21 || Bukan aku yang mau

204 11 2
                                    

⃘♡

⃘♡

⃘♡

Have a nice day

Varel terus saja memeluk Ara dengan erat, tidak akan dia biarkan gadis ini lepas ataupun pergi lagi. Rindu yang selama ini dirinya tahan akhirnya bisa Varel tumpah ruah kan pada yang bersangkutan.

Malam ini Ara berkunjung ke rumah Varel atas suruhan dari Anin, katanya Varel sakit dan tidak mau makan. Ara yang memang tidak sepenuhnya membenci Varel langsung bergegas menuju rumah cowok itu.

Saat sampai Ara sempat menemukan wajah terkejut milik Iva, namun seperkian detik wajah itu langsung berubah ramah, senyuman manis juga Iva tunjukkan untuk nya.

Anin memberitahu rencananya tepat saat Ara sudah berada di hadapan Iva, untung saja dia sempat melirik ponsel sebelum merespon kehadiran Ara di rumahnya. Jadilah Ara tidak curiga.

Ara bingung saat mengetuk pintu tidak ada sahutan dari dalam kamar. Juga saat pintu itu di buka Ara melihat Varel yang sedang menelungkup di atas meja belajarnya. Katanya Varel sakit? Kenapa malah disana? Kan harusnya tidur di kasur.

Entah dorongan darimana Ara memanggil Varel dengan panggilan yang selalu bisa membuat cowo itu tersenyum manis. Saat mata mereka saling bertemu, Varel langsung berlari dan menerjang Ara dengan sebuah pelukan hangat.

Cowok itu menaruh kepalanya pada pundak Ara, menghirup dengan rakus bau bayi yang selalu menjadi favoritnya. Ara merasakan bahu itu basah, apakah Varel menangis? Apakah efek sakit bisa membuat seseorang jadi cengeng? Ara tidak membalas pelukan itu, dia hanya diam berdiri dengan wajah bingung. Sebenarnya ada apa ini.

"Maaf ganggu waktu lo, gue balik aja kalo gitu."

"Gamau.." pelukan itu semakin mengerat, Varel benar-benar tidak membiarkan Ara bergerak barang hanya selangkah.

"Lo sakit?" Tanya Ara seraya memegang kening milik Varel. Tidak panas, ini aneh, apakah mama nya itu mengerjainya? Oh astaga, ayolah. Kenapa dirinya langsung pergi saat mendengar Varel sakit dan tidak mau makan? Malam malam seperti ini pula.

Meskipun Varel bingung kenapa Ara bertanya seperti itu tapi kepalanya tetap mengangguk. Biarlah berbohong asal bisa membuat Ara terus di sampingnya. Bisakah dia egois sekarang?

"Lepas dulu, ayo duduk, gue pegel berdiri terus."

Dengan terpaksa Varel melepaskan pelukannya dan mengekori Ara yang melangkah masuk kedalam kamar. Mereka berdua duduk di sofa.

"Lo beneran sakit?" Tanya Ara. Dia masih belum percaya sepenuhnya pada anak ini.

"Iya."

"Tapi badan lo ga panas."

"Emangnya sakit harus juga badan panas ya?"

"Ck, terserah. Sebentar gue ke depan dulu, lo belum makan kan?" Varel hanya mengangguk saja.

Tak lama Ara sudah kembali dengan piring berisi makanan, dan ada segelas susu hangat. Di taruh kedua benda tersebut di atas meja. Varel diam diam tersenyum, ternyata Ara masih peduli padanya. Meskipun dia heran kenapa gadis ini tiba-tiba ada di rumahnya.

"Makan," suruh Ara.

"Suapin."

"Hah? Apaan si lo? Makan sendiri, manja banget jadi orang. Untung ya nih gue mau kesini, kalo ga di suruh sama Mama ogah gue," ketus Ara.

"Lo kesini karna apa?"

"Ya karna lo lagi sakit, gamau makan. Jadi gue ke-"

"Gue mau makan kalo di suapin sama tangan lo, jelas sekarang?"

Ketua Osis Manja Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang