun lelah bertanya dan menawarkan makanan kesukaannya. Sekalipun, Jaehyun sudah berusaha untuk menyuapinya sedikit demi sedikit, tidak sampai setengah jam, Sungchan memuntahkannya kembali.

Dua minggu setelahnya, Sungchan dirawat di rumah sakit karena kekurangan gizi dan cairan.

Sungchan yang memang pribadi jarang berbicara, semakin tidak pernah bicara.

"Kak Sungchan, ayo makan yuk, sayang?" Jaehyun berusaha membujuk anak sulungnya yang berdiam diri. Sungchan enggan mengatakan sepatah kata, duduk di atas brankar dengan infus di tangan, memunggungi Papa-nya sembari menundukkan kepala.

Jaehyun hancur, tapi Sungchan lebih hancur karena ia masih anak kecil.

Anak kecil yang tidak tahu apa-apa.

"Kak." Jaehyun memanggil, tapi tidak ada tanggapan. Selang beberapa detik, didapatinya punggung Sungchan bergetar. Isak tangis lemah terdengar bersamaan tetesan air mata yang mengalir di pipi Sungchan.

Jaehyun sedih setelah istrinya meninggalkannya, tapi Sungchan lebih sedih karena ia tidak tahu apa-apa.

Jadi, Jaehyun mengesampingkan seluruh perasaan abu-abu yang bergelung dalam rongga dada. Rasanya lebih menyesakkan saat melihat kondisi Sungchan yang lemah daripada memikirkan kesedihannya sendiri.

Jemarinya menyeka ujung mata Jaehyun yang sempat berair. Berusaha berekspresi tegar demi menjadi pelindung untuk anaknya itu. "Kak, peluk Papa sini," pintanya lembut. Ia pun duduk di atas brankar, membawa Sungchan yang masih berusia lima tahun itu ke dalam pelukan.

Untung saja, Sungchan tidak menolak. Tapi, suara tangisnya kian terdengar jelas.

"Gapapa, ya Kak?" Jaehyun mengulum bibir bawah, menahan tangisnya yang hendak pecah. Tapi, ia terus bertahan agar perasaan Sungchan tidak semakin hancur. "Gapapa. Kakak masih punya Papa. Papa masih di sini. Papa di sini sama Kakak."

Jaehyun memejamkan mata erat-erat, merasakan kemejanya yang basah berkat tangisan Sungchan. Ia dekap lagi tubuh sang anak lebih erat berharap bisa meleburkan perasaan sedih itu.

"Gapapa. Kakak boleh nangis, boleh sedih, tapi habis ini, Papa janji semuanya bakal baik-baik aja." Jaehyun melabuhkan ciuman penuh sayang di puncak kepala anaknya.

"Papa tau Kakak sedih, tapi Kakak masih punya Papa. Apapun yang terjadi, Papa ngga akan pergi. Papa ngga akan pergi kemana-mana."

"Kak."

Panggilan kecil dari pria dewasa itu mengalihkan perhatian si kecil berusia 5 tahun yang terduduk di atas sofa ruang guru. "Papa."

We Are Family ❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang