~ ✨ Part 7, In The Stars ✨ ~

154 13 0
                                    


Telepon berdering keras di meja kerja Indo, Indo pun mengangkatnya. "INDO!" Ujar seseorang di telfon tersebut. "Ow.. Ka TNI? Janganlah menggunakan suara yang keras, tidak seperti aku tak mendengarkan suaramu..." Indo menasihati kakaknya itu. "Baiklah, maaf.. Tetapi 1 perwira dan 6 jendralku tiba-tiba menghilang secara mendadak!" TNI memberi-tahukan Indo dengan paniknya. "HAAH?! Cepat suruh polisi dan tentara-tentaramu yang tersisa untuk mencari mereka! Segera! Lalu tersangkanya akan dihukum mati!" Ujar Indo dengan panik juga mengetahui keadaan.

Indo mengetahui bahwa saat ini, negaranya itu sedang rentan-rentannya akan terjadi kesempatan untuk melakukan pemberontakan tanpa ada yang menyadari. Tapi takkan dia biarkan itu terjadi.

[ Berminggu-minggu kemudian, PK! lalu terangkap. Inilah proses penghukumannya ]

{ POV Republik Indonesia }

Di lapangan luas, terposisikan lah seseorang di tengah-tengah. Semua orang di samping lapangan tersebut berseru dengan keras.. "Bunuh saja!", "Pengkhianat!", dll. Ka TNI berdiri di kanan, Ka Petrus berdiri di kiri, sedangkan aku berdiri di tengah-tengah. Kakak diikat tangannya sehingga tak dapat pergi, lebih tepatnya takkan pergi. Wajahnya saja sudah beralir darah segar, bagian-bagian tubuhnya juga memar-memar dan luka.

"Penembakan dimulai.." Ujar Ka Petrus. Terlihat, ka PK! sudah pasrah.

Aku sangat tak ingin kehilangan kakakku itu.. Tatapannya teduh dan matanya yang zamrud hijau,, menyegarkan sekali bagiku.. Dialah yang paling mirip denganku, hanya, mata kiri nya berwarna kuning-keemasan.. "Gulp-.." Aku menelan ludah, gugup sekali ya Gustii.  Aku benar-benar tak mau meninggalkannya, tetapi rasa sedih itu hanya terbenam di lubuk hatiku yang paling dalam. "Huft.. Kata-kata terakhir..? Kakak..." Tanyaku dengan muka yang tegang sekali. Aku sudah membawa rifleku, tetapi takkan tega aku menembaknya. Dia yang selama ini merawatku, mengganti kan Ibunda yang sudah lama meninggal.. Sekarang, aku menganggapnya seperti layaknya Ibundaku sendiri...

"Janganlah bersedih, aku belum mengingkari janjiku yang dahulu.. Ingatlah, aku takkan meninggalkanmu.." Ucap dengan senyumannya yang tulus itu. Refleks, air mata terbentuk di sudut mataku. Seluruh tubuhku bergetar. Ah, bagaimana ini.. Pada menit itu juga, aku membidiknya lalu... "Maaf kakak.. DOR!!" Suara tembakan terdengar sangat keras. Aku langsung berlari dengan cepat menuju kak PK!, melempar rifle yang tadi kupegang.

"Hik- kak, *isakan* jangan tinggalkan Indo, *isakan*, kumohon..!" Gumam Indonesia dengan begitu terisak. Tubuh ka PK! sudah dingin, aku pun memeluknya erat sekali, tak mau ku lepas! Sayapku menyebar, menutupi aku dan tubuh kak PK!. Aku berteriak dengan histeris, tak rela aku membiarkannya pergi begitu saja..! Bagiku, dia sangat berharga, seseorang yang berperan penting dalam kehidupanku.. Tetapi,, aku sendiri yang membunuhnya.

"Indo.. Maafkan,, tetapi kau harus menjauh.. kami nanti akan menguburkannya..." Ucap ka TNI dengan nada yang lembut. "TAK MAU!!" Teriakku menolak permintaan ka TNI. Setelah beberapa penolakan, ka TNI pun berhasil membawaku pergi dari tubuh kakak..

Aku masih menangis, tetapi aku juga lelah berteriak dengan benar-benar kencang sampai ka Petrus harus menutup telinganya. "Indonesia.. Sini." Ucap ka Petrus. Aku berjalan ke arah ka Petrus, lalu ku dipeluk. "Aku tahu ini berat bagimu, tetapi kakakmu itu adalah pengkhianat." Bisik ka Petrus padaku. Aku hanya memaling kan mukaku yang asam itu. Kan kakak PK! juga yang merawat ka Petrus, bodoh.

"Indo, mau ke proses pemakaman?" Ajak TNI dengan senyuman. Mataku berbinar-binar saat mendengar ajakan TNI. "Mau.." Jawabku dengan nada yang rendah. Aku dan ka TNI pun menuju ke pemakaman, meninggalkan ka Petrus yang enggan pergi ke pemakaman kakak. Dasar kakak tak berguna.. ( He, kasar kali kau Indo. )

~ Apapun yang terjadi.. ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang