Bertekad Kuat

40 34 9
                                    

" mas nya temannya mbak Alliya ya? " tanya suster yang tiba-tiba datang 

Revan mendongak, " iya sus, ada apa ya? " tanyanya

 " Tolong ke ruangan dokter Andi ya, ada yang mau dijelaskan sekalian dokter mau memberikan resep obat yang harus ditebus " Jelas suster itu

" baik sus "

Revan mengikuti suster itu, sampai ketika dia berdiri tepat didepan pintu warna putih dan tertera nama dokter Andi, kalau kalian bingung siapa dokter Andi. Dokter Andi adalah dokter yang memeriksa Alliya tadi.

Tok tok tok 

" iya, silahkan masuk " sahut seseorang didalam sana

Saat telah memasuki ruangan itu, Revan melihat ada satu dokter lain disana. Revan pikir apa dirinya mengganggu dokter Andi saat masih ada temannya di ruangannya, namun bukankah tadi dokter Andi lah yang memanggilnya untuk datang ke ruangannya.

" silahkan duduk mas " ucap dokter Andi

Revan duduk disamping dokter yang ia tidak tau namanya, tapi ia pikir itu temannya dokter Andi.

" ini dokter Fatih, dokter Fatih ini ahli Psychology. Dia akan menjelaskan dengan detail tentang apa yang teman kamu alami " jelas dokter Andi

Setelah mendengar panjang lebar penjelasan dokter Fatih, Revan seketika membeku. Ia tidak meyangka jika meninggalnya Devan membuat Alliya begitu terguncang, sekarang Revan mengerti kenapa Alliya selalu menghindarinya. Ternyata ia merasakan sakit jika berada didekatnya karena kembali mengingat Devan, Revan sangat menyesal karena apa yang telah ia lakukan ternyata menyakiti Alliya.

" jadi bagaimana caranya agar Alliya bisa sembuh dok? " tanya Revan 

" cuma ada satu cara, Alliya harus berani menerima keadaan dan menghilangkan rasa bersalahnya. Ia harus menerima keadaan pahit yang terus saja menghantuinya, Alliya harus berani menghadapinya walaupun itu sulit dan berat. Dia tidak bisa terus menerus lari dari kenyataan dan menyalahkan dirinya sendiri, jika dia terus lari dari kenyataan dan tidak mau menerima keadaan maka lama kelamaan bisa saja akan mempengaruhi mentalnya " jelas dokter Fatih

Brukkkkkkkkk

Terdengar suara bising dari arah luar ruangan, Revan keluar dan melihat ada apa didepan sana. Ia melihat Alliya yang sedang membantu suster memunguti alat medis yang berserakan di lantai.

" maaf ya sus, saya nggak sengaja " ucap Alliya pada suster itu, suster itu hanya mengangguk dan kemudian pergi meninggalkan Alliya

" Al " panggil Revan yang berhasil membuat Alliya menengok kebelakang

Mata mereka berdua bertemu, Revan dapat melihat jelas bekas air mata di pipi Alliya dan di pelupuk mata Alliya. Revan tahu pasti Alliya tadi mendengar apa yang dokter Fatih katakan, Revan mendekat kearah Alliya namun gadis itu melangkah mundur seiring Revan melajukan langkahnya. Revan menghentikan langkahnya, " huhhh " hela nafas Revan

" gue tau lo udah denger semua penjelasan dokter Fatih tadi, gue minta maaf kalau gara-gara gue lo jadi nggak baik-baik aja. Gue tahu gue salah, tapi Al kalau lo terus kayak gini lo tahu kan apa yang akan terjadi selanjutnya. Gue akan nunggu keputusan dari lo, gue gak akan ganggu lo sampai lo mutusin sendiri mau coba buat menghadapi semuanya " ucap Revan

" pikirin baik-baik Al, gue nggak mau lo nyiksa diri lo sendiri. Gue mau urus administrasinya dulu sama nebus obat lo " tambah Revan yang kemudian berlalu meninggalkan Alliya

***

Sudah dua minggu sejak kejadian di rumah sakit Revan sama sekali tidak mengganggu Alliya, bahkan Revan bertukar tempat duduk dengan salah satu murid dikelasnya. Rasa penasarannya sudah ia relakan karena rasa khawatirnya pada Alliya, Revan tidak mau jika dirinya mendekati Alliya lagi maka gadis itu akan kesakitan lagi.

Alliya Dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang