Hari ini terlalu banyak tamu yang datang berkunjung. Aku melihat ke arah pintu. Ada tamu lagi yang datang berkunjung setelah jadwal yang padat, aku merasa sangat bahagia karena kedatangan mereka. Aku tertawa, mereka terlihat sungguh begitu bahagia, walau pun dengan jadwal yang sangat padat.
"Hai, bagaimana kabarmu hari ini?"
Aku tertawa kecil saat mendengar pertanyaan itu dari mulut Woozi, aku tidak pernah membayangkan kalau manusia dingin dan anti romatis ini berkata dengan sangat lembut sembari tersenyum tipis, sungguh pemandangan yang sangat aku sukai.
"Sangat baik," jawabku sambil tersenyum, membalas senyum manisnya.
"Jangan godain dia," cibir Hoshi, dia berjalan masuk ke dalam ruangan dengan tangan yang penuh dengan tas jinjing.
"Tolol," sinis Woozi.
"Hai, bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?" Wonwoo menghampiriku dan duduk di kursi di sebelah ranjangku. Dia terlihat seperti seorang dosen jika memakai kacamata seperti ini.
"Pertanyaanmu sama seperti Woozi," cibir Jun.
Aku menggelengkan kepala pelan, "Kalau mau bertengkar di luar saja," kataku dengan bercanda.
"Dua orang itu memang suka mencari masalah," celetuk Woozi, dia terlihat sibuk mengeluarkan makanan yang ia bawa dan menaruhnya di atas meja.
"Kalian mau menjengkuk orang sakit atau mau pesta?" sebalku, sebabnya karena Woozi menata banyak makanan di meja, terlihat seperti sebuah jamuan, bukan makanan normal saat mengunjungi orang sakit.
"Dua-duanya," celetuk Hoshi, "Sebentar lagi yang lain akan menyusul."
"Apa?"
"Tenanglah, pihak rumah sakit sudah mengizinkan," kata Wonwoo, mencoba untuk menenangkanku yang sedang panik ini.
"Waah, ini rumah sakit, bukan rumah kalian."
"Kau terlalu cerewet, [Y/N]." Jun mencebik.
"Diam kau," sinisku.
"Cih, menyebalkan juga ternyata kau ini," ucap Jun tak kalah sinis.
"Kalau mau bertengkar di luar saja!"
Aku, Jun, Woozi, Wonwoo, dan Hoshi, sontak menoleh ke arah pintu. Di sana sudah ada Seungcheol, Jeonghan, Joshua, Dokyeom, Mingyu, The8, dan Vernon. Aku tercengang lagi, bagaimana bisa manusia sebanyak ini berada di satu ruangan yang sama.
"Seungkwan dan Dino sedang ada jadwal, jadi mereka berhalangan hadir," ucap Jeonghan, sepertinya dia sadar kalau aku sedang menghitung jumlah mereka dengan tatapanku.
"Heol..."
"[Y/N], ayo, kita makan bersama," ajak Wonwoo.
Aku masih bingung dengan keadaan sekarang. Ini terasa asing, namun entah kenapa aku merasa hangat dengan kehadiran mereka. Bahkan aku merasa ini seperti sebuah mimpi. Mereka terlihat sangat bahagia, seperti telah menemukan kehidupan yang sebelumnya pernah tergores.
"Aku..."
"Ayolah."
Wonwoo menggenggam tanganku. rasanya jantungku seperti mau copot, seperti kali pertama aku merasakannya ketika bertemu dengan mereka pertama kali.
"T... tunggu."
"Kau masih belum bisa berjalan dengan baik, ya?" Wonwoo menatapku serius, dia melirik ke arah kakiku sejenak, "Tidak masalah, aku akan menggendongmu."
Dan benar saja, Wonwoo dengan lembut menggendongku dan membawaku ke tempat mereka yang sedang berkumpul sambil bercanda. Wonwoo mendudukkanku di sofa, berhadapan dengan sebuah kue yang di atasnya dihiasi oleh satu tangkai lilin yang menyala.
YOU ARE READING
Suspicious Manager [I]
Fanfiction[IMAGINE STORY] Bagaimana rasanya menjadi seorang manager idola papan atas seperti Seventeen? Terlebih yang menjadi manager adalah seorang fans. Ia harus bisa menyembunyikan identitasnya agar tidak terbongkar. Karena jika terbongkar ia akan masuk k...