02 || Menginap

749 19 0
                                    

Kenangan memang mudah di buat, tetapi sulit untuk tidak di ingat_
#author

⃘♡

⃘♡

⃘♡

Have a nice day

Pagi hari ini Gibran akan menemani adiknya untuk pergi bersama sahabat gadis itu. Katanya mereka mau belanja di mall dan akan bersenang-senang hari ini. Gibran pun tak mempermasalahkan hal tersebut, jika dirinya ikut ia bisa memantau apa saja yang adiknya lakukan, dan memastikan aman. Sekalian modus di belikan makanan.

Gibran sudah stay di samping mobil miliknya yang baru saja di cuci. Begitu mengkilap dan kontras dengan pakaian yang Gibran kenakan. Menunggu Ara yang tengah bersiap membuat Gibran mengantuk dan malas, cowok itu berjalan ke arah kursi taman yang terdapat di halaman luas kediaman Ataxaria.

Saat sudah duduk, Gibran merasakan ponselnya bergetar. Cowok itu pun merogoh saku celana lalu mengecek siapa yang menelpon nya. Tertera nama Kavin disana, kerutan di dahi Gibran tercetak, kenapa sahabat nya itu menelpon? Apakah ada yang penting?

"Hallo?"

Terdengar grusak grusuk di sebrang membuat Gibran menjauhkan ponsel dari telinga nya. Sedang apa si Kavin? Apakah anak itu sedang cosplay reog?

"Eh udah kesambung. Woi Gib!"

"Apaan njir? Lo nelpon kaga jelas bet dah," kesal Gibran.

"Lo kenapa kaga kesekolah, anying? Ini lagi pada ribet lo malah kaga nongol, Varel nyariin nih."

"Sorry, gue gabisa ikut bantu buat hari ini. Gue di suruh bang Esa, mama sama papa buat jaga Ara. Tu bocah mau shopping sama temen temennya, gue di suruh ikut," jelas Gibran.

"Yaelahh mau jalan jalan dia ternyata."

"Mana mana, sini gue mau ngomong, enak aja jalan jalan tapi disini kita lagi riweuh!"

Ade merebut ponsel milik Kavin saat sang empu menjelaskan alasan Gibran tidak hadir. Terdengar lah ceramah unfaedah yang keluar dari mulut cowok itu.

"Enak lo ye mau jalan jalan ke mall, mau soping soping sama adek lo, jahat kamu mass aku benci sama kamu, aku jijik! AKU JIJIK SAMA EMASS!"

Gibran menjauhkan ponsel dari telinga lalu mengelus nya dengan pelan, teriakan melengking dari sahabatnya itu membuat Gibran harus ekstra bersabar.

"Berisik anjir! Gue kan udah minta maaf tadi, De. Gue juga mau bantu lo pada, apalagi yang minta bantuan nya sahabat gue sendiri. Tapi gue berhalangan datang bro, gue di amanahin buat jaga adik gue, sorry."

"Gapapa, Gib. Varel juga gak bakalan marah ini, udah lo tenang aja, jagain dah adik lo. Besok masih bisa kesini, kata Varel juga buat persiapan hari ini udah siap, anggota nya udah nyelesain semua. So, have fun buat lo sama adik lo," terdengar suara berat dan tegas milik Azril dari sebrang sana.

Azril memang dingin, tapi sikap dingin nya bisa kapan saja hilang tak tau kemana. Bahkan anak itu bisa berubah menjadi pecicilan, dan pelawak sekaligus. Tapi jauh dari itu, Azril adalah yang paling bijak di antara ke 6 sahabat nya, dia yang akan menjadi penengah disaat yang lain sedang kehilangan arah. Azril itu, bagaikan bapak tiri bagi mereka.

Gibran yang mendengar itu pun bernafas lega, setidaknya dia jauh dari omelan dan suara melengking milik si Ade.

"Iya, Az, thanks udah ngertiin gue. Oh iya sampein maaf gue buat Varel gabisa hadir."

Ketua Osis Manja Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang