~ Part 2, Permulaan Nusantara Family ~

213 13 0
                                    


( Third Person )

Keraton, 1300
Majapahit dan Zamrud Khatulistiwa sudah 3 tahun dikaruniakan anak pertamanya, TKR. "Cup, cup, cup, jangan nangis ya TKR.." Ucap Zamrud mencoba menenangkan TKR yang sedang menangis. Tiba-tiba Majapahit datang ke kamar mereka berdua. "Ada apa dengan TKR, Zamrud?" Tanya Majapahit. "Tak tahu.. TKR tak mau berhenti menangis." Zamrud menjawab. Zamrud pun memberikan bayi TKR ke tangan Majapahit. "Shh, jangan nangis, yuk keluar yuk!" Ujar Majapahit dengan senyuman. Majapahit dan Zamrud pun membawa TKR ke taman. Tangisan TKR berhenti saat melihat pohon-pohon tinggi dan bunga-bunga indah di sekitar taman tersebut, mata TKR berbinar-binar melihat keindahan alam di taman tersebut. Majapahit lalu membiarkannya berjalan-jalan sendiri. "Uwahh!" Gumam TKR. "Hahaha, sepertinya TKR menyukai alam disini.." Ujar Zamrud merasa gemeshh sendiri. TKR tiba-tiba terjatuh, tetapi itu tidak menghalangi dirinya untuk menjelajah lagi! "Zamrud, sepertinya anak kita akan menjadi anak yang rasa ingin tahu yang tinggi dan semangat." Bisik Majapahit ke Zamrud Khatulistiwa. "Kau benar, aku bangga." Ucap Zamrud.

[ 4 Tahun Kemudian ]

"Maja, lihat, anak-anak kita sedang bermain di taman.." Bisik Zamrud ke Majapahit. "Benar, aku senang mereka bisa akur." Jawab Majapahit dengan senyuman. Secara tiba-tiba, PKH yang saat itu berumur 4 tahun memasuki ruangan. Meski hanya berumur 4 tahun, bahasa Indonesianya sudah lancar. "Permisi Ayahanda dan Ibunda, PKH mau memberi dua bunga ini ke Bunda dan Ayah!" Ucap PKH dengan sopan. "Terima kasih PKH." Ujar Majapahit dengan gaya bahasa yang formal. "Sekian, terima kasih sudah menyisakan waktu untuk PKH." Ucap PKH dengan formal juga. Setelah PKH pergi, mereka pun berbicara. "Sepertinya anak kita akan menjadi orang yang formal dan bertanggung jawab." Ujar Majapahit pada istrinya, Zamrud Khatulistiwa. "Iya, sepertinya kau benar." Jawab Zamrud dengan rasa bangga.

[ 3 Tahun kemudian ]

Suara keras terdengar dari ruang tamu, Zamrud langsung bergegas untuk mengecek apa yang terjadi. Ternyata, TKR sedang menenangkan PF! yang tengah menangis. "Ka TKR, kasih PF! ke aku." Perintah PKH. Sesuai permintaan PKH, TKR memberi PF! ke tangan Sang Komunis. PKH yang saat itu berusia 7 tahun pun melakukan jurus terakhirnya untuk membuat sang adik tidak menangis dan tenang. Ia menggunakan kekuatan komunisnya untuk membuat PF! yang saat itu berumur 1 tahun melayang di udara. Mata kiri PKH langsung bersinar dengan terang sekali, tak seperti sebelumnya. Mata PF! langsung berbinar-binar dan mencoba menggapai tangan PKH yang saat itu di udara sedang memegang PF! dengan kekuatannya agar tidak jatuh.

"PKH, kamu ngapain?" Tanya Zamrud dengan penasaran. "Akh-?!" Sontak PKH jelas-jelas terkejut. Untungnya PKH dapat menangkap PF! tepat waktu. "T-Tadi PF! menabrak meja belajar kami saat aku dan PKH lagi belajar, jadi.. Kita berdua coba nenangin PF!.." TKR menjelaskan dengan jujur. "Ah, terus tadi apa yang kulihat? Energi apa itu di dalam PKH?" Tanya Zamrud Khatulistiwa karena merasakan kekuatan yang besar di dalam PKH. "I-Itu, kekuatan Komunisme.. Ibunda." Jawab PKH dengan ragu. "Komunisme, janganlah kau menggunakan kekuatan itu secara sembarangan." Perintah Zamrud Khatulistiwa.  "Iya Ibunda.." Jawab PKH sambil menundukkan kepalanya.

