Dinda tersenyum setelah menyusun rencana untuk menghancurkan rumah tangga orang. Entah Dunia sangat berpihak padanya karena ternyata pria yang rumah tangganya harus dia hancurkan itu adalah salah satu teman Hazel, namun pria itu lebih muda dari Hasil.
Tadi pagi, saat di kantor Hazel, Dinda tidak sengaja bertemu dengan pria itu. Aslinya lebih tampan dari pada di foto, bahkan Dinda sampai membayangkan bahwa pria itu menyeretnya ke dalam kamar dan menggagahinya dengan kasar.
Ahh hanya membayangkan saja sudah membuat Dinda basah.
Dinda sengaja memberikan obat perangsang pada minuman yang akan dia berikan pada pria bernama Ardan itu, jika dia bisa tidur dengannya malam ini dan mengmabil foto mereka berdua. Lalu dia berikan foto itu pada istrinya, pasti istrinya akan marah dan meninggalkan Ardan, lalu tugasnya beres dan dia akan mendapatkan uang dari Ibunya Ardan.
Ardan sendiri menatap tidak suka pada Dinda yang duduk di pangkuan Hazel, jika tidak ingat bahwa Hazel adalah orang yang sangat berpengaruh pada perusahannya, maka Ardan tidak akan mau datang ke club malam hanya untuk mendapatkan tanda tangan Hazel.
"Minum dulu Ardan,"
"Tidak, saya tidak suka minum." jawab Ardan terus terang.
Hazel terkekeh, "Dasar anak muda, nikmatilah hidup... Jangan hanya kerja, kerja dan kerja."
Ardan mendengus saat melihat Dinda yang mengedipkan matanya menggodanya, bisa bisanya wanita itu menggoda pria lain saat dia saja duduk di pangkuan seorang pria.
"Ayolah Ardan, sedikit saja... Dinda, bantu dia minum."
Dia mengangguk semangat, dia bangkit dari pada Hazel lalu beralih duduk di pangkuan Ardan.
Ardan tentu saja terkejut bukan main.
"Biarkan Dinda melayanimu minum, sementara aku akan menandatangani kontrak kerja sama kita."
Ardan tidak jadi mendorong Dinda saat Hazel mengambil berkas yang sejak tadi di anggurkan dan mulai membuka bukanya.
Dinda mengambil gelas di atas meja dan menyodorkannya pada Ardan, "mau minum sendiri atau ku bantu minum?" tanya Dinda dengan kerlingan nakal.
Ardan menegang saat wanita di pangkuannya itu sengaja memainkan pantatnya, jika tidak demi tanda tangan, Ardan sudah pasti mendorong Dinda.
Ardan tidak munafik, bagaimana pun dia adalah pria waras yang menyukai barang bagus...
Dinda tersenyum puas saat Ardan menghabiskan minuman dalam gelasnya dengan sekali teguk.
Tangannya dengan nakal merambat ke dada Ardan, mengusapnya sensual.
Membuat Ardan panas dingin.
"Semua sudah aku tanda tangani, aku pergi dulu... Istriku menelpon,"
Cup!
Hazel mencium bibir Dinda, tidak peduli posisi wanita itu yang dudum di pangkuan Ardan.
Ugh!
Ardan menelan lidahnya kasar.
"Layani Ardan, Dinda.. Aku pergi dulu."
"Tu--"
Hazel keluar ruangan tanpa mempedulikan Ardan.
Ardan sendiri menjadi semakin kepanasan, padahal ac di ruangan itu sangat dingin, tapi dia merasa sangat panas.
Ardan Pov.
Seharusnya aku pergi saat Tuan Hazel meninggalkan ruang pertemuan kami, tapi aku malah terpaku diam dan membiarkan wanita Tuan Hazel menyentuh tubuhku.
Sepertinya mereka sengaja memasukkan minuman ke dalam minumanku, itu seperti obat perangsang yang pernah aku minum beberapa tahun yang lalu.
Jika dulu aku bingung apa yang harus aku lakukan, maka kini aku akan menikmati sejenak apa yang sudah ada di depan mata.
"Ahh, ahh.."
Aku menghisap kasar payudara wanita di bawahku, namun nampaknya wanita ini menyukai cara kasar. Dengan itu aku mengambil dasiku dan mengikat kedua tangannya menjadi di atas kepala.
"Ahh,"
Aku tidak peduli dengan wanita ini, dia sendiri yang membuatku meminum obat perangsang itu. Maka akan aku buat dia menyesal karena ulahnya sendiri.
Ugh!
Ugh!
Vaginanya sempit, menjepit Juniorku, aku suka.
"Ahh, ahh..."
Suara desahannya pun berirama membuatku semakin semangat menyatukan milik kami.
"Ahh, ahh."
Ugh Ugh!
Kurasa sebentar lagi aku akan keluar, saat aku akan menarik diri, wanita ini merangkul pinggulku dengan kakinya dengan erat.
"Di dalam saja,"
Maka aku pun menumpahkan semua muntahan juniorku di dalam rahimnya dan berguling di sampingnya.
Aku memejamkan mataku dan terkejut saat merasakan sesuatu yang basah di bawah sana.
Aku membuka mata dan melihat wanita itu tengah menjilati Juniorku tanpa rasa jijik, membuatku meremang marena baru pertama kali merasakan ini.
"Ugh!"
Aku meleguh nikmat, rasanya sungguh nikmat. Biasanya jika sudah keluar, aku tidak akan melanjutkan lagi, namun kali ini rasanya ku ingin lagi.
Aku kembali memejamkan mataku, menikmati wanita itu menjilati, mengulum dan kadang mengocoknya.
"Ugh!"
Rasanya aku sudah ingin keluar lagi hanya dengan mulutnya saja, wanita ini sangat pandai. Andai Mela sepandai ini, uh kenapa aku ingat Mela.
"Ugh! Kau-- ugh!"
Kan aku keluar lagi.
Untuk pertama kalinya selama hidupku, aku mendapatkan pelepasan dua kali.
"Namaku Dinda, kau bisa mencarimu ke sini jika menginginkanku...." katanya.
Aku pikir dia bangkit untuk meninggalkn aku yang sudah lemas, namun nyatanya, aku salah. Wanita bernama Dinda itu meraih Juniorku dan membuatnya tenggelam ke dalam Vaginanya.
"Ugh!"
"Aku bisa membuatmu merasa sangat puas dan ketagihan."
Dan setelahnya dia bergerak liar di atasku, membuatnya terlihat sangat seksi.
Bersambung.
Ahhh udah basah blom?
Kalau udah yok kita langsung gas🤪
Kamis, 21 September 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ [ Aku Pelakor ]
ChickLitWARNING!! 21+ isinya hanya cerita dewasa, bagi bocil tolong jangan mampir, nanti ketagihan enggak ada pelampiasan. UPDATE SETIAP MALAM 💋💋 "Ahh!" "Ugh!" Dinda menjerit saat benda panjang nan besar itu masuk sempurna ke dalam miliknya, rasanya sung...