Kukira hidupku akan berakhir saat pisau itu menancap kokoh di perutku. Darahku sudah mengalir deras tanpa henti, dan kukira ini adalah saatnya aku bertemu dengan, Ibu, Appa, dan Eomma.Namun sepertinya takdir berkata lain. Gemuruh suara telapak sepatu masih bisa kudengar, walaupun sangat lemah.
"119!!"
"[Y/N], bertahan, lah!"
"Noona..."
Suara sirine terdengar berkoar-koar memekakkan telinga. Aku masih dalam keadaan sadar, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, selain meringis dengan suara yang pelan.
"Halo dengan rumah sakit Seoul."
"Saya petugas medis 119 ingin melapokan. Pasien dengan luka tusuk di bagian perut atas, usianya di pertengahan dua puluh, dengan nomor rekam medis 443921216, luka diperkirakan cukup dalam dalam, Kesadarannya masih baik, tapi kami memperhatikan tekanan darahnya rendah, sekitar 70/60 mmHg. Denyut nadinya cepat, sekitar 110 bpm, dan pernapasannya fluktuatif."
Aku masih bisa mendengar suara petugas kesehatan berbicara, entah dengan siapa. Kepalaku terasa cukup pusing, tapi entah kenapa aku tidak kunjung pingsan.
Lalu sirine berhenti dan brankar yang membawaku didorong masuk dengan cepat. Tubuhku seperti terombang-ambing. Suasana terasa ramai, tapi suara ramai itu tiba-tiba perlahan seperti menjauh, seiring kurasa benda tajam menusuk nadiku.
Aku tidak ingin apapun lagi...
Aku tidak tau sudah berapa lama aku tertidur. Saat aku mataku masih tertutup, dan kesadaranku perlahan mulai terkumpul, aku mendengar suara langkah kaki yang cukup cepat. Lalu, dari sepasang langkah kaki, kini aku mendengar banyak langkah kaki yang mendekatiku."Pasien, apakah Anda mendengar suara saya?"
Suara itu sangat asing. Kurasa ada yang menyentuh kelopak mataku lalu cahaya putih yang sangat silau menghantam mataku. Segera aku membuka mataku karena sangat terkejut.
"Apa ini?" gumamku pelan.
"Syukurlah, pasien sudah sadar dan berhasil melewati masa kritisnya," ucap seorang pria dengan jas putih itu dengan seyum yang mengembang di bibirnya. Bisa kulihat dia sedang menghembuskan napas lega dari mulutnya.
Lalu pria yang aku yakini seorang dokter itu pergi meninggalkanku bersama dengan dua perawatnya. Aku masih bingung dengan keadaanku, aku pun mulai meneliti ruangan dengan mataku.
"Ini rumah sakit, ya?"
Lalu suara bising kudengar dari luar, dan pintu ruangan itu kembali terbuka. Aku menoleh ke arah pintu, aku melihat Dohoon oppa dan Taeil berlarik ke arahku. Aku bingung, kenapa ada Taeil di sini?
"Noona!"
"[Y/N]..."
"Taeil, kenapa kamu ada di sini? Kapan kamu sampai?" tanyaku dengan raut wajah bingung, tentu saja aku bingung, seingatku Taeil berada di Kanada.
YOU ARE READING
Suspicious Manager [I]
Fanfiction[IMAGINE STORY] Bagaimana rasanya menjadi seorang manager idola papan atas seperti Seventeen? Terlebih yang menjadi manager adalah seorang fans. Ia harus bisa menyembunyikan identitasnya agar tidak terbongkar. Karena jika terbongkar ia akan masuk k...