Terimakasih untuk 51k view😍
Selamat membaca ;)
😳😳😳
Dinda baru saja menerima pesan video dari Ibunya Ardan, tanpa membuka apa isi pesan itu pun dia sudah tahu apa isi dari video itu.
Dinda berdecak membaca pesan di bawah video itu, mungkin Ibunya Ardan pikir Dinda menyukai anaknya dan akan pergi saat melihat video ini.
Maaf maaf saja, Dinda hanya menyukai Ardan di atas ranjang + uangnya saja. Jadi apa pun yang pria itu lakukan, Dinda tidak akan terpengaruh sama sekali, bahkan walaupun Ardan bercinta di depan matanya pun Dinda tidak akan peduli.
Itulah salah satu alasan Dinda tidak mau menikah, dia tidak percaya dengan pria yang mengaku setia tapi main wanita. Mana ada pria yang mengaku mencintai tapi beberapa jam kemudian bercinta dengan wanita lain?
Seperti halnya Ayahnya dulu, ck! Mengingat hal itu membuat Dinda kesal sendiri.
Saat ini Dinda tengah berada di Cafe tidak jauh dari Apartemen. Dia mengabaikan pesan dan panggilan di ponselnya, malam ini dia teringat Ibunya yang sudah tiada. Hari ini adalah hari peringatakan kematian Ibunya, setiap hari ini tiba, Dinda akan mengabaikan orang orang yang mencarinya hanya untuk kesenangan semata.
Pukul delapan tepat, adalah jam kematian Ibunya... Ibu yang hidupnya dia perjuangkan hingga mengorbankan masa depannya, telah tiada karena sebuah penyakit yang mematikan. Sebanyak apa pun Dinda memiliki uang, Ibunya tetap tidak selamat.
Dan semua penderitaan Dinda berawal dari Ayahnya!
"Terimakasih,"
Saat tengah tenggelam dengan masa lalunya, tiba tiba seorang wanita duduk di dahapannya dengan senyum lebarnya.
"Apa?" tanya Dinda tidak mengerti.
"Terimakasih, karena kamu, aku ada alasan bercerai dengan Mas Ardan dan mendapatkan bagian hartanya." wanita itu berbicara jujur.
Dinda mengeryit, saat sadar siapa wanita di hadapannya itu, istrinya Ardan.
Seharusnya wanita itu marah dengan apa yang Dinda lalukan pada rumah tangga mereka, tapi ini malah berteima kasih. Benar benar di luar BMKG.
"Sudah sejak lama aku ingin bercerai drngan Mas Ardan karena tidak tahan dengan Ibunya, tapi aku tidak punya alasan yang kuat... Jika aku yang menggugat begitu saja tanpa alasan, aku tidak akan dapat bagian hartanya dan aku tidak mau itu, namun berkat kamu... Mas Ardan menceraikan aku dan memberikan sebagian hartanya untukku." jelas wanita itu tanpa Dinda minta.
Dinda hanya mengendikkan bahunya acuh. Dia tidak peduli dengan wanita itu.
"Aku tahu kamu orang suruhan Ibu mertuaku,"
"Ya,"
"Aku yakin dia hanya membayarmu untuk memisahkan kami, namun Ardan mengatakan padaku jika dia mencintaimu."
"Ck!"
Dinda berdecak sebal, karena wanita di depannya itu sangat cerewet.
"Bukan urusanmu,"
"Selama aku bersama Ardan, dia tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintaiku. Aku sedikit iri padamu," kata wanita itu dengan jujur.
"Kamu mau apa?"
"Aku hanya ingin berkenalan langsung denganmu, siapa tahu kita bisa jadi teman."
"Kamu ingin menjadi pelacur juga?" tanya Dinda tanpa filter.
"Ya bukan begitu!" sentak wanita itu kesal.
Dinda tersenyum remeh, "maaf aku tidak mencari teman."
Dengan itu, Dinda mengambil tas jinjingnya lalu mengeluarkan uang dari dompetnya dan meletakkan di meja untuk membayar minuman yang dia minum tadi.
"Cih sombong!" gumam wanita itu setelah Dinda meninggalkan Cafe.
Dia hanya ingin berkenalan dengan Dinda, dengan tujuan agar dia juga bisa seperti Dinda yang punya banyak pria.
Jika kamu sering keluar masuk club malam, mesti akan tahu siapa Dinda. Wanita primadona idaman banyak pria hidung belakang. Namun sayang, tidak banyak dari mereka yang bisa menikmati malam panas dengan Dinda.
Dinda sendiri menghela nafas jengah saat merasakan sesak di dadanya, dia ingin menangis, tapi tidak bisa, alhasil dadanya sakit.
Dinda tidak ingin pulang ke Apartemen, juga tidak mau ke club malam. Dia hanya ingin sendiri, menghabiskan malam sepi ini. Namun entah kenapa rasanya jam bergerak sangat lama, sudah lama dia duduk di kursi taman, namun saat mengecek jam di ponselnya. Jam baru saja menunjukkan pukul 22.00 malam.
"Hiks,"
Akhirnya tangis yang sejak tadi dia tahan pecah juga, Dinda menangis sendiri di kursi taman.
Dengan gaun putih selutut dan rambut yang di gerai berantakan, di sertai tangisan pilunya... Orang orang yang melihatnya pasti akan lari karena berpikir Dinda adalah salah satu makhluk astral yang di takuti semua orang.
Namun Dinda tidak peduli dengan itu semua, hanya malam ini saja, dia ingin menangis sesuka hatinya.
"Ibu, hiks."
Dan benar saja, saat orang akan melewati taman dan melihat Dinda yang menunduk dengan tangisan, langsung balik arah karena takut. Bukan hanya satu dua orang, tapi semua orang yang melihatnya langsung balik arah untuk mencari jalan lain.
Semakin malam, tangisan Dinda semakin pilu, di tambah lagi gerimis muluai turun, seakan mengerti perasaan Dinda saat ini. Membuat suasana semakin horor saja.
"Kamu membuat orang orang berpikir jika kamu adalah hantu."
Seorang berkata di samping kursi yang Dinda duduki, namun Dinda tidak peduli, dia terus sesegukan dengan menunduk.
"Jika ada masalah, sebaiknya selesaikan baik baik... Tidak bagus jika kamu kabur dan malah menangis di tempat sepi begini,"
Orang itu berpikir Dinda habis bertengkar dengan kekasihnya.
Pria itu menghela nafas saat Dinda terus menangis di tengah malam.
"Kamu mau aku antar pulang?"
"Hiks, hiks,"
"Tidak mau ya,"
"Hiks, hiks,"
Bruk!
"Eh!"
Pria itu tadinya hendak meninggalkan Dinda, namun kaget saat tiba tiba tubuh Dinda pingsan dan jatuh ke tanah dengan keras.
Dia celingukan sana sini, tidak ada orang. "Bawa pulang apa tinggalkan ya,"
"Bawa pulang, tinggalkan, bawa pulang, tinggalkan, bawa pulang, tinggalkan,"
Tanpa peduli jika Dinda masih ada di rumput, pria itu menghitung kancing bajunya. Karena terakhir dia harus meninggalkan wanita asing itu, dia Pun hanya mengendikkan bahunya acuh dan mulai melangkah meninggalkan taman.
Bersambung.
Duh kasihan Dinda😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ [ Aku Pelakor ]
ChickLitWARNING!! 21+ isinya hanya cerita dewasa, bagi bocil tolong jangan mampir, nanti ketagihan enggak ada pelampiasan. UPDATE SETIAP MALAM 💋💋 "Ahh!" "Ugh!" Dinda menjerit saat benda panjang nan besar itu masuk sempurna ke dalam miliknya, rasanya sung...