Keringat sudah bercucuran di wajah tampan Revan, cowok itu benar-benar melakukan latihan dengan baik meskipun dia habis jatuh dari motor. Teman temannya sampai bingung dengan cowok itu, apakah dia tidak merasakan sakit sama sekali.
" woyy ayo latihan! bengong mulu lo " Teriak Revan pada Bagas yang sedang berdiri didepan pintu lapangan basket
" eeh iya " Bagas berlari menghampiri Revan, bola dioper dan berhasil ditangkap oleh Bagas dengan sempurna.
" lo beneran nggak apa apa Rev? Wajah lo pucat " Memang sejak keluar dari UKS tadi wajah Revan memang kelihatan pucat
" udah latihan, gue mau ambil minum dulu " Revan meninggalkan Bagas dan pergi mengambil air di tas nya
Brukkkkkkk
Bagas berbalik, cowok itu berlari dan menghampiri Revan yang sudah tergeletak di lantai.
" Rev, Rev " Bagas panik bukan main, ini baru pertama kalinya melihat Revan pingsan. Dari dulu sahabatnya itu tidak pernah pingsan ataupun sakit.
Tak lama setelah itu banyak anggota tim basket yang datang membantu dan membawa Revan ke UKS.
***
Dengan mengumpulkan keberanian Alliya mulai membuka loker milik Revan, matanya langsung tertuju pada amplop berwarna putih disana. Diambilnya amplop itu, nafasnya mulai tak terkendali. Jantungnya berdetak cepat, iya takut membaca surat yang ada di amplop itu. Namun ia juga ingin tahu yang sebenarnya.
" gue harap, kali ini lo bener-bener ngasih jawaban atas semua pertanyaan gue selama ini Dev " batin Alliya
Perlahan jari jemari Alliya mulai mengeluarkan surat yang ada di amplop itu, diatas kertas itu tertera kop berwarna hijau bertuliskan Rumah Sakit Medika Pratama. Tangan Alliya mulai gemetar, jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia tidak tahu apakah setelah ini dia akan baik-baik saja, atau justru sebaliknya. Kalau boleh jujur, Alliya takut sekarang. Namun dirinya juga ingin tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Devan.
Dalam surat itu tertera dengan jelas bahwa Devan Bahtiar Alvaro positif mengidap penyakit gagal ginjal. Kaki Alliya melemas seketika, seluruh tubuhnya gemetar. Dia luruh ke lantai, air matanya bercucur dengan deras. Ia merasa sangat menyesal, merasa sangat bersalah kenapa dirinya baru mengetahuinya sekarang. Andai dulu dia tahu, pasti dia akan menjaga Devan dan membantunya melawan penyakit itu.
Selalu bersamanya dan membantunya untuk tetap kuat, ia pikir dirinya bukan teman yang baik untuk Devan. Seharusnya dirinya menyadarinya dari dulu, kenapa Devan sering ngilang gitu aja. Sering bilang kalau dia sibuk, bahkan Alliya pernah marah dan menyalahkan Devan karena terlalu sibuk. Alliya benar-benar tidak mengetahuinya dan tidak menyadarinya, padahal wajah Devan yang pucat sudah mengatakan segalanya.
" maafin gue Dev, gue bukan sahabat yang baik buat lo. Gue nggak bisa jagain lo, gue nggak peka kalau lo sakit dan butuh gue. Maafin gue Dev, hiks hiks hiks "
Andai waktu bisa diputar, Alliya berjanji akan menjaga dan terus bersama Devan. Menyemangatinya dan membantunya agar bisa melawan penyakit itu.
Sinta berlari terbirit-birit menghampiri Alliya " Revan Al, Revan pingsan. Dia dibawa ke UKS " teriak Sinta dengan lantang karena jarak mereka berdua lumayan jauh
" Revan "
" Revan pingsan "
" enggak, enggak gue nggak bisa biarin Revan pergi ninggalin gue kayak Devan. Gue nggak mau, Rev lo nggak boleh kenapa napa " Alliya berdiri dan berlari begitu saja. Ia tak memperdulikan Sinta yang terus bertanya padanya setelah melihat penampilannya yang sudah tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alliya Dan Kisahnya
Genç KurguPindah sekolah?, ya itu mungkin salah satu cara untuk melupakannya. orang yang pernah ada dihati Alliya, setelah beberapa kali dibujuk oleh mama dan papanya akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui permintaan mereka. Sebenarnya masih sulit untuk men...