[Happy Reading!!]
Silvia masuk dengan santai. Namun baru beberapa langkah, ia dibuat bingung ketika melihat Rafa keluar dari kamarnya dengan terburu.
"Lho bukannya kakak ada urusan?" Tanya gadis itu agak sarkas.
Bukannya menjawab Rafa malah menatap dingin adik perempuan satu-satunya itu, lalu melontarkan pertanyaan lain.
"Pulang sama siapa?"
Silvia memutar matanya kemudian menjawab dengan malas, "temen."
"Jauhin dia."
Silvia langsung menatap tak suka pada kakaknya. Apa-apaan ini? Silvia rasanya ingin mengamuk saja saking kesalnya. Rafa tidak menjemput dan akhirnya Dirga yang mengantar Silvia pulang, dan dengan entengnya dia meminta Silvia menjauhi laki-laki yang telah menolongnya itu.
"Gak akan." bantah Silvia dengan tatapan menusuk.
"Turutin perkataan gue tadi atau lo akan menyesal." Balas Rafa masih dengan suara yang terdengar dingin dan berat.
"Apa sih kak!? Dia itu baik, dia antar gue pulang disaat kakak gak bisa jemput karena urusan kakak yang gak penting itu. Ini udah dua kali gue diantar pulang sama dia dan itu karena alasan yang sama. Jadi berhenti ngatur-ngatur gue. Bahkan kakak aja gak kenal siapa dia!"
Kalimat panjang yang diucapkan dengan nada tinggi itu mengudara dalam satu tarikan napas. Wajahnya memerah karena emosi, bahkan dadanya bergerak naik-turun dengan cepat demi meraup udara sebanyak-banyaknya. Kalau bisa dia ingin sekali menghajar wajah datar kakaknya sekarang juga saking kesalnya.
Memangnya apa yang salah dengan diri Dirga hingga Rafa memintanya menjauhi pemuda itu? Silvia akui dia memang tidak begitu mengerti akan pemikiran kakaknya ini. Tapi apa harus dia menjauhi Dirga? Itu permintaan yang tidak masuk akal menurutnya.
Mereka terdiam cukup lama hingga akhirnya Rafa berkata lagi, "pokoknya jauhin dia." Kali ini ia mengucapkan kalimat yang sama dengan penuh penekanan seolah sedang memperingati sang adik yang masih tampak tak peduli.
"Terserah, gue capek."
Silvia berlalu dari sana menuju kamarnya, meninggalkan Rafa yang masih terdiam di tempatnya dengan pikiran berkecamuk. Silvia tadinya hanya kesal saja tapi percakapan singkat ini kemudian membuatnya marah.
{♡♡♡}
Akibat pertikaian mereka semalam, pagi ini kedua kakak beradik itu tidak saling membuka pembicaraan sama sekali. Bahkan pagi ini Silvia melewatkan kegiatan sarapannya karena masih belum mau bertemu sang kakak.
Dia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Yang penting dia masih punya uang saku jadi dia bisa makan di kantin. Kebetulan sekali ini hari Jumat, itu artinya sekolah akan pulang lebih awal.
Karin dan Adel menatap Silvia dengan tatapan yang sulit diartikan. Bagaimana tidak, sahabat mereka yang menjabat sebagai ketua OSIS ini sudah menghabiskan dua piring nasi goreng dan piring yang ketiga baru saja ludes tak tersisa.
"Jujur sama gue, lo udah gak makan berapa abad hah? Spechless gue." Ujar Karin terkagum-kagum sambil menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVIA || On Going
Novela Juvenil[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Silvia Priscilla tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya dia akan terikat oleh hubungan asmara dengan Dion dan Dirga. Kisah cinta ini semakin rumit dengan disertainya sebuah kenyataan bahwa Dion dan Dirga ada...