28 : Tidak apa, Aku Di Sini

69 16 0
                                    

Satu minggu berlalu setelah kejadian itu. Aku kembali lagi ke realita kehidupanku. Setiap hari aku hanya fokus bekerja, dan aku selalu pulang ditemani oleh Dohoon oppa. Dohoon oppa sangat takut sesuatu terjadi padaku karena ulah seseorang yang sedang membuntutiku akhir-akhir ini.

Ya... itu adalah perbuatan Jess, dia yang selalu mengikutiku kemana pun aku pergi selama satu minggu belakangan ini. Aku takut, tapi aku mencoba bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, karena aku yakin dia melakukan itu untuk menjatuhkan mentalku.

Hari ini aku selesai bekerja lebih awal dan aku memutuskan untuk kembali lebih awal karena aku merasa sedikit kurang enak badan. Aku berjalan ditrotoar sendirian. Langit di atas terlihat perlahan menguning, menandakan senja telah tiba.

Saat aku berada di halte, aku merasa seseorang memprhatikanku. Perasaanku mulai tidak karuan. Aku sangat takut kalau tiba-tiba Jess muncul dan menyerang ku. Walaupun tempat ini cukup ramai, itu tidak akan menutup kemungkinan dia bisa menyerang ku kapan saja.

Aku segera mengambil ponselku di tas sambil naik ke bus. Bus melaju dengan kecepatan sedang. Perasaan tidak nyaman itu semakin besar dan aku memutuskan segera menghubungi panggilan cepat tanpa melihat layar dengan jelas.

"[Y/N]?"

Mataku seketika itu langsung melotot begitu mendengar suara yang bukan milik Dohoon oppa, melainkan milik Yoon Jeonghan. Aku segera melihat ke layar ponsel, dan benar saja, aku salah memencet nomor.

"O... ooh, Jeonghan-ssi."

"Kenapa kau tiba-tiba meneleponku?" suara Jeonghan terdengar sedikit kaku.

"Umm..." aku bingung harus mengatakan apa. Kalau aku mematikan teleponnya begitu saja, bisa-bisa Jeonghan menganggapku aneh.

'Maaf, tapi sepertinya aku,"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Bus yang aku tumpangi berhenti di halte tempat biasa aku turun. Aku memilih untuk turun dari bus sebelum melanjutkan kata-kataku yang sempat terputus.

"[Y/N]?"

"Maaf, aku baru turun dari bus." Aku memberanikan diri untuk berkata jujur padanya, "Sebenarnya aku sedang diikuti oleh seseorang dari belakang. Aku berniat untuk menelepon Dohoon oppa, tapi aku tidak tau kalau malah tersambung denganmu."

Terdengar suara langkah kaki cepat lalu disusul suara pintu tertutup dari ujung panggilan. "Kau di mana sekarang?"

"Di jalan kecil menuju apartemen."

"Tetap di halte, jangan kemana-mana, mengerti?!"

"Jeonghan-ssi,"

"Turuti saja," tukas Jeonghan dengan nada yang menggambarkan sebuah kekesalan.

Aku terdiam, menghentikan langkah kakiku dan melihat sekitar. Aku masih bisa merasakan keberadaannya di sekitarku. Saat aku hendak berbalik, aku merasa tanganku ditarik dan tubuhku dibenturkan ke dinding dengan cepat.

"Halo, kita bertemu lagi."

Sial, aku tertangkap lagi.

"Mau, Lo, sebenarnya apa? Gue udah kasi semua uang yang gue punya. Apa itu belum cukup?" suaraku sedikit bergetar, merasa sangat ketakutan ketika ingatanku minggu lalu kembali menghantuiku.

"Semua? Lo bilang itu semua adalah uang yang Lo punya? Nggak usah bohong, gue tau uang Lo lebih dari itu. Sekarang, kasi ke Gue!"

Dengan kuat aku mendorongnya dan memakinya dengan kata-kata kasar, "Bangsat, Lo! Apa lagi yang harus Lo ambil dari Gue? Apa Gue harus bertanggung jawab dengan hal yang nggak Gue perbuat, hah?!"

Suspicious Manager [I]Where stories live. Discover now