Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya pun tiba, apalagi kalau bukan hari Minggu. Ya itulah hari di mana semua orang tidak perlu memikirkan pekerjaan atau pun hal yang membuat pusing kepala. Namun berbeda dengan Revan, dia tengah disibukkan dengan latihan basketnya begitu juga dengan Bagas. Karena pagi-pagi sekali Bagas sudah terburu-buru untuk pergi ke sekolahan akhirnya Mami Sinta menyuruhnya untuk mengantarkan sarapan pada Bagas. Sinta sebenarnya ogah-ogahan Namun karena maminya yang memaksa untuk mengantarkan sarapan itu pada Bagas akhirnya dia menuruti saja kemauan maminya namun dia tidak mau sendiri.Dengan berbagai alasan dan berbagai permohonan, Sinta meminta Alliya untuk ikut bersamanya, sebenarnya Alliya tidak mau namun karena Sinta terus memaksanya akhirnya Alliya menyetujuinya.
Beberapa kali benda pipih bercasing warna cream itu berdering namun oleh pemiliknya tak sekalipun diangkat. Alliya masih sibuk dengan novelnya dibalkon kamarnya, ya memang kesibukannya selama weekend emang gitu-gitu aja cuma baca novel. Namun menurut Alliya itu adalah hal ternyaman baginya daripada keluyuran nggak tahu kemana.
Tokk tokk tokk
Bi Idah membuka pintu bercat cream yang tinggi dan lebar itu, senyumnya terbit melihat siapa yang datang.
"Eehh neng Sinta pagi-pagi udah cantik aja " Celoteh bi Idah
" bibi mah bisa aja, lagian aku emang udah cantik dari lahir bi " Pede Sinta yang kelewat ubun-ubun
" iya deh iya, pasti nurun dari mamanya " bi Idah mempersilahkan Sinta masuk
" bukan bi, aku tuh mirip papi aku "
" Alliyanya ada ya bi? " Sinta melototkan matanya kearah lantai atas
" Ada neng, Ada dikamar. Susulin aja ke kamarnya " Terang bi Idah
" oke bi " Sinta melesat pergi menaiki setiap anak tangga dan sampai didepan pintu bertulisan ini kamar Alliya. Sinta tersenyum, lalu menarik tuas pegangan pintu itu.
Memang pada akhirnya Sinta dan Alliya menjadi dekat dan berteman baik, ya meskipun Alliya lebih suka dan sering menyendiri. Namun berkat sikap Sinta yang suka memaksa dan suka mengajak Alliya kemana-mana, akhirnya mereka berdua sudah seperti tak ada rasa sungkan diantara keduanya.
" Alllliyaaaaaaa " Teriak Sinta yang melihat Alliya masih duduk dibalkon sambil membaca novel dengan santainya, padahal sudah dua puluh kali dirinya menelepon gadis itu tapi tak satupun yang diangkat
" gue kira lo sibuk banget sampek nggak bisa angkat telepon gue, taunya lo cuma baca novel. Lama-lama tuh novel gue rongsokin " Cerocos Sinta lalu menghampiri Alliya
Sinta mengambil paksa novel itu dari tangan Alliya, " siap-siap, sekarang lo ikut gue. Titik "
Alliya mendengus kesal, padahal dirinya sedang senang-senang membaca buku dan telah hanyut kedalam kisah yang tertera dibuku itu tapi gara-gara Sinta akhirnya dia keluar dari cerita itu.
" huuhhhh, ini masih pagi kalik. Agak siangan dikit aja " Tolak Alliya
" gue tau ini masih pagi, gue juga sebenarnya males. Tapi nyokap maksa mulu " Sinta mengacak rambutnya frustasi
" lagian kenapa nyokap lo peduli banget sama si Bagas? " tanya Alliya penasaran
" gini ya, gue itu tetanggaan sama Bagas. Nah mami gue itu pengen punya anak cowok, tapi tuhan ngasihnya cewek yaitu gue. Sedangkan bundanya Bagas tuh pengennya punya anak cewek tapi dikasih cowok sama tuhan. Akhirnya gua sama Bagas kayak anak yang tertukar, mami gue sayangnya sama Bagas sedangkan bundanya Bagas sayangnya sama gue " terang Sinta panjang lebar
" mungkin emang lo jodoh kalik sama Bagas " Alliya cekikikan, lalu beranjak dari duduknya dan mengambil cardigan yang ada di lemarinya
" idihhhhh, ogah banget gue jadi jodoh Bagas " Tolak Sinta mentah-mentah nggak pakek dibakar takutnya nanti gosong. Berchandaaaaa berchandaaaa
" hati-hati Sin, awalnya benci lama-lama bisa jadi cinta lo " Alliya senang sekali jika menggoda temannya itu sampek wajahnya memerah dan kelihatan seperti kepiting rebus
" hati-hati juga Al, ntar lo lama-lama jatuh hati sama Revan " balas Sinta
Alliya hanya diam tak membalas ucapan Sinta, lalu ia beranjak keluar kamar begitu saja.
