" Al, kita udah sampek " ucap Revan sambil mengelus puncak kepala Alliya
Perlahan mata gadis itu terbuka, ia tersenyum kearah cowok yang ada didepannya. " udah sampai ya?" tanya Alliya lalu membenarkan posisi duduknya
Memang saat perjalanan tadi Alliya merasa mengantuk dan tiba-tiba saja tertidur, Alliya melihat kearah luar jendela. Ia dapat melihat ada tempat pemakaman didepan sana. Ia beralih menengok kearah Revan yang masih memperhatikannya, cowok itu tersenyum.
" iya, gue ngajak lo buat ketemu orang yang paling lo rinduin selama ini " ucap cowok itu dengan tangan yang masih mengelus kepala Alliya
" Ayo, Devan pasti udah nunggu lo " ucap cowok itu mengajak Alliya untuk segera turun dari mobil karena hari sudah semakin gelap
Sejak meninggalnya Devan, Alliya memang tidak pernah mengunjungi makan itu lagi karena dirinya belum bisa mengontrol emosinya sendiri, sebenarnya Alliya sangat ingin mengunjunginya namun dilarang oleh mamanya karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Mau bagaimana lagi, memang Alliya belum bisa menerima keadaan jika dirinya harus kehilangan Devan untuk selamanya.
Sampai akhirnya Alliya bertemu dengan Revan yang berhasil membuatnya perlahan menerima keadaan, menerima suatu kenyataan bahwa dirinya telah benar-benar kehilangan sosok Devan. Devan yang selalu bersamanya, selalu menemaninya. Selalu berhasil menghiburnya dikala sedih, selalu berhasil membuatnya tertawa dengan tingkah lucunya. Alliya sangat merindukan kehangatan Devan, cowok itu benar-benar sangat baik padanya.
" lo bisa kan?" tanya Revan memastikan
Alliya mengangguk lalu mengikuti langkah Revan, mereka berdua menyusuri makam demi makan dan berhenti tepat didepan makan Devan. Tertulis jelas dibatu nisan itu nama Devan Bahtiar Alvaro. Alliya dan Revan menatap lekat makan itu, air mata Revan yang berhasil lolos langsung ia tepis begitu saja. Ia tak mau jika Alliya melihatnya maka gadis itu akan ikut menangis.
" bro kali ini gue dateng bawa orang yang paling lo sayang " ucap Revan yang berhasil memecah keheningan
Alliya menatap Revan dan dibalas dengan senyuman manis cowok itu, " hari ini dia ulang tahun,lo nggak mau gitu ngucapin selamat ulang tahun ke dia?"
" bukannya bisanya lo yang paling heboh kalau Alliya ulang tahun, sampai lo terus terusan ngerecokin gue minta pendapat tentang kado dan rencana kejutan buat dia " tambahnya
Saat ini juga rasanya Alliya ingin menangis sejadi-jadinya, ia teringat kembali dengan semua kenangan indah bersama Devan. Cowok itu tak pernah lupa dengan ulang tahunnya, selalu berhasil memberikan kejutan padanya, memberikan hadiah yang tak ternilai harganya. meskipun sederhana, namun jika yang memberikannya adalah Devan maka itu akan menjadi hal yang sangat istimewa bagi Alliya.
Namun tahun lalu dan tahun ini berbeda, tak ada Devan disisinya. Cowok itu benar-benar pergi dan meninggalkannya dan entah bagaimana sekarang Revan yang ada disisinya. Seperti Devan yang sengaja meminta agar mempertemukan Alliya dengan saudara kembarnya itu agar Alliya tak kesepian.
" Devan, gue kangen sama lo. Gue kangen banget " ucap Alliya dan cairan bening berhasil lolos dari pelupuk matanya
" maafin gue, andai gue waktu itu nggak maksa lo buat ketemu sama gue pasti semuanya nggak akan kayak gini. Gue tahu gue yang salah, gue udah buat lo meninggal hiks hiks. Maafin gue Devan, gue sayang banget sama lo " Kaki Alliya luruh kebawah, tangannya mengusap batu nisan Devan yang ada didepannya
Revan mendekati gadis itu dan mengelus punggungnya agar Alliya lebih tenang, " semuanya bukan salah lo Al, semuanya sudah takdir. Ini semua karena takdir, bukan salah lo "
" Gue yang salah Rev, gue_. Gue yang udah buat Devan akhirnya ninggalin gue. Hiks hiks " ucap Alliya disela isak tangisnya
Revan bingung dengan semuanya, kenapa Alliya berkata seperti itu. Sebenarnya apa yang terjadi tahun lalu, kenapa dirinya tak mengetahui apapun. " lo pengen Devan tenang diatas sana nggak? " tanya Revan
Alliya mengangguk, " kalau lo pengen Devan tenang diatas sana, relain dia Al. Jangan salahin diri lo terus, lo nggak salah. Devan pasti juga nggak mau kalau lo terus-terusan terpuruk, Devan pasti nggak mau kalau lo terus-terusan sedih. Hidup masih harus berlanjut Al, meskipun tanpa Devan. Devan pasti menginginkan hal yang sama, supaya lo bisa bahagia.
