Dirga tentu terkejut dengan kehadiran Silvia yang tiba-tiba. Dia kini hanya tersenyum canggung di depan gadis berambut hitam sepinggang itu, mengusap lehernya sebentar lalu ia berkata, "g-gue cuman kebetulan lewat kok."
Silvia hanya mengangguk sambil membulatkan mulutnya.
Kalau boleh jujur Silvia senang bisa bertemu dengan Dirga lagi. Namun melihat kemunculan Dirga di daerah sekitar sini sedikit membuatnya bertanya-tanya.
"Sil..."
Suara Dirga membuyarkan lamunan Silvia. Dia cukup terkejut saat mendengar panggilan Dirga barusan.
"Ya?"
Dirga menunjuk sebuah gang sempit lalu berkata, "di sana ada apa?" Dirga sengaja bertanya karena tadi dia melihat Dion masuk ke dalam sana. Padahal dia juga tahu ada apa disana, tapi pura-pura tidak tahu saja biar mereka ada topik pembicaraan.
Meski agak bingung Silvia menjawab, "sebenarnya di dalam sana ada markas salah satu geng motor. Ada juga arena balapan yang mereka buat sendiri. Kenapa emang?"
"Gue pengen kesana."
Kedua bola mata Silvia melebar sempurna. "Lo gila?! mending lo balik!" Hardik Silvia refleks membuat Dirga terkejut. Dia melontarkan tatapan bingung sekaligus heran pada gadis itu.
"Santai dong balasnya..." Dirga mendekatkan wajahnya pada Silvia. Gadis itu tampak terkejut dengan aksi Dirga yang mendadak bahkan sekarang jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
"A-apa?"
"Lo khawatir ya sama gue?" Tanya Dirga.
Silvia diam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Silvia baru sadar bahwa ucapannya tadi itu terlalu kasar dan tersirat kekhawatiran sangat kentara makanya Dirga langsung tahu.
Silvia tidak akan menyangkal kalau dia khawatir pada Dirga. Dia tahu anak-anak geng motor yang bermarkas di dalam sana itu sangat berbahaya. Dirga adalah orang asing bagi mereka dan besar kemungkinan dia akan dihajar oleh mereka karena mengira pemuda itu adalah penyusup atau mata-mata dari geng motor lain.
Katakanlah kalau Silvia lebay dengan pemikiran begitu tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi beberapa saat kedepan kan?
"Ya iyalah! Berurusan sama geng motor itu bahaya tahu. Kakak gue yang jago kelahi aja bisa dihajar sampe babak belur apalagi lo." Jelas Silvia dengan wajah kesal.
"Siapa juga yang mau gelud?" Pertanyaan Dirga berhasil membuat Silvia diam membisu lagi.
Dirga mengukir senyum teduh sekilas. Dia kembali menjauhkan wajahnya dari Silvia. Tidak ada yang salah dengan perkataan Silvia tapi Dirga tidak bisa pergi begitu saja.
"Makasih udah peduli sama gue. Tapi maaf ya Sil, sejujurnya gue kesini karena ada urusan sama salah satu anggota geng mereka. Jadi gue selesaikan ini dulu baru gue bisa pergi." Ujar Dirga dengan wajah tenang.
Tersirat kekhawatiran dan kecemasan dalam manik gadis itu. Dia khawatir tapi dia juga tidak bisa menghalangi pemuda itu untuk kesana. Seperti kata Dirga, dia ada urusan disana, dan itu privasinya. Silvia tahu cukup sadar diri dengan posisinya yang bukan siapa-siapa-nya lelaki itu, jadi dia tidak akan ikut campur.
Dirga yang melihat raut kurang baik dari Silvia hanya memasang tatapan teduh. Dia tahu bagaimana rasanya ketika tidak didengar oleh orang lain. Dirga merasa kurang enak hati setelah berkata demikian tapi dia tidak punya pilihan lain.
Dirga mendaratkan tangannya tepat diatas kepala Silvia, membuat gadis itu tersentak. Silvia menatap lekat Dirga yang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang sama. Dirga memberi senyum hangat kepadanya, "tenang aja, gue bakal jaga diri kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVIA || On Going
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Silvia Priscilla tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya dia akan terikat oleh hubungan asmara dengan Dion dan Dirga. Kisah cinta ini semakin rumit dengan disertainya sebuah kenyataan bahwa Dion dan Dirga ada...