***
Mobil berwarna hitam itu sudah terparkir rapi diparkiran sekolah, dengan malas Alliya keluar dari mobil itu. Betapa bosennya dirinya dihari libur masih melihat sekolah, padahal kan dirinya ingin bersantai melihat pemandangan taman dekat kamarnya sambil membaca novel. Memang Sinta sangat menyebalkan dan keras kepala.
" baunya masakan mami enak banget deh, jadi pengen gua makan. Tapi ntar si jelek Bagas ngadu ke mami kalau makanannya nggak sampek di dia bisa berabe gua " gumam Sinta sambil menenteng makanan dan mengendusnya
" Gua nunggu disini aja gimana? " tanya Alliya yang jelas dirinya tau jika Sinta tidak akan menyetujuinya
" enggak, lo harus ikut gue " Sinta menggandeng tangan Alliya dengan tangannya yang bebas
Tak butuh waktu lama untuk sampai dilapangan basket, Sinta melambaikan tangan pada Bagas yang juga tanpa sengaja melihat kearahnya.
" lo lama banget deh, padahal mami lo udah telpon gue dari tadi katanya lo nganterin sarapan kesini " omel Bagas dengan tangan yang menghapus keringat didahinya
" bawel banget sih lo, gini-gini gue mau nganterin nih makanan kesini. Daripada gue makan sendiri dijalan " balas Sinta tak mau kalah
" apa lo bilang, ini tuh makanan dari mami buat gue. Gak boleh lah kalau lo makan " Bagas mengambil paksa kontak makananan yang masih ada ditangan Sinta
" ya itukan mami gue, bukan mami lo " Celetuk Sinta
" kan lo juga udah ngerebut bunda gue " Bagas menaik turunkan alisnya
" lo pada ribut banget deh kayak pengantin baru " Timpal Revan yang baru saja datang
" Pengantin baru mah mesra-mesraan, bukan berantem " balas Alliya
" kan mereka pengantin Tom and Jerry, jadi ya gitu mesranya "
Pletakkk
" aduhhh, lo_ " Revan mengelus pelipisnya yang tadi dijitak oleh Sinta
" apa? Apa lo? Lagian lo dulu yang mulai " Ucap Sinta dengan nada yang meninggi
Tak mau berdebat dengan Sinta, Revan hanya berdehem lalu mengalihkan perhatiannya pada Alliya. Gadis itu masih terlihat kurus dengan mata indah namun selalu memancarkan kesepian. Meski begitu Revan bersyukur karena akhir-akhir ini Alliya sudah membaik dan saat bertemu dengannya dia tidak merasakan sakit lagi.
" lo udah sarapan? " tanya Revan pada Alliya
" belum " jawab gadis itu singkat
" kok belum, udah minum obat? " tanya Revan lagi dan hanya mendapat gelengan kepala dari Alliya
" Sarapan gih, ntar lo sakit. Obatnya jangan lupa diminum " Revan mengelus puncak kepala Alliya lembut
Sinta dan Bagas hanya melongo melihatnya, meskipun mereka sudah terbiasa melihat sikap Revan yang perhatian dengan Alliya namun tak pernah sekalipun mereka berdua tak terkejut dengan sikap manis Revan. Karena pada dasarnya Revan memang cowok yang super duper jutek pada orang lain.
" ada yang cemburu tuh kayaknya " celetuk Sinta yang berhasil memergoki Dewangga dengan wajah marahnya
" siapa? " tanya Alliya lugu
" tuh didepan lapangan futsal "
Lapangan basket dan lapangan futsal memang berdekatan, bahkan tetanggaan. Alliya melihat kearah yang disebut Sinta, dan dia bisa melihat Dewangga berdiri tagap dengan wajah memerah.
" palingan juga kepanasan, kan habis olahraga " ucap Alliya apa adanya
Memang club futsal dekat-dekat ini juga ada lomba, bahkan harinya dan tempat lombanya sama dengan lomba basket. Jadi mereka juga berlatih mempersiapkan lomba itu.
" lo lugu amat sih Al " ucap Revan kemudian mencubit pipi Alliya
KAMU SEDANG MEMBACA
Alliya Dan Kisahnya
Teen FictionPindah sekolah?, ya itu mungkin salah satu cara untuk melupakannya. orang yang pernah ada dihati Alliya, setelah beberapa kali dibujuk oleh mama dan papanya akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui permintaan mereka. Sebenarnya masih sulit untuk men...