huhhhh,
Alliya meletakkan kopernya tepat didepan pintu berwarna coklat itu. Ia mengeluarkan kunci dari tas nya dan membuka pintu itu.
klekkk, pintu itu terbuka perlahan, Alliya dapat melihat jelas rumah ini sangat rapi dan bersih. Memang sebelum Alliya kesini mamanya telah menyewa jasa pembersih untuk membersihkan rumah itu karena dirinya belum bisa ikut ke Jakarta sebab masih banyak pekerjaaan di Bandung.
" selamat datang Alliya " ucap gadis itu menyambut dirinya sendiri
Ia menarik kopernya dan langsung menuju kamar yang terletak di lantai dua, ia masih mengingatnya karena dulu semasa kecilnya ia pernah tinggal disini sebelum orangtuanya akhirnya pindah ke Bandung karena urusan pekerjaaan.
klukukkk
" ahhh bisa bisanya gue laper diwaktu kayak gini " gumam Alliya
eeh tadi bukannya ada supermarket ya didepan, beli mie instan aja kali, pikir Alliya. setelah menyimpan kopernya, ia menuruni tangga dan bergegas ke supermarket. Tak lupa ia memotret setiap apa yang ia lihat yang menurutnya indah dan wajib diabadikan. Tak lama setelah beberapa menit berjalan ia sampai disupermarket. Matanya berbinar kala melihat poster bertuliskan diskon 50%, Alliya langsung mengambil keranjang dan memenuhinya dengan mie instan. Ia juga mengambil beberapa camilan dan minuman, sudah merasa puas. Ia memutuskan untuk pergi ke kasir.
" totalnya dua ratus ribu kak " ucap kasir itu meyebutkan total belanja
" ooh iya " Alliya mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu dan memberikannya pada kasir
"terimakasih, selamat berbelanja kembali " ucap kasir itu
Alliya pun keluar dari supermarket itu, sambil membuka kantong belanjaannya dia bergumam " cukup nggak sih buat satu minggu? "
" cukup kalik ya, ntar beli lagi aja kalau nggak cukup "
Brukkk
Gara-gara Alliya yang terlalu fokus melihat ke kantong belajaannya sampai ia menambrak salah satu orang yang berjalan disana. " eehhh maaf maaf " ucapnya sambil memunguti belanjaannya yang terjatuh, ia berniat melihat wajah orang yang ia tabrak barusan namun orang itu sudah berlalu menyebrang jalan.
Mata Alliya tak berkedip kala melihat sosok disebrang jalan itu, dia sangat mirip dengan seseorang yang pernah mengisi hatinya. Seseorang yang sangat ia rindukan, dan orang itu adalah alasan dimana dia pindah ke Jakata . Tanpa setetes air mata berhasil jatuh dari mata Alliya, matanya tak bisa berhenti mengeluarkan cairan bening itu sampai akhirnya membuat penglihatannya kabur. Alliya menghapus air matanya, namun saat kembali melihat kearah sebarang jalan, sosok yang dicarinya sudah tidak ada.
" apa aku tadi hanya berhalusinasi? " tanya Alliya pada dirinya sendiri
" Devan, kamu tau aku sangat merindukanmu? hikss "
***
Setelah beberapa waktu berkutat didapur akhirnya mie instan yang telah berhasil membuat Alliya menahan salivanya pun telah siap, Alliya segera membawa mie itu ke ruang tengah sambil meyalakan televisi. Tak mau menunggu lama dan membiarkan perutnya berbunyi lagi, Alliya langsung meyantap mie itu tanpa tersisa sedikit pun.
" ahhh, akhirnya nih perut nggak bunyi lagi " gumam Alliya sambil mengelus perutnya
Duarrrrr
Alliya tersentak kaget sampai terjingkat dari duduknya. " gledek ngagetin aja " gumam gadis itu
Melihat air yang perlahan jatuh dari langit, Alliya mematikan televisinya dan bangkit dari duduk. ia pergi ke arah jendela yang masih terbuka, sejenak ia merasa seperti ada yang mengerti dirinya. Alliya merasa sangat kesepian dan butuh teman, ia teringat kembali dengan bayang-bayang Devan. Ingatan tantang Devan yang terus saja berhasil membuat dadanya sesak, ia sangat merindukan sosok Devan disisinya.
Tak disangka bulir bening berhasil jatuh dari pelupuk matanya, Alliya tak kuasa menahan rasa sesak didadanya. Tangan Alliya mengelus dadanya yang terasa sesak, ia menangis sejadinya. Menangis sendirian tanpa sandaran didekat jendela dengan ditemani air hujan yang berjatuhan, yang seolah ikut merasakan kesedihan Alliya pada saat ini.
