Dewangga

46 35 25
                                    

Sesampainya Alliya di kelas, siswa-siswi kelas IPA 2 menatap Alliya dengan tatapan penasaran.

" Lo udah nggak apa-apa? "

" Tadi lo kenapa? "

" Lo sakit? "

" Mau ke dokter aja nggak? Gue anterin "

Itulah berbagai pertanyaan yang diterima Alliya, Sinta yang duduk dibangku depan Alliya itu bertanya terus menerus tanpa memberi kesempatan Alliya untuk menjawab pertanyaannya.

" oh iya, nama gue Sinta. Mulai sekarang kita temenan, gue kaget banget pas tadi lo tiba-tiba pingsan. Khawatir banget gue, takutnya lo kenapa-napa. Lo beneran gapapa? Kok udah balik kekelas, mending istirahat di uks deh kalau masih sakit " Cerocos Shinta tanpa henti

" heh Shinta, lo nyerocos mulu deh. Pegel telinga gue dengernya " Sarkas Bagas teman sebangku Sinta yang tak tahan dengan semua cerocosan yang keluar dari mulut gadis disebelahnya itu

"  Suka-suka gue dong, mulut-mulut gue. Kenapa lo yang sewot? " Sembur Sinta tak mau kalah

" Lah lo nya tanya ke si Alliya nyerocos tanpa henti, terus kapan Alliya jawab pertanyaannya " jawab Bagas kesal

"Iya juga ya " Sinta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

" Sorry, sorry habisnya gue khawatir banget sama lo. Untung tadi Revan cepat tanggap gendong lo dan bawa lo ke uks, nggak kayak nih si Bagas cuma bengong sambil liatin aja " tambah Sinta yang sengaja menyindir Bagas

" lagian gue kalaupun mau nolongin juga kehalang lo, akhirnya keduluan Revan dah. Padahal kan kesempatan banget bisa gendong cewek cakep " Ujar Bagas sambil cengengesan

" Dasar  buaya " desis Sinta

Pletakkkkk

" aduh pala gue, sakit Sin. Asal jitak-jitak aja kepala orang " rengek Bagas

" Sukurin, salah sendiri jadi cowok kok kek buaya " Sarkas Sinta

Alliya hanya melihat kelakuan teman sekelasnya ini, ia tak berekspresi apapun. Ia hanya melihat mereka sambil mengingat kembali tentang Devan. Dulu saat pertama bertemu dengan Devan, Alliya juga sangat tidak suka dengan cowok itu. Karena Devan suka sekali mengusilinya, tapi lama kelamaan Alliya terbiasa dengan hal itu hingga mereka berdua bisa bersahabat dekat.

Dulu Alliya anak introvert yang berhasil dirubah oleh Devan menjadi cewek yang ekstrovert. Dulu Alliya sangat suka menyendiri, membaca buku, mendengarkan musik. Ataupun melakukan hal yang lain sendiri, bahkan dulu Devan pernah mengira jika Alliya dikucilkan dan tidak memiliki teman. Dan itulah awal Devan mulai mendekati Alliya, ia ingin menjadi teman Alliya.

Sampai akhirnya Alliya mencoba berbagai hal seru yang diajarkan oleh Devan. Bermain basket, silat, melukis, bahkan bermain futsal sekalipun. Itulah yang membuat hidup Alliya lebih berwarna dari sebelumya, bahkan Alliya sering mengikuti lomba dan memenangkannya. Kalau dipikir-pikir jumlah sertifikat dan piala penghargaan Alliya sudah sampai memenuhi lemari kaca besar yang sengaja dibeli khusus untuk tempat memajang piala Alliya.

" Alliya lo kenapa? " tanya Sinta lagi karena sedari tadi Alliya hanya diam dan melamun

" Dia cuma belum sarapan " jawab Revan yang tiba-tiba sampai didepan pintu kelas

Revan menghampiri Alliya dan duduk disampingnya, sementara Alliya menundukkan kepalanya. Ia tak mau melihat kearah Revan yang pastinya nanti akan membuat dadanya terasa sesak lagi karena teringat dengan Devan.

" gue itu tanyanya ke Alliya, bukan lo " Sarkas Sinta

" bodoamat, ngadep depan sono " jawab Revan kelewat mencolot

Alliya Dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang