Pemaksaan

39 33 10
                                    

Tetttttttt Tetttttttt Tetttttttt

Bel tanda pulang sekolah berbunyi, Alliya segera mengemasi barang-barangnya dan pergi dari kelas. Ia memasang aerphone pada telinganya dan melewati lorong-lorong sekolah dengan santai. Alliya meninggalkan Sinta yang tadi masih sibuk bertengkar dengan Bagas, sementara Revan masih tertidur dibangkunya. Seharian ini Alliya merasa berat sekali, apalagi kalau bukan gara-gara bertemu dengan sosok yang mirip dengan Devan.

Pukk

Terasa tepukan di pundak kiri Alliya, ia pun menengok namun tak ada orang disana.

" gue disini " ucap Dewangga sambil tersenyum manis

Alliya menengok kerah kanan, melihat Dewangga yang sudah berada disampingnya membuat Alliya kembali merasa terganggu. " kenapa sih dia muncul terus dideket gue, tau gitu tadi dia gausah gue bantuin. " batin Alliya

" Jangan cuek-cuek kenapa sih, lagian gue cuma mau temenan sama lo " ucap Dewangga sambil mengimbangi jalan Alliya yang kelewat cepat

Pada dasarnya meskipun kaki Dewangga panjang namun dia lebih suka berjalan perlahan dan menikmati langkah kakinya, berbeda dengan Alliya gadis pendek namun jalannya secepat kilat.  " cepet banget sih jalannya kayak kereta aja " batin Dewangga

Karena tak ingin ditinggalkan Alliya, Dewangga memberanikan diri memegang tangal Alliya. Seketika Alliya menghentikan langkahnya dan menatap kearah tangannya yang digenggam oleh Dewangga, Alliya langsung melepaskan tangan Dewangga. Raut wajahnya berubah memerah, Alliya merasa tak nyaman dengan perlakuan  Dewangga padanya.

" sorry, abisnya lo jalan cepet banget kayak kereta. Pelan-pelan aja napa " ucap Dewangga menyesal karena menyadari dirinya yang lancang menggenggam tangan Alliya padahal mereka baru kenal

Alliya masih tak bersuara sambil melototi Dewangga

" iya gue salah, gue minta maaf " rengek Dewangga meminta maaf untuk yang kedua kalinya

Alliya tak mengindahkan Dewangga, ia melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Dewangga begitu saja. Sampai ketika tepat didepan gerbang sekolah, Alliya dapat melihat Revan sudah ada didepan sana duduk diatas motornya.  " huuh, kenapa dia udah ada disana sih. Bukannya tdi masih tidur dikelas " batin Alliya

Alliya mempercepat langkahnya, ia melihat bus yang melintas dan berhenti di halte yang ada tak jauh dari sana. Namun awalnya Revan yang anteng diatas motornya tiba-tiba berdiri dan menatap kearah Alliya, Revan mendekat dan menggenggam tangan Alliya. Alliya berusaha melepaskan  genggaman Revan, namun ia tak berhasil karena kuatan cowok itu yang melebihinya.

" ngapain sih lo? " Bentak Alliya

" gue anter pulang " Seru Revan dengan raut wajah mengintimidasi

" ogah, gue bisa pulang sendiri " jawab Alliya yang tidak terintimidasi sama sekali oleh Revan

" lepasin tangan gue " Seru Alliya sambil berusaha melepaskan tangan Revan dari tangannya

" gue nggak nerima penolakan " Revan mengambil helm yang tadi ia pinjam dari Bagas karena cowok itu selalu membawa  2 helm, katanya sih jaga-jaga kalau ada cewek cantik mau numpang padanya.

" pakek " Titah Revan

Dengan terpaksa Alliya menerima helm itu dan memakainya, Alliya agak kesusahan memakai helmnya karena tangan kirinya masih belum dilepaskan oleh Revan.

" lepasin tangan gue dulu, gimana gue makeknya kalau tangan gue lo pegang " Sarkas Alliya dengan dengusan

Revan melepas tangan Alliya dan berganti memegang tas milik gadis itu, " nih cowok nyebelin banget sih, padahal gue kan mau nyari kesempatan buat kabur " batin Alliya

Alliya Dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang