Hallo apa kabar semua?
Berapa hari gue mager nulis, sumpah rasanya gak semangat banget buka wp
Terima kasih untuk 31k view💋💋
Selamat membaca 💋💋💋
🥰🥰🥰
"Bugh!"
"Mama! Buka pintunya!"
Fint mendesah frustasi karena kegiatan di ganggu oleh gadis kecil yang mengaku sebagai anak Dinda, namun Dinda sendiri mengatakan jika dia tidak memiliki anak.
Kegiatan yang seharusnya dia nikmati bersama Dinda itu harus terpaksa dia lakukan secepat kilat karena gadis kevil di luar kamar itu sungguh tidak mau diam.
"Mama! Hiks! Mama!"
"Dinda, kamu yakin itu bukan anak kamu?" tanya Fint.
Dinda mengendikkan bahunya acuh, "aku tidak pernah memiliki anak."
Dengan itu, Fint pun pergi dari Apartemen Dinda.
"Heh bocah, ayo aku antar kamu pulang? Kamu ingat dimana rumahmu?" Tanya Dinda pada gadis kecil dengan rambut yanh di ikat dua itu.
Gadis kecil itu dengan polosnya menggelengkan kepalanya, "tidak ingat,"
"Arrgh sial!"
Dinda mengerang frustasi, "nama kamu siapa?"
"Putri Diana,"
"Hah?"
"Putri Diana Kalinga,"
Dinda menatap bocah itu dengan tatapan horor, saat tiba tiba sekelebat ingatan empat tahun lalu hinggap di kepalanya.
"Kamu anaknya Kalinga?" tanya Dinda dengan bodohnya, seharusnya dia sudah tahu itu, tapi Dinda tetap bertanya.
Bocah bernama Putri itu mengangguk, "iya, Papa Kalinga sama Mama Dinda."
"Siapa yang bilang aku Mamamu!" pekik Dinda tidak terima.
Putri mengerjapkan matanya. "Papa,"
"Aku bukan Mamamu! Aku tidak punya anak!"
Dinda kesal, lalu mengantar anak itu ke kantor polisi. Seharusnya sejak awal dia mengantar anak itu ke kantor polisi dulu.
"Ma jangan tinggalin aku,"
"Nyonya, anda yakin dia bukan anak anda?"
Polisi itu bertanya dengan curiga, saat Dinda mengantarkan seorang anak kecil yang katanya anak tersesat tapi anak itu memanggilnya 'Mama'.
"Saya yakin Pak, karena saya tidak punya anak!" kata Dinda dengan kesal karena Pak polisi itu tidak percaya jika bocah itu bukan anaknya.
"Mama hiks!"
"Heh bocah! Aku bukan Mamamu, berhenti memanggilku Mama dan membuat mereka salah paham!"
"Mama!"
Namun bocah itu tidak mau berhati dan terus memanggilnya Mama.
Para polisi pun mulai berpikir jika Dinda berencana membuang anaknya.
"Nyonya, sebaiknya Anda bawa pulang anak Anda..."
"Demi Tuhan Pak Polisi, dia bukan anak saya!" raung Dinda kesal.
"Sudah jelas jelas anak ini memanggil Anda Mama, anak kecil tidak mungkin berbohong Nyonya," kata Polisi itu.
Dinda tersenyum kecut, ia berjongkok di hadapan Putri. "Putri, katakan pada mereka jika aku bukan Mamamu,"
"Nak katakan pada kami jika dia adalah Mamamu, jangan takut ya,"
Polisi itu pun ikut berjongkok di samping Dinda, dia pun berkata dengan lembut untuk anak itu jangan takut mengakui Dinda sebagai Ibunya.
Dinda melotot ke arah Polisi itu, "Pak, dia sungguh bukan anak saya... Anda bisa mengecek Data diri saya jika Anda tidak percaya,"
"Data diri bisa di pakaian Nyonya,"
Dinda mendesah kesal lalu memilih untuk menghubungi Hazel, dia perlu bantuan pria itu untuk meluruskan masalah ini.
"Hazel, tolong aku," begitu sambungan telpon diterima, Dinda langsung merengek manja pada Hazel.
"...."
"Aku di kantor polisi,"
"...."
"Jangan lama, aku tunggu ya."
Dinda menatap Polisi itu sinis, sementara Polisi itu sendiri tidak mengerti kenapa Dinda ingin membuang anaknya, selain gadis kecil itu memanggilnya Mama, rupa mereka juga sangat mirip, hanya berbeda di bagian mata saja.
•••••
"Sebenarnya itu anak siapa, Dinda? Kenapa dia mengikuti kamu?" tanya Hazel bingung, jujur saja dia agak terkejut dan berpikir jika anak itu adalah anaknya Dinda karena mereka mirip.
"Tidak tahu, tadi tiba tiba dia mengikutiku saat aku di restoran dan mengikutiku pulang, lalu aku antarkan dia ke kantor polisi tapi polisi tidak percaya jika dia bukan anakku," jelas Dinda, dia sengaja tidak mengatakan bagian Fint menunggunya dan mereka yang melakukan iya iya.
"Dinda aku lagi nyetir loh," saat Dinda duduk di pangkuannya.
"Aku kangen,"
Namun Dinda tidak menghiraukan Hazel dan tetap menjalankan aksinya menggoda Hazel.
Membuat Hazel yang tidak pernah tahan dengan godaan Dinda pun mengerang frustasi, untung jalanan sepi, dari pada kecelakaan, Hazel lebig memilih menepikan mobilnya di pinggir jalan untuk menerima servis dari Dinda.
Hazel pun memundurkan kursi kemudian dan sedikit merebahkan kursinya agak Dinda dapat leluasa melakukan aksinya, Dinda tentu saja senang karena Hazel selalu mengutamakan dirinya.
Dengan cepat, dia membuka ikat pinggang Hazel dan menurunkan celana Hazel, membuat Junior Hazel terekpos.
"Ugh!"
Hazel memejamkan matanya menerima serangan dari mulut Dinda, mulutnya mendesis bak ular kobra saat Dinda terus bermain dengan Juniornya yang sudah sangat keras.
"Ugh! Dinda sebentar lagi aku meeting loh,"
Hazel ingin bermain lama, namun dia diburu oleh waktu.
"Ugh, Dindaa, Ahhh kamu memang pintar,"
"Dinda, Ahh aku tidak tahan,"
Dinda cemberut, namun tak urung dia melorotkan celana dalamnya, lalu memposisikan dirinya di atas Junior Hazel.
Jlep!
"Ugh!"
"Ahhh!"
Sekali hentakan Junior Hazel masuk sempurna ke dalam Vagina Dinda.
Dinda bergerak liar di atas Hazel.
"Hazel, ahh..."
Dinda mengerang nikmat, begitu juga dengan Hazel.
"Ugh! Dinda, ganti posisi, kamu di bawah."
Lalu mereka pun ganti posisi, Dinda yang bernaring dan Hazel yang bergerak di atas Hazel dengan liar, membuat mobil itu pun juga ikut bergetak liar.
"Ugh!"
"Ahh ahh Hazel, aku mau sampai."
"Ugh! Ya bersama!"
"Ugh ugh ugh!"
"Ahh ahh ahh!"
Suara desahan mereka berdua memenuhi mobil, di akhiri dengan erangan nikmat dari keduanya.
Bersambung.
Maaf pendek 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ [ Aku Pelakor ]
ChickLitWARNING!! 21+ isinya hanya cerita dewasa, bagi bocil tolong jangan mampir, nanti ketagihan enggak ada pelampiasan. UPDATE SETIAP MALAM 💋💋 "Ahh!" "Ugh!" Dinda menjerit saat benda panjang nan besar itu masuk sempurna ke dalam miliknya, rasanya sung...