"Noona, tolong bantu aku sebentar."Mingyu menghampiriku dan memberikan punggungnya padaku. Dia sangat tinggi dan membuatku mendongak untuk bisa melihat kepalanya, tidak jarang leherku sering kesemutan.
"Oh?!"
"Itu, tolong kancingkan."
Aku menemukan sumbernya dan langsung mengancing baju Mingyu. Setelah selesai dia pun langsung berbalik dan tersenyum ke arahku sangat manis. "Terima kasih."
Aku mengangguk dengan senang hati. "Sama-sama."
"Tunggu, ada yang menempel."
Jari telunjuk Mingyu menyentuh pipiku. Aku terkejut, terdiam di tempat tanpa mengatakan apapun. Kulitnya yang halus itu menyentuh permukaan pipiku dengan senyum manis yang terpatri di bibirnya. Aku menelan salivaku kasar, walau sudah beberapa bulan bekerja dengan mereka, aku tetap lah seorang penggemar yang labil.
"Cofeti," celetuknya.
"O-Oh..." Aku tertawa canggung. "Terima kasih."
Mingyu tersenyum tipis, jari telunjuknya menyentuh hidungku singkat. "Noona, kau terlihat cantik hari ini. Aku tidak bisa berhenti memperhatikanmu. Sejujurnya, hari ini kau cukup menarik perhatianku."
"Berhenti bicara omong kosong, cepat pergi, sekarang giliranmu!" Aku mendorongnya untuk pergi. Aku tidak mau mendengar segala macam omong kosong yang keluar dari mulut manisnya. Aku sudah terlalu lelah menengarnya, sungguh.
"Baiklah, baiklah. Kau sangat lucu saat kesal, membuatku ingin terus menggodamu."
"Cepat pergi!"
Mingyu tertawa kecil dan pergi meninggalkanku menuju tempat pemotretan. Aku mengusap dadaku. Jika seperti ini terus aku akan benar-benar mengundurkan diri dari pekerjaan ini. Ada apa dengan semua orang?
Aku berbalik, berniat untuk kembali ke pekerjaanku, namun aku malah menabrak seseorang. "Maafkan aku," kataku langsung.
Mulutku hampir saja terbuka lebar saat tau siapa orang yang aku tabrak. Dengan napas yang tertahan aku kembali melayangkan permintaan maaf agar dia tidak semakin membenciku. "Maafkan aku, Scoups-ssi."
Dia tidak menjawab, dia mengalihkan pandangannya dan kembali melangkahkan kakinya hendak meninggalkanku. Aku merasa ini tidak benar, aku harus memperbaiki masalahku dengannya agar aku bisa bekerja tanpa beban di sekitarnya.
Dengan berani aku menarik tangannya dan membuat langkahnya berhenti. "Scoups-ssi, bisa kita bicara sebentar?"
"Aku sedang sibuk."
"Sebentar saja, lagi pula giliranmu sudah selesai. Aku benar-benar harus membicarakan ini. Aku tidak ingin kau bersikap seperti ini terus denganku, kumohon."
Helaan napas malas terdengar dari mulutnya, aku tau itu ditujukan untukku. Aku akan siap jika dia memarahiku nanti, aku ingin memperbaiki hubungan ini, aku tidak bisa seperti ini terus.
"Baiklah."
"Terima kasih."
Aku dan Seungcheol pergi ke tempat yang lebih sepi untuk bicara. Di ruang ganti tanpa ada orang satu pun di sana. Aku mulai memberanikan diri untuk membuka suara, dengan harapan Seungcheol akan mendengarkannya dan mau memperbaiki hubungan ini agar menjadi lebih baik lagi.
"Maafkan aku, aku tau ini salahku karena sudah menolak pernyataanmu beberapa waktu lalu. Jujur saja, aku tidak ada niat untuk berpacaran, aku ingin fokus pada karirku dan kalian. Maafkan aku kalau perkataan ku menyinggung perasaanmu, aku tidak ingin kau marah padaku seperti ini. Aku tidak nyaman bekerja di sekelilingmu jika kau terus bersikap seperti ini, maafkan aku."
YOU ARE READING
Suspicious Manager [I]
Fanfiction[IMAGINE STORY] Bagaimana rasanya menjadi seorang manager idola papan atas seperti Seventeen? Terlebih yang menjadi manager adalah seorang fans. Ia harus bisa menyembunyikan identitasnya agar tidak terbongkar. Karena jika terbongkar ia akan masuk k...