⃘♡
⃘♡
⃘♡
Have a nice day
Mobil jemputan milik Braman kini sudah terparkir di halaman rumah milik Galang. Ara sedari tadi terus menempel pada cowok itu saat para bodyguard yang kini tengah membujuk Nona nya untuk segera pulang. Tentu Ara tidak mau, dia tidak mau kembali ke mansion yang lebih cocok di sebut sebagai penjara.
"Enggak mau om, Ara gamau pulang. Mending kalo pulang nya ke rumah mama sama papa, Ara mau. Kalo ke mansion laknat itu Ara gamau. Pliss om bodi, kasihanilah rakyat jelata ini, kami hanya ingin hidup bebas tanpa tekanan dan siksaan."
Meskipun Ara mengucapkan itu dengan nada bercanda, tapi Galang yang mendengarnya seketika merasa sesak. Peri cantiknya ini tidak pantas untuk di perlakukan seperti itu, peri cantiknya harus bebas seperti peri peri lain yang terbang dengan kebahagiaan.
"Peri cantik," panggil Galang.
"Ya?"
"Mau gue temenin pulang? Nanti gue nginep deh disana sampai lo nanti bisa pulang ke rumah om Arion sama Tante Anin, gimana? Mau kan?" Tawar Galang.
Cowok itu terpaksa membujuk Ara untuk mau kembali ke mansion kakeknya, karna Galang tau jika Ara menolak maka konsekuensi nya gadis itu akan kembali mendapat hukuman. Katakanlah hidup Ara sangat tertekan, salah dikit cambuk melayang.
"Hmm boleh deh, kita juga nanti malem ada les privat kan? Lo bisa nginep dan kita nanti bisa main disana," ucap Ara dengan semangat.
"Yaya, nanti kita main." Galang mengusap plester Doraemon yang kini masih tertempel pada kening Ara. "Ini masih sakit?" Tanya nya.
"Sedikit, semoga nanti pulang udah sembuh dan gaada bekasnya."
"Pasti ilang kok peri cantik, gue udah stok obat penghilang bekas luka langsung dari luar negeri, yang terbaik dan yang termahal. Di pastiin dua hari ilang tu koreng."
"Ish maen koreng aja lo," kesal Ara. Galang tertawa lalu mengelus rambut yang di gerai itu, bau nya masih sama, bau bayi, dan Galang suka.
Cowok dengan marga Permana itu memang sudah biasa menyetok obat penghilang bekas luka yang sangat ampuh. Bekasnya 2 atau 3 hari bisa langsung hilang. Karna apa? Alasannya ya karna Ara, peri cantiknya itu tidak mau ada bekas luka di wajah ataupun tangan yang bisa di lihat oleh orang-orang, termasuk keluarga nya. Ara takut mereka khawatir dan curiga.
Jika luka di bagian punggung, pundak, perut dan bagian bagian lainnya yang bisa tertutup pakaian Ara sih bodoamat. Yang terpenting area area wajah dan tangan jangan sampai ada bekas luka. Bukan karna takut dia menjadi jelek, tapi ini supaya Mama nya tidak sedih dan tidak khawatir. Apalagi jika mereka sampai curiga, Ara takut keluarga nya terancam bahaya. Biarlah dirinya yang menanggung semua ini.
"Nona, mari kita pulang."
Ara mengangguk lalu berjalan di apit oleh 2 bodyguard menuju mobil. Sedangkan Galang mengikuti dari belakang.
"Tuan muda, anda yakin mau menginap? Saya khawatir tuan besar marah," ucap salah satu bodyguard kepada Galang.
"Gapapa, om. Nanti saya yang handle itu, saya bisa manfaatin Mama sama Papa buat minta izin ke kakek."
"Baiklah tuan muda, jika itu keputusan anda. Mari, Nona sudah menunggu."
♡♡♡♡
Gadis dengan dress selutut itu menangis di dalam kamar yang sunyi, dia sendirian. Tangis itu bukan tangis kesedihan, melainkan tangis kebahagiaan. Ara bersyukur kala mengetahui Bibim dan putra semata wayang nya pulang ke Indonesia. Mereka tinggal di mansion ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Manja Is Mine
Teen FictionMencintai bukan harus memiliki bukan? Sama seperti Ara, dia tidak bisa bersama dengan seseorang yang ia cintai. Dia harus bisa merelakan tambatan hatinya itu bahagia dengan orang lain, bukan dengan dirinya. Cinta mereka terhalang sesuatu yang sanga...