19. Summer in the Winter

11 2 0
                                    

Hari dimana Aizawa-sensei mengumumkan prakerin kelas 1A jurusan pahlawan ke pulau Nabu adalah tepat sehari setelah aku ikut misi memburu pabrik Nomu di bagian hutan Nagano. WHA Jepang menarik pahlawan di tempat itu karena krisis di pusat dan.. seperti di kehidupanku sebelumnya.

"Uraraka, kau ikut ke Nabu dengan yang lain."

"Dimengerti."

Jika pak Aizawa memerintahkanku kesana berarti Claire sudah menempatkan aku untuk menjaga anak-anak UA. Mereka sudah menyiap-siaga kan pahlawan khusus lain untuk melacak grup Shigaraki, terutama mengatasi informasi Nomu spesial yang dikatakan detektif Tsukauchi tempo hari.

Di kehidupanku sebelumnya itu tidak efektif. Nomu yang mereka buru pergi ke pulau Nabu di hari keempat kami disana dan.. yah.

Jadi aku berangkat lebih awal kesana, menipu dua anak yang menjadi target Nine dan menitipkannya pada kepsek UA. Tepat dihari yang sama kapal yang mengangkut murid UA tiba di Nabu. Kuberitahu Nezu detilnya, juga menjadwalkan pesan suara untuk prof. Shimano agar dia pergi ke UA di hari kelima.

Kalau tidak ada traitor lain di kelas 1A selain Hyuuga Aoyama, grup villain beberapa hari lagi tidak akan tau apa yang mereka cari sudah tidak ada di pulau Nabu sebelum mereka tiba.

"Yo Uravity!"

.. tapi Claire datang ke UA diluar rencanaku.

".. sensei."

"Berani kau pergi ke pulau Nabu di waktu harusnya kau datang mengikuti kelas tambahan di pusat pelatihan, hei bocah. Kau menantangku?!"

Mulutku terbuka dan tertutup. Mencoba mengingat apa memang ada jadwal lain diluar pekerjaan biasa seusai kelas di UA dan latihan rutin sebelum makan malam, lalu aku ingat ada mail di situs khusus pahlawan yang belum kubaca. Claire menyambit ubun-ubunku dengan instan karena kecerobohanku sendiri.

Dia menghela nafas.

"Mau bagaimana lagi, lusa kau pergi ke pulau Nabu jadi selesaikan saja hari ini."

Claire membuka tablet putih tipis dan dataku terpampang di dinding asrama dalam bentuk hologram, terutama nilai minus berjejer yang kudapatkan belakangan. Jauh berbeda dengan nilai combat sempurna lain. Itu cukup memalukan karena teman-temanku dari kelas Aizawa-sensei sebagian ada disana.

"Oh sempurna, oi Bakugo-kun. Apa kabar?"

"Huh?"

Kutepuk jidatku putus asa. Ah, kenapa waktunya tepat sekali dengan Katsuki keluar bawa cucian setengah kering dari ruang laundry. Masih segar wangi shampoo pula.

Kirishima berbaik hati menggantikan dia menjemur di lantai dua agar pria itu bisa bergabung dengan kami di ruang rekreasi. Yaomomo bahkan dengan baik hati membuatkan teh serta menyuguhkan cake. Claire-sensei tidak keberatan pada Midoriya yang fansboy-an selalu, dan catatan pahlawan lusuh yang selalu dia bawa, hanya untuk digonggongi Katsuki karena dirasa Izuku mulai tidak sopan.

"Kalau kau masih menuntut si Pipi Merah ini berhenti memelintir laki-laki lain yang bukan aku, menyerah saja Claire."

"Ya.. baiklah, kau pria yang manis ternyata."

Claire yang tersenyum seperti itu membuatku mau-tidak mau merinding, dengan berbagai macam pikiran negatif mengikuti. Wanita yang mencat pirang rambutnya sendiri dengan bagian puncak dibiarkan menghitam bagai puding itu melanjutkan, ".. Uravity, kalau kau mau mendaftarkan diri sebagai 'exclusive' itu bisa diatur.."

"Tunggu dulu sensei, kau tidak bisa bercanda seperti itu. Usiaku baru 16 tahun."

"Bakugo-kun. Bagaimana menurutmu?"

Not Cinderella But Oh, Anyway..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang