Langit nampaknya mendung, Revan memarkirkan mobilnya digarasi. Tubuhnya terasa sangat letih, yang diinginkannya saat ini hanyalah cepat sampai di kamarnya dan tidur, udah itu aja. Dengan langkah lebarnya akhirnya cowok jangkung itu sampai didepan pintu berwarna coklat. Tangannya memegang ganggang pintu, tanpa ribet ini itu dan tanpa melepas sepatu Revan menjatuhkan dirinya tepat diatas kasur.
" aduuhhhhh "
Revan terbangun dan langsung membuka selimut, kepala Bagas menyempul dengan malas dari balik selimut.
" lo kok bisa ada disini? " Revan beralih duduk di sofa dekat kasur
" tinggal masuk lewat pintu aja kok bingung " Bagas mendudukkan dirinya dan menatap kearah Revan
" serah lo deh, gue males debat sama lo " jawab Revan malas lalu merebahkan dirinya
" lo dari mana aja sih? " Kepo Bagas
Revan tak menjawab, dirinya lebih memilih memejamkan matanya dan membiarkan Bagas terus mengoceh. Bagas yang kesal dicuekin oleh Revan akhirnya memilih untuk turun dan mengambil makanan dari dapur.
Jangan tanya kenapa Bagas nggak ada rasa sungkan sama sekali, ya karena dia emang suka nganggep rumah orang lain rumahnya sendiri. Bahkan dirumah temannya yang lain juga gitu, apalagi dirumah Sinta. Udah kayak menantu dirumah itu, eeeeittsss menantu.
Bagas kembali kekamar Revan dengan senampan makanan dan minuman ditangannya. ia masih cukup tau diri untuk membawakan tuan rumah makanan bukan hanya untuk dirinya sendiri.
" nih gue bawain makanan, lo belum makan kan " Seru Bagas sambil menaruh nampan keatas meja
Tak mendapat sahutan dari Revan, Bagas memilih untuk memakannya terlebih dulu. Bagas menikmati makanannya dan menghabiskannya tanpa tersisa. Entah setan kelaparan apa yang sedang bersamanya, Bagas makan seperti orang belum pernah makan selama satu tahun saja.
" Rev, ini makan. Ntar gue makan lagi nih punya lo, perut gue masih keroncongan " Bagas cekikikan sendiri sambil mengelus perutnya yang masih terasa lapar
" apa dia udah di alam mimpi ya, masa secepet itu " gumam Bagas bicara pada dirinya sendiri
Bagas mengoyak tubuh Revan, namun Revan hanya diam saja. Bagas salah fokus pada mata Revan, matanya terlihat bengkak. Bagas memang sering melihat hal itu, namun kali ini lebih bengkak dari sebelumnya. Pikirnya apa Revan habis menangis sampai matanya bengkak seperti itu.
" lo habis nangis Rev? " pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Bagas
" menurut lo? " jawab Revan masih sambil memejamkan matanya
" gue kira lo udah tidur, makan noh nasi goreng " Seru Bagas sambil menyodorkan sendok pada Revan
" lo makan aja, gue nggak nafsu makan " Revan kembali memiringkan wajahnya berpaling dari Bagas
" beneran? kok tumben, biasanya aja lo kalau urusan nasi goreng nggak mau ngalah " Dengan sigap Bagas mengambil nasi goreng itu dan menghabiskannya sebelum Revan berubah pikiran.
***
Lapangan basket sudah dipenuhi dengan anggota tim basket, Bagas berjalan kesana kemari sambil menatap kearah pintu lapangan basket. Revan nggak biasanya telat saat latihan, tapi hari ini kenapa dia telat banget. Bahkan dia sudah telat selama setengah jam.
" woyy, mondar mandir mulu lo bikin kepala gue pusing liat lo " Seru Edo salah satu anggota tim basket
" Liat itu pakek mata, bukan pakek kepala. DASAR ANEH LO " Balas Bagas tak mau kalah
" etdahhh, itu maksud gue. Lagian ngapain sih mondar mandir gitu, kayak orang kebelet aja " Edo cengegesan nggak jelas sambil menatap Bagas mengejek
" Iyee gue kebelet, kebelet ketemu Revan " Bagas berlalu meninggalkan Edo dan teman lainnya. Tingkat kesabarannya sudah habis ditelan usia
KAMU SEDANG MEMBACA
Alliya Dan Kisahnya
Teen FictionPindah sekolah?, ya itu mungkin salah satu cara untuk melupakannya. orang yang pernah ada dihati Alliya, setelah beberapa kali dibujuk oleh mama dan papanya akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui permintaan mereka. Sebenarnya masih sulit untuk men...