Alliya memeluk tubuh Revan, gadis itu benar-benar tak tahu harus bagaimana. Otaknya serasa tak mau diajak berfikir, saat ini ia hanya mau menangis dan melepaskan semua rasa sedihnya. Ia ingin berusaha melepaskan semuanya seperti kata Revan, ia ingin kembali pada dirinya yang ceria. Yang selalu tertawa dan membuka diri pada orang lain.
" Bantu gue Rev " ucap Alliya lirih, namun masih bisa didengar oleh Revan
" gue janji, gue akan bantu lo Al. Gue juga salah satu orang yang pengen hidup lo bahagia, nggak sedih-sedih lagi " Revan membalas pelukan Alliya dengan penuh rasa haru
" gue janji Dev, gue bakal jagain cewek yang lo sayang ini. Tenang aja, gue nggak akan pernah ngambil dia dari lo, gue cuma akan ada disamping dia sebagai sahabat. Gue janji nggak akan buat dia kesepian lagi, lo tenang ya disana. Sekarang udah ada gue yang bakal jagain gadis lo ini " Batin Revan.
***
" mau mampir ke rumah mama gue dulu nggak? "tanya Revan sambil memasang sabuk pengamannya
" boleh, tapi sebelum itu anterin gue kerumah dulu ya " Pinta Alliya sambil menyatukan kedua tangannya didepan dada
" gue mau ketemu mama gue " tambahnya, Revan baru ingat jika Alliya pindahan dari Bandung dan orang tuanya masih dikota ini.
" iya, yaudah ayo " Mobil berwarna silver itu melesat meninggalkan area pemakaman
Langit sudah gelap, lampu-lampu jalan sudah mulai menyala. Jalanan mulai dipadati oleh kendaraan yang sepertinya pemiliknya baru pulang kerja. Alliya membuka jendela mobil dan menatap kearah luar, sesekali ia menghela nafas. Hari ini terasa sangat berat dan menyenangkan baginya, hatinya terasa lebih lapang setelah mengunjungi Devan. Penyesalan dan rasa bersalahnya sedikit memudar, dirinya bersyukur karena Revan mengajaknya menemui Devan.
" makasih ya Rev, lo udah ajak gue ketemu Devan " ucap Alliya masih sambil melihat kearah luar jendela
" sama-sama Al, sekarang perasaan lo gimana? " Revan masih fokus memperhatikan jalan
" hati gue agak lega, gue ngerasa udah nggak ada yang mengganjal dihati gue. Meskipun gue masih ngerasa kehilangan dan gue masih nggak tahu penyebab sebenarnya Devan meninggal " Alliya beralih menatap kearah depan dengan tatapan sepi
" nggak apa-apa al, nanti kita cari tahu bareng tentang penyebab kematian Devan. Gue janji bakal cari tahu, yang terpenting sekarang hati lo udah lega " Revan mengelus kepala Alliya
" makasih Dev, udah hadirin Revan disisi gue. Tapi lo harus tahu kalau lo nggak akan pernah tergantikan di hati gue, gue cuma akan menganggap Revan sebagai sahabat gue. Gue nggak akan punya perasaan lebih ke Revan, gue nggak mau jadiin Revan pelampiasan cuma gara-gara dia kembaran lo. Gue janji bakalan jaga kembaran lo ini, gue akan biarin dia kenapa-napa. Gue nggak akan ngulangin hal yang sama dan ngebuat gue kehilangan orang yang gue sayang untuk kedua kalinya. Thank you Devan, gue sayang banget sama lo dan gue harap lo tenang diatas sana " Batin Alliya dengan segala hal yang selalu ingin ia ungkapkan pada Devan.
SIAPA YANG IKUT NANGIS?
AKHIRNYA ALLIYA BERHASIL BUAT NGELEPAS SEMUANYA DAN MENERIMA KEPERGIAN DEVAN
THANK YOU DEVAN, UDAH SELALU ADA DISISI ALLIYA
KAMU SEDANG MEMBACA
Alliya Dan Kisahnya
Teen FictionPindah sekolah?, ya itu mungkin salah satu cara untuk melupakannya. orang yang pernah ada dihati Alliya, setelah beberapa kali dibujuk oleh mama dan papanya akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui permintaan mereka. Sebenarnya masih sulit untuk men...