" Devan, gue boleh nggak sih temenin lo disana? Kenapa lo pergi nggak ngajak ngajak gue? padahal lo janji sama gue kalau lo bakal terus ada disamping gue " ucap Alliya disela isak tangisnya.
Duarrr
Gledek dan petir bersahutan seperti hendak akan menyampaikan pesan Alliya pada Devan. Alliya yang sudah sangat letih karena terus terusan menangis dan terisak perlahan pandangannya mulai memudar, pandangan Alliya semakin gelap. Dan tanpa aba-aba Alliya lemas dan pingsan ditempat.
" Neng Alliyaaa " terdengar suara samar-samar dari orang yang tiba-tiba datang setelah itu Alliya benar-benar tak sadarkan diri.
***
Alliya mengerjap-ngerjapkan matanya, retinanya menangkap atap berwarna cream, ia kebingungan seketika. Ia ingat dengan jelas terakhir dirinya masih berdiri disamping jendela sambil menangis, namun kenapa tiba-tiba dia bangun sudah ada dikamarnya saja. Alliya menggelengkan kepalanya yang masih terasa berat, ia menatap jam dinding yang terpajang tepat diatas pintu kamarnya itu.
" jam sepuluh ? " gumam Alliya sambil mengucek matanya yang sembap akibat terlalu lama menangis
Duarrrr
Gledek masih saja terdengar, Alliya bangkit dari kasur dan berjalan kearah balkon yang terbuka. Setelah Alliya menutup pintu balkon kamarnya ia berbalik hendak keluar dari kamarnya dan mengecek rumahnya, ia masih penasaran dengan apa yang terjadi padanya. Kenapa dirinya tiba-tiba ada dikamar padahal jelas diingat oleh Alliya jika terakhir dirinya masih ada di lantai satu.
Duarrrrr
kilatan menyambar bebarengan dengan pintu kamar Alliya yang terbuka tiba-tiba dan menampilkan sosok perempuan dengan rambut dicemol. Sontak Alliya menutup matanya dan menarik selimut untuk menutupi dirinya.
" aaaaaaaaa, hantuuuuuuu " teriak Alliya dengan histerisnya
" hantu eh hantu "
Alliya mengernyit " masak ada hantu teriak hantu " batinnya
perlahan Alliya membuka matanya, ia memberanikan diri untuk membuka selimut itu. Sadar yang dilihatnya tadi bukan hantu, Alliya langsung membuang selimut dari tubuhnya.
" Bi Idah? Kok bi Idah ada disini? Bukannya bibi masih di Bandung ya? Kapan sampainya? " tanya Alliya pada wanita paruh baya itu yang ternyata adalah pembantu rumah tangga mamanya
" pelan-pelan atuh neng tanyanya, kan bibi jadi bingung harus jawab yang mana dulu " jawab bi Idah kemudian tersenyum
" bibi sampai tadi sore, bu Karin nyuruh bibi temenin neng Alliya disini soalnya neng Alliya gaada temennya " tambahnya
Alliya mangut-mangut mendengar penjelasan bi Idah, " bibi diantar siapa kesininya? " tanya Alliya
" tadi diantar sopirnya bapak neng, tapi pak Bagusnya langsung balik lagi ke Bandung " terang bi Idah
" ngomong-ngomong tadi teh neng Alliya kenapa kok pingsan disamping jendela? " tanya bi Idah yang khawatir pada Alliya
" haa.. eng.. enggak apa-apa bi " ucap Alliya berbohong agar bi Idah tidak menghawatirkannya
" bi Idah jangan bilang mama ya, Alliya takut mama khawartir " tambahnya
" iya, tapi neng Alliya beneran gapapa kan? " tanya bi Idah lagi memastikan
Jujur saja bi Idah benar-benar khawatir pada Alliya, pasalnya dulu saat masih dibandung Alliya juga pernah pingsan dikamar mandi sampai tiga hari baru bangun. Kata dokter saat itu Alliya pingsan karena kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Bi Idah takut jika hal seperti dulu akan terulang lagi.
" iya bi gapapa, Alliya laper nih. Bibi bisa tolong masakin Alliya nasi goreng? " ucap Alliya berusaha mengalihkan pembicaraan
" bisa neng, ntar bibi masakin nasi goreng kesukaan neng Alliya. Sekarang neng Alliya bersih-bersih dulu aja " Ujar bi Idah
" siap " Alliya melakukan pose hormat tanda menyetujui perkataan bi Idah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alliya Dan Kisahnya
Teen FictionPindah sekolah?, ya itu mungkin salah satu cara untuk melupakannya. orang yang pernah ada dihati Alliya, setelah beberapa kali dibujuk oleh mama dan papanya akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui permintaan mereka. Sebenarnya masih sulit untuk men...