[ 5 tahun kemudian ]

"TKR, PKH. Mengapa nilai PF! dan Petrus mendapat nilai merah / nilai rendah...!?" Tanya Majapahit dengan tegas. "M-Maaf Ayahanda.." Ucap TKR dengan kepala menunduk. "Kesalahan harus ada hukuman. Sana ke kamar bareng-bareng, jangan keluar-keluar istana selama 1 minggu. MENGERTI?" Perintah Majapahit dengan nada yang keras. "Mengerti Ayah.." Ucap mereka berdua dengan nada yang rendah. Mereka berdua pun ke kamar TKR.

"PKH, biar kulihat tanganmu." Perintah TKR. PKH pun memperlihatkan tangan kanannya yang sudah berdarah. TKR pun mengambil kotak P3K di kamarnya dan mengambil perban, lalu membalut perban itu di pergelangan tangan PKH. "Giliranmu ka, tadi kau memar kan kakinya?" Ujar PKH sambil mengambil ice pack di kulkas mini. PKH lalu membalut kaki kiri TKR. "PKH.. Ingat, luka-luka dan memar di badanmu semua adalah pengorbananmu bagi adikmu. Aku tahu kamu sudah berusaha keras untuk mengajari PF!, apa lagi belajar matematika.." Ucap TKR. "Kakak juga udh berusaha ko.. Janji kakak bakal sayang sama adik-adik dan aku!" Ujar PKH. "Iyaa, kakak janji.. Meskipun betapa buruk kalian, kk bakal tetap sayang ko, walaupun hanya sedikit.." Janji TKR.

Tak disangka, ternyata Petrus yang saat itu berumur 4 tahun sedang menguping di depan pintu kamar. Apakah yang akan terjadi?

[ 6 Tahun Kemudian ]

"Ibunda..." Gumam TKR di depan kuburan Zamrud Khatulistiwa. Tak lama kemudian TKR mulai terisak dan menangis. "Nusa.. Jangan nangis yaa, pliss. Nanti kakak bakal belikan Nusa es krim dehh!" Ucap PKH yang berusaha keras untuk menenangkan Nusantara yang saat itu masih berusia 1 minggu. "Kak TKR, jangan nangis.. PF! nanti nangis juga loh!" Ujar PF! yang mencoba menenang kan kakaknya yang pertama itu. ".... Bunda. Kok cepat sekali?" Bisik Petrus dengan mata yang berkaca-kaca. "Petrus.. Tenanglah, Bunda kamu itu sudah tenang di atas sana. Jangan bersedih.." Ucap Majapahit yang sudah menerima takdir.

Suasana kacau di kuburan Zamrud Khatulistiwa, Sang Ibunda yang membesarkan 4 anak yang berprestasi, telah meninggal dunia saat proses persalinan anak putra bernama Nusantara. PKH sama sekali tidak menyisihkan air mata satu pun, dia yang bertanggung jawab merawat adik-adiknya sekarang.. Tak boleh dia menunjukkan kelemahannya. Nusantara, saat dia dipeluk oleh PKH yang berusaha menahan tangis, dia merasa aman dalam dekapannya. Membuat PKH juga ikut tenang saat memeluk Nusa.

Perjalanan pulang, TKR sedang bermain bersama Nusa di mobil. PKH sedang beristirahat ( tertidur ) di samping TKR akibat kelelahan. PF! juga sedang tidur. Petrus malahan bengong liatin pemandangan alam. Suasana mulai menghangat..

Sesampainya di rumah, mereka semua tepar di tempat tidur mereka masing-masing. Kecuali PKH dan Nusantara yang nyasar ke kamar TKR.

~ To Be Continued ~

Haii, makasih udh nunggu pt 2. Sumpah, aku nulis ini perasaannya campur aduk. Mau nangis tapi takut di liatin orang, mau ketawa tapi nanti malah dikira orang gila. Sekian, terima gaji.

941 Words

~ Apapun yang terjadi.. ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang