HARI ITU Bag. 2

481 54 19
                                    

==💮==

Mobil Sport hitam itu terparkir di sebuah taman yang berada samping sungai Han. Terlihat Yoongi duduk di dalamnya, tangannya erat menggenggam kemudinya.. Nafasnya menderu karena menahan emosi.

Braakkk...

Yoongi memukul kemudi mobilnya dengan kencang. Dia kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi, matanya terpejam. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru dia lihat.

Namun tak lama senyuman miring tersungging di bibirnya, dia merasa konyol dengan semua yang terjadi hari ini.

"Kau sudah bodoh Yoongiaa, apa sekarang kau mau lemah dengan semua kejadian ini. Konyol!" ucapnya bermonolog. Ia kemudian menegakkan badannya, dan mulai menginjak pedal gas mobilnya dan dengan pelan meninggalkan tempat itu.

***

Rheya tersentak kaget, perlahan dia membuka mata dan melihat seluruh ruangan sudah gelap, hanya sedikit remang cahaya dari lampu yang berada di lorong luar ruangan. Dia memang meminta teman-temannya untuk pulang terlebih dulu dan meninggalkannya di ruang wardrop, dia bilang akan beristirahat sejenak di sana, dan pulang setelah nyeri diperut nya mereda.

Kau yakin kau tidak ingin ke rumah sakit?. Ucap Jie Eun saat itu, yang merasa khawatir dengan Rheya.
Tapi Rheya menolak, dia pikir kram perut nya akan segera hilang dengan istirahat sejenak.

Rheya merasa tenggorokannya sangat kering, karena sejak tadi siang dia memang hanya sedikit minum, selain karena kesibukan konser, juga karena nyeri di perut yang membuat sampai mulutnya terasa mual, akhirnya dia mencoba untuk bangun, di lihatnya jam di layar ponselnya 01:45 KST. " Ternyata aku sudah lama tertidur " gumam Rheya.

Teman-temannya memang meninggalkannya tepat di jam dua belas malam, dia pikir dengan merebahkan badannya Selama tiga puluh menit, akan membantu mengurangi kram di perutnya. Namun sudah lebih dari satu jam nyeri di perutnya belum juga hilang.

Dia kembali meremas perut bagian bawahnya, mau tidak mau dia harus bangun untuk pulang. Tapi nyeri di perutnya semakin tak tertahankan. "Sepertinya aku harus minum obat dulu, tidak biasanya rasa nyerinya selama dan sesakit ini."

Akhirnya Rheya beranjak dari sofa tempatnya tidur, dengan tertatih dia berjalan sambil berpegangan dinding untuk menuju ke pantri, ada kotak P3K disana. Ia berharap ada obat pereda nyeri yang bisa sedikit membantunya.

Dengan susah payah akhirnya Rheya sampai di pantri, dia membuka kabinet dan mencari keberadaan kotak obat-obatan itu.

"Dimana...?" Gumam Rheya "biasanya ada disini." dia mencari-cari kotak itu tapi tak kunjung dia menemukannya.

Rheya menangkup kedua bibirnya mencoba menahan rasa nyeri di perutnya, sampai di titik tubuhnya sudah tak bisa mentolerir rasa sakit itu, tubuh Rheya merosot semakin kebawah, keringat dingin mengucur dan badannya terasa sangat dingin.

Tepat disaat itu tiba-tiba terdengar suara pintu pantri terbuka.

" Rheya.." terdengar sebuah panggilan.

Tapi Rheya sekarang sudah berada di posisi setengah sadar, dia mendengar suara namun tubuhnya sudah tidak mampu untuk bergerak.

Yoongi terlihat panik dia segera menghapiri Rheya yang terduduk di lantai, dengan pelan dia menepuk pipi Rheya, mengecek kondisinya.

"Rheya" panggilnya kembali.

Namun tak ada respon dari wanita itu, hanya terlihat wajah pucatnya dengan kening yang berkerut menahan rasa sakit di perutnya itu.

Yoongi segera berdiri dan merogoh handphone yang berada di saku jeansnya. dan terlihat dengan panik menelfon seseorang.

"Kau di rumah sakit?" ucapnya pada seseorang yang berada di sebrang. " Kau ada jadwal piket, syukurlah. Aku segera kerumah sakit, temanku sakit, aku akan menggunakan jalur VVIP, tolong siapkan, seperti biasa aku lewat pintu belakang" sambungnya kembali. Kemudian segera menutup panggilan telfon.

SNOW ANGELS ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang